Hijikata Toshiro mengerjapkan pelupuk. Sepasang iris sebiru samudra dalam belum beralih dari sosok lelaki di hadapan. Fokus atensi masilah entitas bersurai perak dengan iris serupa darah kental yang menetes satu-satu dari ujung luka.

"Toshi, ini misi rahasia dari atasan. Aku perlu kau mengawasi sekaligus merehabilitasinya. Untuk rincinya …"

Suara Kondo Isao memudar, seolah gendang telinga itu tak lagi sudi menangkap bunyi. Toshiro tidak memberi perhatian akan eksplanasi yang diberikan sepenuh hati. Bahkan rokok yang telah tersulut lidah api kini dihiraukan. Serpihan abunya jatuh bebas ikuti gravitasi, melabuh pada pualam seputih susu.

Sebab ia tak bisa beralih dari sosok lelaki yang seumur dengannya. Serupa albino–sang lelaki bersurai perak yang tampaknya selembut bulu domba. Serta, netra darah yang telak tabrak menghujam iris samudra dalamnya begitu berani, nihil keraguan, juga dipenuhi determinasi.

Cantik.

.

.

.

Ah–Toshiro baru sadar bahwa ini betulan di luar rasionalitas. Melalui bahu, ekor mata melirik sang kriminal yang menaruh diri di atas sofanya dengan keterlaluan rileks. Lalu, ponsel itu masih di sisi telinga dan Toshiro kembali menghela napas entah untuk kali ke berapa.

"Sebentar, Kondo-san, maksudku," Toshiro siap mengulang meski ini hanyalah repetisi dari apa yang ia katakan sebelumnya. Dalam hati merutuk diri sendiri sebab tidak memerhatikan esensi rapat tadi siang. "Sakata Gintoki adalah kriminal kelas A. Kalau pun ia harus direhabilitasi dan diawasi, tidak seharusnya itu dilakukan di rumahku, bukan?"

"Tapi, atasan sudah memutuskan demikian, Toshi. Mereka punya ekspektasi padamu karena prestasimu."

Toshiro memijit pelipis. "Ya Tuhan, aku hanya seorang detektif. Kalau terjadi sesuatu padanya, atau terjadi sesuatu pada orang lain karena dia, aku yang akan disalahkan. Ayolah, Kondo-san!"

Dan ini tidak masuk akal!

Toshiro baru saja ingin berkata seperti itu bila ia ingat; tak ada yang masuk akal bahkan mengenai hidupnya.

"Maaf sekali, Toshi. Hal ini tidak bisa dinegosiasi. Untuk sekarang, coba dulu kaulakukan, ya?"

Ada pertimbangan sesaat dalam kepala si surai gagak. Sebab seberapa kali pun argumen dinyatakan, tak akan ada perbedaan kentara akan hasil dan keputusan akhir. Maka, Toshiro mengempas napas pelan, mengangguk, dan jawaban diberikan setengah hati, "Baiklah. Nanti akan kuhubungi lagi."

Beep.

"Anjing pemerintah yang setia, hm."

Saat timbre alto berkumandang penuh nada malas juga sindiran yang kentara, Toshiro mendelik. Namun kiriman tatapan beringas tak merubah senyum jahil yang berfungsi sebagai hinaan dan hiburan akan ketidakberdayaan si iris samudra dalam.

Oh, hidupku.

.

"Apa itu Hijikata-san?"

Isao menoleh. Sumber suara ialah sang bawahan loyal pemilik helai cokelat keruh dan iris vermillion. Lelaki itu mengangguk, mengernyit. Tentu ada serbuan rasa khawatir dalam hati. Okita Sougo mendengus pendek, lalu mengibaskan tangan.

"Tenang saja, Kondo-san. Kalau Hijikata Konoyaro itu memang tidak mampu, projek ini tidak akan dijalankan."

"Kau benar, Sougo," ujar Isao, lalu mengulas senyum. "Aku harus lebih percaya padanya."

Sasaki Isaburo yang juga hadir dalam ruangan kubus itu tertawa kecil. Lelaki paruh baya dengan monokel belum beralih dari ponselnya.

"Maaf sampai meminjam bawahanmu untuk eksperimen ini, ya, Kondo-Keibu-ho*."

Isao mengangguk. "Yah, bagaimana pun ini permintaan Tokugawa Shige Shige-Keisatsu-chō Chōkan*. Lagipula, benar, aku yakin Toshi bisa mengatasinya."

Imai Nobume mengangkat sebelah lengan. Tindakan itu dilakukan dalam merebut perhatian dan sukses pada nyatanya. Maka, sang gadis di umur dewasanya dengan surai biru baja membuka suara, "Aku selaku Keibu* akan terus mengawasi dan memfasilitasi Hijikata-san dalam tugasnya."

Pernyataan serta sumpah yang dipastikan akan terlaksana. Bibir itu mengukir senyum tipis.

"Kalau begitu, sekarang, Acute Project resmi dilaksanakan."

.

.

.

Prolog


Gintama © Hideaki Sorachi

Warning! Modern! AU, Hijikata Toshiro x Sakata Gintoki, criminal! Gintoki, detective! Toshiro, rated T (16+), romance, drama, out of character (maybe, possibly), shounen-ai, boys love, typo(s), EyD semoga betul seluruhnya, dan lain-lain.

Acute by Saaraa


A/N :

*Keisatsu-chō Chōkan: Commissioner General.

*Keibu: Chief Inspector.

*Keibu-ho: Inspector.

Hey-hoo~! Kembali lagi bersama saya, Saaraa yang sangat mencintai HijiGin :D

Jadi, ini adalah fanfiksi multi-chapter saya yang baru. Semoga saya bisa menyelesaikannya, ya. Saya tidak bermaksud membuat ini jadi panjang, tapi lihatlah nanti (XD). Jadi, untuk pembukaan dan penjelasan singkat, acute berarti (of a bad, difficult, or unwelcome situation or phenomenon) present or experienced to a severe or intense degree. Intinya, acute adalah kondisi yang buruk, tidak diinginkan, parah, jelek, dan lain-lain. You guys could guess why I give that kind of title, right ;)

Lalu, saya memakai pangkat kepolisian Jepang zaman modern. Intinya, pangkat Sougo dan Toshiro sama, police sergeant (Junsa-buchō), sementara Isao 1 tingkat di atasnya, Keibu-ho, baru setelah itu Nobume, (Keibu) dan paling atas Sasaki (Keishi). Pangkat ini masih dalam lingkup kepolisian lokal. Sementara Shige Shige saya buat menjadi government official yang tingkatnya nasional dan pangkatnya paling tinggi. Intinya di sini Shige Shige adalah Kepala Kepolisian Jepang.

Saya tidak akan banyak mengungkit pangkat dan masalah politik. Karena bagaimana pun, kisah ini berfokus akan romansa dan drama antara Hijikata Toshiro dan Sakata Gintoki, hehe. Hanya, saya memberi rincian tentang pangkat untuk mempertegas who in charge saja.

Semoga cerita ini membuat kalian senang dan tertarik, ya. So, see you on the next chapter!