"Saya terima nikahnya Tetsuna binti Kuroko dengan mas kawin berupa Al Qur'an dan sebuah mobil Mini Cooper, dibayar tunai."

Akhirnya...

Setelah gagal lebih dari 3 kali karena gugup, qabul yang diucapkan dengan penuh perasaan barusan bisa diamini juga oleh seluruh sanak saudara. Doa Al Fatihah berkumandang pelan. Tidak sedikit yang menangis karena terharu dan bahagia.

Hari yang selalu dia nantikan akhirnya datang. Hari dimana seorang Seijuurou Akashi meminang si manis Tetsuna Kuroko sebagai miliknya. Mulai detik tadi, tanggung jawab ayah Tetsuna telah berpindah tangan pada si tuan muda Seijuurou.

"Mas Seijuurou, mulai sekarang tolong jaga aku."

Si surai merah mengangguk mantap sambil mengecup dahi belahan jiwanya.

"Ngomong-ngomong, ukuran cincinnya kekecilan. Apa Mas Seijuurou tidak tahu ukuran jari manisku?"

Belum apa-apa Seijuurou sudah kena omel.

.

.

KuroBasu © Tadatoshi Fujimaki

Kazoku Hectic ch 1: Gue nikah & punya anak, cuy! © Calico Neko

Warning: OOC , alur cepat, typos, bhs tdk sesuai eyd, penggunaan nama depan, Papa Akashi, Mama (fem) Kuroko, Son Furihata, Tetsuna's brother Kise. Setting Indonesia, jadi tidak ada perubahan nama.

.

.

"Mas Ryouta, hari ini menginaplah di rumahku."

Ryouta Kise namanya, kakak kandung Tetsuna yang lebih tua 1 tahun dari sang adik, langsung menjatuhkan sate ayam yang hendak dia santap.

Kupingnya pasti salah dengar. Ini kan malam pertamanya bersama Tetsuna, kenapa dia disuruh menginap? Apa Seijuurou 'mengajaknya' untuk 'itu' beramai-ramai? Kalau benar Seijuurou pastilah sudah gila.

"Apa maksudnya, Sei-cchi?"

"Aku..." Ryouta nyaris saja tertawa melihat wajah saudara iparnya tersebut. Wajahnya bersemu merah seperti habis berjemur di bawah tiang bendera dan kepalanya menunduk dalam. "Aku takut."

Kucing mengeong, kambing mengembik, dan anjing menggonggong kafilah berlalu. Ryouta mangap sejadi-jadinya.

"Aku takut kalau Tetsuna takut padaku. Kau ingat pendekatan kami hanya sekitar satu bulan, kan?"

Oh iya, Ryouta secara tiba-tiba menyadari kisah mereka. Seijuurou dan Tetsuna berkenalan melalui jalur ta'aruf. Tidak seperti pasangan lain yang berpacaran hingga bertahun-tahun, pasangan suami istri baru ini sama sekali belum pernah berpacaran. Ya, mereka hanya bertemu beberapa kali, merasa sudah jodoh, dan langsung menikah.

Yang pertama adalah ketika kedua keluarga secara sengaja membuat janji bertemu di sebuah rumah makan cepat saji. Pandangan pertama, benih-benih cinta seketika muncul di antara kedua muda-mudi. Pada saat itu pula celetukan tidak sengaja padahal bohong keluar dari masing-masing ibu, yang membicarakan mengenai menikahkan anak mereka rupanya berhasil membuat perubahan besar.

Seijuurou dan Tetsuna hanya menatap malu-malu sambil berkata "Iya".

Yang kedua adalah seminggu setelahnya, dimana Seijuurou bersama ayah dan ibunya datang ke rumah keluarga Kuroko dengan mengenakan pakaian formal dan beberapa buah tangan, menyatakan serius ingin menikahkan putra semata wayang mereka dengan Tetsuna. Hanya dalam satu jam kemudian, kedua keluarga makan malam bersama di meja makan keluarga Kuroko untuk membicarakan pernikahan yang akan berlangsung dalam tiga minggu.

Dan di sinilah mereka sekarang. Setelah berhasil melangsungkan ijab qabul dengan lancar, tanpa resepsi karena alasan malas dan membuang waktu, berjongkok berdua di sebuah bilik kamar mandi agar pembicaraan tidak didengar sang istri. Sate ayam tadi tidak sengaja terbawa karena Seijuurou yang menyeretnya tiba-tiba kemari.

"Jangan aneh-aneh, Sei-cchi! Biarpun Tetsuna-cchi adikku, tetap saja aku orang luar! Tetsuna-cchi kan mantan anggota pecinta alam, pasti sudah terbiasa dengan hal-hal mengerikan, termasuk Sei-cchi!" ucapan Ryouta sama sekali tidak menghibur. Kalau Ryouta bukan saudara iparnya, dipastikan si blonde banyak tingkah ini sudah tercabik-cabik taring Seijuurou.

"Lalu bagaimana kalau Tetsuna minta jatah malam pertama hari ini juga?"

"Ya harus diberikan, Sei-cchi! Dia kan tanggung jawabmu sekarang! Dan itu hak Tetsuna-cchi!"

"Masalahnya aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."

Ingin rasanya Ryouta menggotong Seijuurou dan terjun bebas bersama ke Waduk Jatiluhur. Seijuurou itu lulusan sekolah dan universitas ternama, IQ tinggi, dan umurnya sudah 26 tahun, tapi tidak tahu tentang 'itu'?!

"Sei-cchi, kau serius?"

"Limarius," paparnya sambil menunjukkan lima jari tangan kanannya.

Di bilik kamar mandi itulah Seijuurou mendapat kursus kilat dari Ryouta. Cara pengajaran Ryouta juga cukup jelas. Mulai dari gerakan tangan, gerakan tubuh, sampai membuka jaringan internet untuk mencari situs Kama Cotton. Sesi kursus diakhiri dengan saling berjabat tangan antar keduanya dan senyum merekah di bibir si surai merah. Setidaknya kemungkinan untuk gagal tidak akan mencapai 100% nantinya.

Ryouta tentu saja tidak jadi menginap dan malam kedua bagi si pasangan baru ini berlangsung dengan lancar.

Tunggu sebentar, malam kedua? Bukahkan seharusnya malam pertama?

Ah, sebetulnya alasanya cukup mencengangkan. Malam pertama mereka batal bukan karena Seijuurou yang takut gagal atau Tetsuna yang masih malu-malu, melainkan karena...

"Mas Seijuurou, setelah ijab qabul tadi aku kebanyakan makan. Aku terlalu kekenyangan jadi agak mengantuk. Tidak apa-apa kan kalau besok saja?"

Entah harus bersedih hati atau merasa beruntung sebab memang Seijuurou harus meningkatkan mentalnya terlebih dahulu untuk hidup berdua bersama belahan jiwanya. Malam pertama pun hanya diisi keduanya dengan tidur sambil mendengkur berjamaah. Malam pertama itu pun merupakan pemberitahuan, kalau Tetsuna-nya tidur dengan posisi mengerikan. Beberapa kali sang suami mendapat tendangan dan tinjuan, bahkan nyaris saja aset berharganya di selatan sana turut menjadi korban, alias pecah.

Untunglah, Tetsuna tidak menjadi sosok mengerikan pada saat ehem ehem. Rasanya bangga menyaksikan punggung istrinya yang dihiasi 'perhiasan' keunguan dipadupadankan dengan surai birunya yang basah berantakan juga seprai dan pakaian yang sudah berserakan di lantai, apalagi kalau mengingat Seijuurou telah berhasil membuatnya kelelahan. Seijuurou berhasil menaklukkan istrinya dan ini berkat kursus kilat si ipar pirang. Seijuurou berjanji akan memberi tas berbahan kulit komodo untuk Ryouta nanti.

.

.

Satu tahun setelah pernikahan, Seijuurou menemui yang namanya kecemasan dan ketakutan.

Hari ini, 8 November, Tetsuna-nya akan melahirkan!

Tubuh Tetsuna yang lemah karena kontraksi dibaringkan pada sebuah tempat tidur pasien. Nafasnya dia atur sedemikian rupa. Wajahnya tersenyum manis, seakan siap pada langkah selanjutnya.

Seijuurou menemani di sampingnya. Tangannya yang berkeringat dingin meggenggam erat tangan istrinya, memberi kekuatan.

"Tetsuna, tenanglah, semua akan baik-baik saja."

Tetsuna spontan tersenyum. "Mas Seijuurou yang seharusnya tenang. Aku baik-baik saja. Anak kita juga." Ingin sih bersikap tenang, tetapi jantung Seijuurou berlari cepat. Dia sangat takut. "Kalau Mas Seijuurou takut, tunggu saja di luar."

"Aku tidak apa-apa, sayang. Kau tenang saja. Aku akan menemani sampai anak kita melihat dunia dan aku juga yang akan mengadzaninya."

Perkataan Seijuurou tidak berjalan sebagaimana mestinya. Benar saja, dalam satu jam kemudian pada saat Tetsuna mengedan, Seijuurou pingsan di tempat. Busa keluar dari mulutnya.

"Dokter, suami Nyonya Tetsuna pingsan!"

"Apa? Biarkan saja dulu Tuan Seijuurou di lantai! Ada pasien yang lebih penting!"

Iya, Seijuurou berhasil menemani istrinya melahirkan, dalam keadaan terbaring pingsan di lantai karena tidak kuat melihat darah dan mendengar nafas sang istri.

Lalu siapa yang mengadzani sang bayi mungil yang lahir beberapa menit kemudian? Siapa lagi selain sang paman, alias Ryouta yang heboh masuk ke ruang persalinan dan langsung menggotong Seijuurou ke ruang rawat.

.

.

Dua jam kemudian Tetsuna dipindahkan ke ruangan lain untuk beristirahat. Wajahnya terlihat bahagia, senyum manis bersemayam di bibir tipisnya sambil sesekali mengecup puncak kepala anaknya.

Ini adalah kebahagiaan terbesarnya. Keluarga kecilnya sekarang sudah lengkap.

Ingin rasanya Seijuurou menerjang masuk ke dalam ruangan Tetsuna, namun dia malu bukan kepalang. Dia itu terkenal kuat dan galak, tetapi pingsan saat menyaksikan istri melahirkan. Asumsi dia memiliki darah rendah cukup menguatkan hatinya untuk masuk.

Terlihat di dalam adalah Tetsuna yang sepertinya masih sedikit kelelahan, sang bayi mungilnya yang sedang tidur di dekat dada sang ibu, dan Ryouta yang sedang mengupaskan apel. Langkah Seijuurou tidak mantap, namun akhirnya tiba juga dia dihadapan keluarganya.

"Maaf Tetsuna, aku pingsan tadi."

Tetsuna memberi tatapan datarnya dan Ryouta mengacungkan pisau ke arahnya.

"Sei-cchi ini bagaimana sih? Kau kan bilang akan menjaga Tetsuna-cchi, ssu! Aku malu sekali tahu, waktu aku masuk ke ruang persalinan!"

"Mas Ryouta, tolong jangan teriak-teriak. Nanti keponakanmu bangun."

"Ah iya, benar. Ah, maaf ya, Om kadang-kadang suka lupa suara merdu Om, hahaha."

Spontan Ryouta mendekatkan wajahnya ke arah sang bayi dan mengecup pipi gembulnya. Si bayi menggeliat pelan sambil agak tersenyum.

Sejurus kemudian Seijuurou mengeluarkan aura hitam dari tubuhnya.

"Mas Ryouta, kau ini benar-benar tidak peka, ya? Kau yang mengadzani anakku, menemani istri dan anakku saat aku pingsan, lalu kau dengan seenaknya mencium anakku? Asal kau tahu, aku ini adalah sang Papa sekarang."

"Ah, Mas Seijuurou/ Sei-cchi cemburu."

"Tentu saja aku cemburu!" jeritnya tak tahu tempat dan waktu, sukses membangunkan anaknya dan membuatnya menangis.

"Sstt... kaget ya, sayang? Maaf ya, Papa sedang PMS, jadi dari tadi berbuat aneh-aneh." Ucapan Tetsuna membuat Seijuurou pundung. "Mas Seijuurou, bagaimana kalau kau menenangkan anak kita? Kau belum menggendongnya, kan?" Tawaran yang menggiurkan. Ayah mana yang tidak mau menggendong anaknya, apalagi anak pertama. Masalah terbesarnya adalah...

"Mas Seijuurou, apa kau tidak tahu cara menggendong bayi?"

Ryouta membenturkan kepalanya saat itu juga. Boleh saja Seijuurou itu pintar, tapi untuk menggendong anak pun dia belum yakin mampu. Alamat si anak pecah berkeping-keping kalau begini sih.

"Tentu saja bisa, sayang."

Iya, bisa, bisa nyaris menjatuhkan sang benih cinta. Untunglah (lagi-lagi) ada Ryouta yang mengajarinya cara menggendong bayi. Kesayangannya pada anak-anak membiasakannya untuk tidak kaku terhadap bayi.

"Banzai!" gegap Ryouta melihat Seijuurou yang berhasil menggendong anaknya, walau terlihat kaku dan ketakutan, seperti menggendong barang antik saja.

Seijuurou tidak tahu apakah si mungil ini lebih mirip Seijuurou atau Tetsuna. Rambutnya kecoklatan, mungkin seperti mendiang kakek neneknya.

"Halo anakku sayang, ini Papa."

Dielusnya pipi gembulnya dengan jari telunjuk, membuat si bayi menggeliat dalam gendongannya. Naluri bayinya bekerja, saat itu pula digenggamnya telunjuk sang ayah dengan erat. Bayi memang hangat.

Bukan main bahagianya seorang Seijuurou. Diberkati istri yang cantik dan baik, dianugrahi anak yang sehat, serta diberikan ipar yang menyebalkan tapi banyak membantu. Keluarganya sempurna sudah. Air mata menetes di atas pipi sang anak, termasuk ingusnya. Eww...

"Mas Seijuurou, kau sudah punya nama untuk anak kita?"

"Iya, namanya... Kouki Furihata."


Sampai jumpa di chapter selanjutnya!


A/N: File jaman jebot yg terselip di antara tumpukan file revisian.

Sedikit penjelasan knp dgn rutial Islam karena males cari ttg ritual pernikahan Jepang. Nama para chara di sini tidak akan diubah, jadi walaupun mereka nikah ato punya anak, mereka akan tetap pakai nama sesuai di manga, kecuali yg genderbend.

Terima kasih sudah membaca. Review, please ^^

Berhubung ada desas-desus kalau ffn (mungkin) ditutup, (kalau bener ditutup) cerita2 selanjutnya akan dipublish di calico-neko tumblr. Tapi, semoga ga ditutup.