Memories of The Sky
Genre : Family/Friendship
Rated : T
Main Pairing : D18, 6927, PrimoCavaAlaude (Past), DaeGio (Past)
Major Pairing : 8059, U02, RF, Slight All27
.
KHR © Amano Akira
.
"Lagi?!"
Anak laki-laki berambut cokelat yang tampak memiliki iris madu itu tampak menatap kecewa kearah pria yang ada di depannya. Di sebuah mansion yang besar, tampak 8 orang anak-anak dan juga 7 orang pria yang tinggal bersama-sama. Yang berambut cokelat dengan mata berwarna madu itu adalah Taru Tsunayoshi berusia 7 tahun. Lalu pria di depannya yang memakai jas berwarna hitam dan mirip dengan Tsuna meskipun warna rambutnya berbeda adalah Taru Giotto berusia 27 tahun ayah dari Tsunayoshi.
"Maaf Tsu-kun, tetapi pertemuan ini benar-benar mendadak…"
"Tetapi papa berjanji akan merayakan tahun baru bersama-sama kan?" Tampak kecewa, Giotto sendiri tampak serba salah dan mencoba untuk menenangkannya, "apakah pertemuan itu lebih penting daripada Tsuna…?"
Giotto dilemma, sungguh—ia sangat sayang pada anaknya bahkan menurut yang lain ia terlalu overprotektif pada Tsuna. Tetapi ia, sebagai seorang boss mafia yang kelompoknya baru saja memiliki nama tidak bisa meninggalkan pertemuan penting begitu saja.
"Tsuna, aku akan menggantikan Giotto oke?" Kali ini pria berambut merah magenta tampak menepuk kepala Tsuna dan tersenyum padanya. Dia adalah G berusia 27 tahun, tangan kanan sekaligus sahabat dari Giotto, "Hayato juga akan menemanimu."
"Ya Tsuna-sama, paman Giotto pasti sangat sibuk!" Anak laki-laki berambut perak dengan mata hijau emerald tampak tersenyum dan mencoba untuk menenangkannya. Hayato, berusia 7 tahun itu adalah anak laki-laki G, dan selalu mendeklarasikan sendiri sebagai tangan kanan dari Tsuna.
"Maa, aku juga akan menemanimu bersama dengan otou-san," anak laki-laki lainnya berambut hitam tampak merangkul Hayato dan membuat yang bersangkutan menggerutu pelan. Pria di sampingnya yang memakai kimono putih tampak tersenyum dan mengangguk. Asari Takeshi dan juga Asari Ugetsu—Takeshi berusia 7 tahun adalah teman dari Hayato dan juga Tsuna sejak mereka masih bayi karena ayahnya Asari Ugetsu yang berusia 27 tahun merupakan salah satu guardian dari Giotto.
"Hn, ayahku juga tidak ikut Tsunayoshi…" pemuda berambut hitam lainnya tampak dengan dinginnya berbicara seperti itu. Hibari Kyouya, adalah anak laki-laki berusia 9 tahun dan anak dari Hibari Alaude yang berusia 29 tahun yang berdiri di depannya dan memiliki rambut platinum.
"Kufufufu~ Tsunayoshi berbeda denganmu Kyouya, ia adalah anak berhati lembut. Tidak seharusnya paman Giotto meninggalkannya," anak laki-laki berambut biru dengan mata heterochrome itu tampak tersenyum sinis pada Kyouya yang kesal mendengarnya. Sementara Giotto seolah merasakan panah menancap di tubuhnya mendengar itu. Rokudo Mukuro berusia 8 tahun adalah anak dari Rokudo Spade 28 tahun dan kakak kembar dari Rokudo Nagi.
Ada juga Lampo, pria berambut hijau yang berusia 22 tahun dan anaknya Lambo yang berusia 1 tahun, serta Knuckle pendeta berambut hitam yang berusia 28 tahun dan juga keponakannya Sasagawa Ryouhei yang berusia 8 tahun.
Mereka semua adalah orang tua tunggal (dan dalam kasus Knuckle dan Ryouhei dikarenakan orang tua Ryouhei yang meninggal), dan hidup bersama di Mansion Vongola.
"Tsu-kun…"
…
"Ya sudah, pergi saja! Tsuna benci papa!" Dan dengan segera Tsuna berbalik meninggalkan Giotto dan juga yang lainnya. Tentu Giotto tampak sangat shock dan tampak membeku mendengar itu seraya G menepuk pundaknya untuk menghibur.
"Uwaaa G, Tsu-kun membenciku!" Giotto dengan sangat mendramatisir tampak memeluk G dan menangis tersedu-sedu. G tampak benar-benar kasihan pada sahabatnya, tetapi tidak bisa melakukan apapun.
"Oke, sudah cukup—kau tidak bisa lanjutkan itu karena kita sudah terlambat Giotto," pria berambut platinum, Alaude tampak menarik kerah belakangnya dan menyeret Giotto keluar meskipun pria itu meronta.
"Besok aku pasti akan kembali…"
"Belum pasti, kau masih memiliki banyak pekerjaan bukan," dan Giotto tampak menunduk kecewa mendengar itu.
"Padahal besok hari ulang tahun papa…"
Tsuna masih tampak cemberut saat berada di kamarnya dan sedang mempersiapkan pesta tahun baru. Hayato dan juga yang lainnya membantu, namun berusaha keras untuk tidak memeluk erat anak moe berambut cokelat itu.
"Tsuna sudah membelikan kado, tetapi papa lagi-lagi tidak ada di rumah!" Tsuna tampak benar-benar kesal sambil mengeluarkan kado yang ia peluk erat. Semuanya benar-benar tampak gemetar menahan diri saat melihat bahkan saat marahpun wajah Tsuna benar-benar memancing 'serigala lapar'.
"Mu—mungkin saja besok paman Giotto akan pulang Tsuna…" Nagi mencoba untuk menenangkannya, namun Tsuna sudah terlanjur kecewa dengan apa yang terjadi hari ini. Ia mendorong kado itu dan memberikannya pada Nagi, sebelum Tsuna berbalik meninggalkan mereka semua.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Kita tidak bisa melakukan apapun, hanya bisa berharap kalau paman Giotto akan kembali besok."
"Aku tidak akan bisa bekerja sama kalau kalian memakai cara seperti itu!"
Giotto menatap kearah beberapa pria yang ada di depannya yang menatapnya dengan tatapan gugup. Vongola memang sebuah kelompok mafia, tetapi Giotto tidak pernah melakukan penyerangan pada orang-orang yang tidak bersalah. Ia menguasai sebuah wilayah hanya untuk menghindarkan wilayah itu dari jajahan para kelompok mafia yang jahat.
"Don Vongola, kelompok anda tidak akan mungkin menjadi lebih besar dan lebih kuat kalau anda tidak memperluas wilayah dengan cara seperti itu."
"Oh ya? Aku sangsi dengan itu. Aku tidak ingin memperluas daerah hanya untuk memperbanyak kekayaanku seperti kalian orang-orang tamak. Dan, kufikir kuat—aku sudah cukup kuat saat ini. Bagaimana kalau kalian mencoba untuk melawan Cloud Guardianku?" Giotto tersenyum dingin, dan Alaude yang tampak berdiri di sampingnya tampak berjalan tenang.
Semua orang bergidik ngeri, sungguh—Hibari Alaude adalah satu orang yang tidak bisa diajak bermain-main. Ia adalah orang mengerikan, yang sampai sekarang membuat semua orang tidak mengerti bagaimana Giotto bisa membuatnya tunduk.
"Baiklah, sepertinya kita harus menyudahi semua pertemuan ini," Giotto menghela nafas dan tampak berdiri dari duduknya sebelum berbalik dan berjalan keluar bersama dengan Alaude. Tidak mengetahui kalau seseorang tampak berdecak kesal melihat apa yang dilakukan oleh Giotto.
"Aku tidak menyangka harus mengorbankan waktuku bersama dengan Tsuna karena orang-orang ini."
Giotto tampak menghela nafas dan menutup matanya. Mereka sudah berada di mobil dengan Alaude menyetir dan Giotto duduk di sampingnya. Mendesah pelan, ia melihat jam, yang menunjukkan pukul 7 malam pada tanggal 1 Januari. Pertemuan membutuhkan beberapa sesi dan menghabiskan waktu 1 harian penuh.
Bukannya ia lupa dengan ulang tahunnya, namun sekali lagi ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.
"Hn," Alaude mengulurkan sebuah handphone pada Giotto yang menatapnya sejenak sebelum menoleh pada Giotto, "telpon saja dia…"
"Eh? Ah baiklah," Giotto tersenyum dan mengambil handphone itu. Menghubungi nomor G yang tentu saja paling tahu apa yang terjadi di mansion dan yang paling memperhatikan. Ia tahu Tsuna masih marah, tetapi ia akan menebus dengan kembali ke rumah sebelum berakhirnya tanggal satu.
"Giotto?"
"G, bagaimana keadaan mansion?"
"Aman, tetapi Tsuna masih kesal dan sedang bermain dengan yang lainnya," Giotto menghela nafas mendengarnya. Tetapi tidak bisa menyalahkan anaknya yang baru berusia 10 tahun itu, "bagaimana pertemuan itu?"
"Menyebalkan, aku menyesal menemui mereka. Aku akan segera kembali, mungkin sebelum pukul 12 malam," Giotto menghela nafas dan menyenderkan tubuhnya di jok mobil.
"Benarkah? Mungkin aku bisa menghibur Tsunayoshi dengan mengatakan kau akan pulang hari ini. Alaude yang mengemudi?"
"Tentu, akan lebih cepat jika aku yang mengemudi, tetapi Alaude bersikeras atau ia tidak akan kembali ke mansion," Giotto tertawa bersama dengan G sementara Alaude menatap tajam kearah Giotto.
Deg… deg… deg…
Entah kenapa saat itu perasaannya benar-benar tidak karuan. Seolah intuisinya mengatakan akan ada sesuatu yang terjadi tetapi ia tidak pernah tahu apa itu.
"Giotto?"
"Ah, maaf G—sampaikan salamku pada Tsu-kun. Aku akan tiba sebentar lagi," setelah diiyakan oleh G, Giotto menutup telpon.
"Papa akan pulang hari ini?!"
Tsuna tampak membulatkan matanya dan menatap G dengan tatapan tidak percaya. Ia mengira kalau ayahnya tidak akan kembali, dan mendengar ayahnya akan kembali membuatnya senang namun juga panik.
"Te—tetapi kado papa sudah Tsuna buang dan—" seseorang mengulurkan tangannya yang terdapat kado yang dibuang oleh Tsuna. Nagi tentu tidak pernah membuangnya dan tampak tersenyum menatap Tsuna.
"Kau akan memberikannya pada paman Giotto Tsuna?"
…
"TENTU SAJA! Terima kasih Nagi!" Dan Tsuna memeluk erat kado itu sambil berkumpul dengan yang lainnya bersama dengan G dan juga Nagi, "ah, Tsuna punya ide!"
Semuanya tampak menatap bingung kearah Tsuna, dan yang bersangkutan hanya tertawa saja.
"Ayo buat pesta kejutan untuk papa!" G dan juga yang lainnya membulatkan matanya, namun tersenyum sambil menghela nafas. Bagaimana Tsuna bisa mengubah sifatnya hanya karena mendengar satu berita itu saja.
"Baiklah, siapa yang akan memasak dan menyiapkan semuanya? Para pelayan libur karena tahun baru bukan?"
"Tsuna bisa memasak! Dan—dan kita bisa bersama-sama membuat hiasannya!"
Alaude tidak berhenti menatap Giotto yang semenjak mengakhiri sambungan tampak cemas dan gelisah. Saat itu lampu merah lalu lintas sedang menyala membuat mobil mereka berhenti—dan saat itu adalah saat yang tepat untuk Alaude menanyakan sesuatu.
"Kau merasakan sesuatu?"
"Ya, sepertinya intuisiku—" Alaude menatap kearah Giotto dan menjalankan mobilnya saat lampu hijau menyala. Hyper Intuition milik Giotto—tentu saja meskipun merepotkan Alaude selalu percaya pada intuisi yang terkadang datang diwaktu yang tidak pas.
Giotto menatap kearah Alaude yang hanya diam saja dan tidak menjawab. Namun, pandangannya tampak benar-benar teralihkan dari Alaude saat ia melihat sebuah mobil yang tidak menggunakan lampu depan mereka terlihat sangat dekat di samping Alaude yang saat itu tidak menyadarinya.
"ALAUDE AWAS!"
Alaude tampak membulatkan matanya saat menoleh dan melihat hal yang sama.
BRAK!
Tentu sebuah tabrakan sama sekali tidak bisa dielakkan. Mobil terguling beberapa kali ke samping, dengan Giotto dan juga Alaude yang masih berada di dalam sana. Namun, dengan luka yang cukup parah sepertinya Giotto masih sempat sadar dan melihat kearah mobil yang menabrak mereka.
Meskipun—kesadarannya sangat tipis dan tubuhnya tidak bisa bergerak karena body mobil dan juga safety belt yang terpasang di tubuhnya. Sesuatu tampak menggelinding kearahnya, dari seseorang yang turun dari mobil itu.
'S—siapa…'
—sebuah granat.
"Die, Vongola…"
'Tsu…na…'
DHUAR!
"Papa dan paman Alaude sangat lama…"
Tsuna duduk di meja makan yang tampak dipenuhi oleh aneka makanan dan minuman. Tentu bukan hanya Tsuna yang membuat itu namun juga Hayato dan juga yang lainnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 kurang 5 menit. Tsuna bahkan benar-benar tampak mengantuk karena menunggu ayahnya.
"G-dono, seharusnya dilihat dari tempat pertemuan Giotto-dono dan Alaude-dono sudah sampai sedaritadi…"
G tampak hanya mengangguk dan terlihat cemas. Lamunannya buyar saat telpon mansion berbunyi. G tampak berdiri dan berjalan kearah telpon itu, mengangkat gagangnya.
"Apakah itu papa?"
"Mungkin saja Tsuna-sama…"
"Halo?"
"Ah, apakah ini adalah mansion dari kelompok Vongola?" G tidak pernah mendengar suara dari sebrang, namun suara bising disekeliling—entah kenapa terdengar seperti berada di rumah sakit dengan sirine dan beberapa orang yang sibuk berbicara.
"Ya?"
"Kami dari pihak rumah sakit—" mendengar percakapan selanjutnya, G hanya bisa terdiam dan membulatkan matanya.
"Eh?"
Bahkan denting jam tua yang ada di mansion Vongola saat itu tidak terdengar oleh G. Jam yang menunjukkan pukul 12 malam, dan saat hari yang ditunggu sudah berakhir. Bukan keceriaan yang mereka dapatkan, bukan sebuah senyuman yang mereka berikan.
Semua orang tidak akan pernah tahu kapan akan bertemu seseorang untuk terakhir kalinya.
Apakah itu cinta, ataukah benci yang akan menjadi kenangan terakhir kita bertemu dengan orang itu?
Langit kala itu tampak mendung saat sebuah pemakaman kecil dilaksanakan di salah satu sisi hutan mansion Vongola. Hari itu, Vongola kehilangan dua orang rekannya. Lebih dari pada itu, mereka semua kehilangan sang langit.
Taru Giotto dan juga Hibari Alaude tewas dalam kecelakaan yang mengakibatkan mobil mereka meledak. Tidak ada yang akan menyangka kalau dua orang terkuat di Vongola itu akan tewas begitu saja.
Malam itu, G dan juga semua guardian meninggalkan semua anak-anak di dalam rumah. Pergi ke Rumah Sakit hanya untuk menemukan dua jasad yang bahkan tidak sanggup untuk mereka lihat. Namun tentu hasil DNA dan seluruh test tidak bisa dibohongi. Kedua jasad itu adalah dua rekan mereka. Guardian terkuat Vongola—dan sang langit Vongola.
Saat mereka pulang, bahkan mereka sama sekali tidak bisa menemukan kata-kata untuk mengatakan berita itu pada anak-anak terutama Tsuna dan juga Kyouya. Bagi mereka, bahkan Kyouya yang sangat mirip dengan ayahnya sekalipun hanyalah seorang anak berusia 9 tahun. Terlalu muda untuk kehilangan keluarganya.
Flash Back
G dan juga yang lainnya tidak pulang malam itu, hingga pagi harinya saat Tsuna dan juga yang lainnya masih tetap menunggu kepulangan mereka. Waktu menunjukkan pukul 10 pagi saat beberapa mobil mewah tampak muncul dan G serta yang lainnya turun dari sana.
Bukan hanya mereka, tetapi tujuh orang lainnya tampak juga turun bersama dengan mereka. Ada dua mobil van hitam yang tidak terbuka pintunya seolah seseorang berada di dalam sana dan tidak turun dari sana.
"Paman Fon…" Kyouya yang pertama kali merespon dan tampak menghampiri Fon. Hibari Fon, adalah saudara kembar dari ayahnya, dan seharusnya saat ini ia berada di Cina bersama dengan neneknya. Karena nenek dari Hibari adalah orang Cina dan Fon yang mengalirkan darah Cina dengan kental.
"Sudah lama tidak bertemu Kyouya…"
Tsuna sendiri menatap kearah G yang berdiri mematung di depannya. Mata merah itu tampak lebih merah dengan sekelilingnya tampak sedikit membengkak, seolah ia sedang menahan tangis.
"Paman G, ada apa?"
"Tsuna, Hayato—ganti pakaian kalian dengan pakaian yang akan disiapkan oke?" Hayato menatap ayahnya yang tampak berbeda dari biasanya. G menghampiri salah satu maid dan mengatakan sesuatu. G menoleh pada Hayato dan mengisyaratkannya untuk membawa Tsuna ke kamarnya.
Hayato tidak ingin berargumen dengan ayahnya—entah kenapa.
"Ayo Tsuna-sama, aku akan mengantarkanmu…" Tsuna mengangguk dan Hayato tampak berjalan bersama dengan Tsuna. Hayato melirik ke belakang, dimana G masih berbicara dengan salah satu kepala maid disana yang baru saja kembali pagi tadi.
Dan entah kenapa, Hayato melihat kepala pelayan itu menangis.
Still Flash Back
"Eh? Kenapa ada peti hitam disini?"
Tsuna yang tampak memakai jas hitam yang disiapkan oleh para pelayan menatap pada peti hitam di salah satu ruangan. Bukan hanya ada satu, tetapi dua peti dengan lambing Vongola I di penutupnya.
"Paman G, dimana papa dan juga paman Alaude? Bukankah kemarin malam kau akan menjemput mereka?" G tampak terdiam dengan raut wajah sedih begitu juga dengan semua guardian, "paman Asari? Paman Knuckle? Paman Lampo? Paman Daemon?"
Bahkan Daemon sekalipun tampak hanya diam dan tidak menjawab. Tidak ada senyuman yang tampak selalu ada di wajahnya. Beberapa maid dan juga butler tampak terlihat menangis dan terpukul. Hayato dan juga anak-anak lainnya tampak perlahan mengerti apa yang terjadi.
"Tidak…"
"Tsuna—"
"KAU TIDAK AKAN MENGATAKAN ITU KAKEK TUA!" Hayato tampak berlari dan mendekap Tsuna begitu juga dengan Takeshi. Tsuna masih tidak mengerti apa yang terjadi, ia adalah anak yang paling polos dari seluruh anak di mansion Vongola, "INI TIDAK MUNGKIN TERJADI!"
…
"Apa yang terjadi Hayato, Takeshi? Apa yang tidak mungkin terjadi? Kau tahu dimana papa dan paman Alaude?" Tsuna tampak menatap kearah Hayato. Tatapannya membuat Hayato terkejut begitu juga dengan Takeshi. Kosong dan juga seolah tidak bernyawa—seolah ia tahu kenyataan yang terjadi di depannya, "Tsuna tidak akan marah lagi kalau itu adalah alasan kenapa papa tidak muncul."
Tsuna tampak melepaskan dekapan Hayato dan berjalan kearah G sambil menarik pakaian G.
"Nee paman G, apakah papa takut Tsuna akan marah makanya bersembunyi?" G tidak bisa melanjutkannya, tetapi ia tidak mungkin tidak mengatakannya pada Tsuna. Kakinya terasa lemas, dan ia langsung terduduk sambil memegang kedua pundak Tsuna. Ia membungkuk dan isakan samar terdengar dari mulutnya.
"Maaf Tsuna—maaf aku tidak bisa melakukan apapun…"
End Flash Back
"PAPA!"
G dan yang lainnya tampak menoleh dan menemukan Tsuna, dan anak-anak yang lainnya. Setelah mengetahui ayahnya tewas, Tsuna tidak mengatakan apapun dan hanya menatap kosong dan menerawang. Tidak ada yang bisa dilakukan, karena mereka semua mengerti bagaimana perasaan Tsuna saat ini.
"Tsuna-sama…"
"TIDAK! Tsuna ingin bertemu dengan papa!" Tsuna yang dipegang oleh Hayato dan Takeshi tampak melepaskan diri dan berlari ke depan nisan yang ada disana. Tsuna tidak akan membiarkan Giotto dan Alaude dikubur—itulah sebabnya meskipun semuanya tidak yakin akan melakukannya, pada akhirnya Giotto dikubur sebelum Tsuna menyadarinya.
"Papa, Tsuna tidak akan marah lagi…" Tsuna tampak terduduk di depan nisan hitam di depannya. Suaranya tampak gemetar, dan air matanya benar-benar membasahi wajah kecilnya itu, "papa akan bangun kan? *hiks* T—Tsuna sudah menyiapkan hadiah untuk papa…*hiks*"
"Tsu—" Ugetsu tampak menahan Takeshi yang akan menghampiri Tsuna. Untuk saat ini, satu-satunya jalan terbaik yang bisa dilakukan adalah membiarkan Tsuna disana.
"Tsuna bohong kok… *hiks* T—Tsuna tidak benci papa. Tsuna sayang papa," Tsuna tampak merogoh sesuatu dari dekatnya. Sebuah kotak yang dibungkus rapi—hadiah ulang tahun yang ia siapkan untuk Giotto, "Lihat, T—Tsuna sudah membawakan kadonya. Papa pasti sangat senang!"
Semua orang tidak bisa mengganggu anak itu—dan hanya bisa menatap Tsuna yang tadinya tersenyum sekarang tampak mulutnya gemetar dan senyuman itu menghilang berganti dengan isakan pelan dan semakin keras.
"Dia adalah pewaris selanjutnya kelompok Vongola?"
"Hmph, anak 8 tahun akan memimpin Vongola? Tidak akan mungkin, dan dengan tewasnya guardian terkuat Vongola, Vongola akan sangat lemah."
"Jika kita membunuh anak ini—"
Dan beberapa tatapan tajam mengarah pada orang-orang yang berbisik saat itu. Dan setelah pemakaman selesai, orang-orang itu akan benar-benar menyesal dengan apa yang mereka katakan. Baik itu aliansi, ataupun musuh.
"Ayo kita kembali Tsuna-sama…"
Bahkan Tsuna sudah tidak bisa melawan lagi saat tahu kalau ayahnya tidak akan bangun lagi. Ia tahu kalau tidak ada gunanya menangis karena tidak akan mengembalikan ayahnya. Dan ia tahu, saat ini ia hanya sendiri—ia tidak memiliki keluarga lagi.
To be Continue
#krik #krik #krik
Hehehe, Alaude sama Giotto mati…
Reader : #gaplokbareng
AAAH! S—soalnya me pengen fokusin di D18 sama 6927 Q^Q tapi ini lebih ke Family sama Friendship sih… Jangan beranggapan kalau Giotto sama Alaudenya ga mati, karena mereka berdua emang mati XD
Reader : #tusukbunuh
Y—yah, saya juga galau kok bikin scene ini. Dan Giotto + Alaude memang ga bakal keluar paling Cuma pas flash back etc. Harusnya masuk angst ya? Tapi Cuma awal-awal sih, lebih ke gimana Tuna kecil yang moe-moe harus latihan dari kecil karena harus jadi Vongola Secondo.
Chap selanjutnya, scene yang hampir sama tapi pakai sudut pandang Kyouya ^^ yah gimanapun dia Cuma anak umur 9 tahun kan—ditinggal mati papanya sedingin apapun minimal bakal nunjukin sama satu orang.
Bakal ada Family F18 di chap selanjutnya~ ^^
Eh iya, sebenernya me mau pilih antara lanjutin yang ini atau Enemy From The Past. Dan yang ffic lainnya masih proses rewrite dan nambah satu chap beberapanya jadi kalau mau sabar ya ^^
RnR?
