***Sena termangu—rahang bawahnya terbuka dan matanya tebelalak. Blank untuk sejenak, Sena membanting benda itu kembali ke tempat asalnya secepat mungkin.***


AN EYESHIELD 21 FANFICTION
EyeShield 21© Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata
Surprise! © Just 'Monta –YukiYovi
Idea © Yovi

Flash fiction. (failed) humor. blur. weird plot.

WARNING: 'MENJURUS'! (YOU KNOW WHAT I MEAN), maybe OoC and typo(s), AU.

ANAK YANG SUPER POLOS SEBAIKNYA JANGAN BACA

Let's Start!


Sena Kobayakawa dan Raimon Tarō buru-buru memasuki minimarket ber-AC di depan mereka. Keduanya segera menghela napas nyaman begitu embusan angin dingin dirasakan korpuskula crausse mereka. Adem asoy, bro.

Well, di mana-mana, latihan di pantai memang super berat. Just imagine, anggota Deimon Devil Bats diharuskan berlari-lari layaknya orang gila di antara trilyunan butiran debu—eh, maksudnya pasir—yang merayap di sela-sela jari kaki. Ditambah dengan kaki yang terperosok ke dalam pasir tiap kali akan melangkah. Di siang hari pula.

Dan sebagai backs, Sena harus latihan Devil Bat Dive, Devil Bat Ghost, Devil Bat Hurricane, dan 'devil-devil' yang lainnya di pantai.

Monta, diwajibkan belajar menangkap Hail Mary Pass-nya Yōichi Hiruma yang asdfghjkl tinggi beud. Cape 'kan larinya. Main beach flags* di hari pertama training camp saja sudah klepek-klepek larinya, apalagi lompat.

Alasannya sih tentu saja sudah disampaikan Si Ganteng, "Supaya otot kaki kalian kuat, juga biar stamina-nya nggak cepet abis. Udah ah bawel ngomel mulu. SET! HUT!"

Rese? Emang. Tapi berhubung "Si Ganteng" ikut lari-lari juga, anggota Deimon tidak bisa protes. Mari bersyukur manajer mereka yang cantik dan cheerleader mereka yang bawel membawa puluhan persediaan lemon madu dingin.

Karena berbagai hal di atas, selama free time dua jam Sena dan Monta langsung ngacir ke minimarket terdekat untuk mendinginkan diri dan beli snack.

Berhubung kaki Sena ada yang luka, Sena berjalan ke rak obat-obatan untuk mencari bandage sementara Monta dengan telatennya memerhatikan rasa setiap susu kemasan yang terjajar.

Sena melayangkan pandangannya ke jajaran obat-obatan yang tersaji di depannya. Bergitu retina matanya menangkap proyeksi tulisan "bandage", Sena langsung sumringah.

(Dia nggak ngerti sih bandage artinya apa, tapi kalau nggak salah Kak Mamori pernah mengatakan, "Ituuuuu yang buat nutupin luka." Hipafix tuh, penutup luka.)

Actually, Sena nggak yakin apakah masih ada stok di balik tulisan tersebut. Kenapa? Sederhana. Badannya yang pendek membuat penglihatan Sena terhalang tulisan "bandage" yang cukup besar untuk menutupi apa yang ada di baliknya.

Sena memutuskan untuk bertumpu pada ujung-ujung kakinya alias jinjit dan menjulurkan tangannya sejauh mungkin—mengingat letak stok bandage yang memang cukup tinggi.

Sena tersenyum kecil begitu tangannya mampu merogoh satu-satunya kotak yang ada di belakang tulisan "bandage".

Tangan Sena menarik kotak itu ke atas …

… dan Sena termangu—rahang bawahnya terbuka dan matanya tebelalak.

Sebuah tulisan merek berwarna-warni menyambut penglihatannya.

Ternyata kotak yang ia ambil bukan berisi bandage, tapi—

TADAAA! SURPRISEEE!

ITU! Benda yang dikenal sebagai alat kontrasepsi paling umum. You-know-what-is-it. Enam huruf, depannya 'k'.

Oke clue-nya segitu aja ya.

Blank untuk sejenak, Sena membanting benda itu kembali ke tempat asalnya secepat mungkin.

Sena berjalan lunglai dengan muka memerah ke lorong di mana Monta berada. Monta sendiri menatap heran pada temannya yang mendadak suram.

"Kenapa woi?"

"Habis ini balik ke hotel yuk. Mau cuci tangan—tanganku ternodai."


.

.

THE END
—Pro Deo et Patria—
—Untuk Tuhan dan Tanah Air—

.

.

*beach flags: itu loh, game yang ada bendera ditaro di ujung, terus kita tiarap dalam jarak tertentu. Begitu ada bunyi peluit kita langsung buru-buru bangkit dan lari ngambil bendera yang ada. Yang nggak dapet, gugur.

HAI! Saya datang dengan fictga mutu lagi, setelah sadar kalo tahun 2013 saya ga publish fict satupun. :")

Saya bahkan ga yakin kalian ngerti cerita ini atau nggakwell, risiko sih ya. Ini based on true story, dan saya harap multiple intelligence kalian di bidang visual cukup tinggi untuk membayangkan cerita ini.

Review please? RAMAIKAN FESIIII \:")/ #plak


.

.

.

"Sena, kamu kenapa sih tadi di minimarket?" tanya Monta sesampainya mereka di kamar hotel.

"M-mau kuceritakan?" jawab Sena yang baru keluat dari toilet—habis mencuci tangan pastinya. Nak, cuci tangan tuh harus semeniiiiiit.

"Mau deh, boleh-boleh."

"Tadi aku ke rak tempat bandage—"

"—'Tar, kamu liat kaos kuningku ga?" Monta menyela Sena sambil mengobok-obok kopernya. Ini sih setengah niat ngedengerinnya, padahal dia sendiri yang nanya.

"—di toilet tadi mah. Terus waktu aku keluarin satu-satunya kotak yang ada—"

"OH IYA INI! Apa tadi?" Monta berjalan ke toilet dan menenteng kaos kuningnya.

"—ternyata itu bukan kotak bandage, tapi—"

"Eh aku gosok gigi dulu ya—" ujar Monta seraya masuk ke toilet.

"TAPI KOTAK K*****." Sena menuntaskan ceritanya dengan menggebu.

"APAH NGOMONG APA BARUSAN?" Monta refleks langsung lari mundur keluar dari kamar mandi. "K*****?!"

Sena mengangguk pasrah.

"ARGH TELINGAKU TERNODAIIII! MAU MANDIIII! MANDIII!" Monta lari masuk toilet.

.

.

.