"Aduuuuh ! Bagaimana ini ssu ! Pasti aku akan dipecat sama Akashicchi !" Gumam Kise sambil sibuk mengobrak-abrik meja kerjanya yang sekarang telah di penuhi oleh tumpukkan kertas dokumen.
Ini memang salahnya. Dokumen-dokumen penting yang dikirimkan oleh para pelamar maupun kantor lain tidak ia simpan dengan benar. Walhasil surat-surat maupun dokumen yang 2 bulan lalu datang,jumlahnya menjadi ganjil dan ia belum sama sekali menyortir ratusan dokumen bulan April hingga Juni yang tak terhitung berapa surat yang terkirim. Paling tidak satu bulan itu biasanya hingga mencapai lima ratusan,entah itu surat Lamaran pekerjaan atau hanya sekedar promosi tapi sangat berarti untuk perusahaan yang di dirikan Akashi ini lantaran bulan lalu ia dapat tiket ke Hawaii dari hasil ikut undian dari Suatu Bank terkenal di Negaranya selama 3 minggu dan ia melupakan fakta bahwa ia meinggalkan pekerjaan yang sama sekali belum di sentuh. Bisa-bisa teman satu SMP-nya yang merangkap sebagai direktur perusahaan Akashi Corp memecatnya dengan tidak berperikemanusiaan. Lantas,setelah di PHK nanti belum tentu ia bisa dengan mudah mencari pekerjaan lain atau tidak. Ia justru harus berterimakasih pada Akashi yang sudah mau menolongnya mencari pekerjaan baru 3 tahun yang lalu saat ia baru keluar dari salah satu Universitas karena salah membuat judul skripsi yang membuatnya 1 tahun harus menetap di Universitas lebih lama karena kecrobohannya. Kadang ia merutuki Aomine habis-babisan karena meurutnya Aomine yang pemalas bisa dengan mudah di terima kerja di Akashi Corp lebih dulu darinya.
Momoi yang sedang melewati bilik Kise sedikit mengintip dari bilik berukura meter tersebut sambil membawa map warna merah yang sepertinya akan di ajukan pada Akashi hari ini. Melihat keadaan kacau tersebut Gadis pink itu menggelengkan kepalanya lalu menghela nafas panjang—Lelah atas kelakuan teman seperjuangannya yang kerap kali tak menunjukkan sikap professionalnya dan malah membuat semua kekacauan dalam kantor bergengsi ini karena tingkahnya yang ceroboh.
"Ada yang bisa kubantu Ki-chan ?" tanya Momoi basa-basi.
Kise menatap nanar mata merah muda gadis itu lalu bersujud-sujud dengan berlebihan di depan sang Gadis tak lupa di sertai tangisan buaya. Tapi,kali ini ia benar-benar serius—Menyesali perbuatannya.
"Akan kuberitahu apa masalahku ssu,tapi tolong rahasiakan ini dari Akashicchi ssu !" Pinta lelaki bishounen itu masih dengan posenya yang tadi.
"Tergantung apa masalahmu."
"Tolong aku,surat lamaran yang ke 200 hilang..."
Krik—.
"A-apa ? Kalau begini sih pasti dengan terpaksa aku harus melaporkannya pada Akashi-kun." Dengus Momoi setengah tak percaya.
Kise lagi-lagi bersujud-sujud sambil membayangkan kalau dirinya benar-benar akan Di PHK lalu di cincang oleh lelaki merah itu, "Oh,Ayolaaah Momoicchi. Bisa bantu aku mencarinya sekarang ? Kau tahu kan kalau Akashicchi marah seperti apa, aku bisa di cincang hidup-hidup ssu !"
Momoi mengangguk lalu mulai mencarinya di lemari yang sudah di bongkar isinya oleh Kise sedangkan Lelaki kuning itu mencari di sisi lain ruangan. Sudah setengah jam mencari hasilnya tetap nihil,bahkan Momoi sampai lupa harus menyerahkan hasil kerjanya hari ini. Bola mata pink itu memutar malas lalu menemukan 2 tumpukan dus karton di bawah meja Kise. Ia menunjuk sambil memanggil Kise yang sudah terlihat putus asa.
"Apa kau yakin sudah mencarinya di dus itu ?" Momoi memastikan.
Kise menatap Momoi sebentar lalu melanjutkan acara cari dokumen diatas meja kerjanya, "Ck, aku yakin tidak ada disitu. Itu hanyalah sampah kertas-kertas yang belum kukirimkan ke tempat daur ulang ssu."
Momoi menghela nafas,lalu mulai menarik dus itu. Membuka tutupnya yang tidak di beri lem isolasi,lalu mengeluarkan isinya. Memang benar isinya hanya laporan atau kuesioner yang sudah kadaluarsa. Tapi instingnya berkata lain. Dan suatu map berwarna Hijau tua memuatnya tertarik lalu ia segera membuka map hijau tersebut.
.
.
.
"Ki-chan. Kali ini tidak jadi kulaporkan pada Akashi-kun." Gumam Momoi.
Kise menghampiri Momoi sambil berjongkok, "E-eh,kenapa ssu ?"
"Dokumen ini ternyata milik temanku yang akan melamar kerja disini..."
Kali ini Kise tak tahu lagi kalau ia harus senang atau kaget.
A Kuroko No Basuke Fanfiction
Disclaimer Tadatoshi Fujimaki © | Writtenby Kayuyu ©
Magnet ?
Pairing : Akashi S x OC/Readers
Genre : Romance,etc.
Rate : T
Warning! : Typo,OOC,bahasa kurang konsisten,dll.
.
.
.
.
"Apa kau yakin kau sudah mengirimkan surat lamaran itu ?" Tanya Ibumu sambil menggoreng daging bacon untuk sarapan , Kau hanya diam sambil membereskan piring-piring yang akan digunakan sarapan pagi ini. Mungkin hampir setiap hari wanita berusia hampir empat puluh lima tahun membahas topik yang sama hingga kau merasa bosan mendengarnya. Memang sudah sewajarnya gadis berusia 27 tahun sepertimu sudah mendapat pekerjaan paling tidak bekerja sebagai pekerja part time. Tapi kau hanya membalasnya dengan masih menikmati masa mudamu yang bodoh itu. Menurutmu itu memang biasa-biasa saja. Tapi itu justru sangat aneh di ucapkan oleh wanita berusia 27 yang—Harusnya sudah memikirkan tentang masa depan bersama suami dan anak-anak kelak,tapi kelakuanmu malah sebaliknya. Merasa yang masih muda dan belum memiliki tujuan hidup apapun.
"Sudah kok. Mungkin saja suratku belum terbaca." Jawabmu malas sambil duduk di meja makan lalu meneguk segelas susu dingin dari kulkas.
Tak lama kemudian Adikmu ikut nimbrung dalam pembicaraan pagi hari ini,sambil sibuk menatap layar televisi yang menayangkan pertandingan Basket antar SMA.
"Hmm,ya. Berhentilah menyebut masa muda bodohmu itu Kak. Lebih baik kau segera bekerja dan hidup sendirian di Apartemen , itu jauh lebih baik ketimbang kau terus-terusan menumpang pada Ayah dan Ibu."
Perempatan siku-siku tercetak jelas dari dahimu. Ck,lagi-lagi dia berusaha menyingkirkanmu dari rumah ini ya ? Kau segera menghabiskan sarapanmu lalu bergegas pergi ke tempat kerja yang selama ini kau rahasiakan pada mereka bertiga,hitung-hitung untuk tambahan uang saku yang selama ini semakin berkurang saja.
Setelah merasa sudah rapi,kau langsung pergi keluar rumah. Ibu sudah pergi bekerja ke rumah sakit—bekerja, sedangkan anak itu sudah pergi ke Sekolah. Bagus !
Melewati jalan yang ramai hingga sampai pada sebuah Cafe kecil di pinggir stasiun. Tersenyum pada lelaki dengan surai orange gradasi, setelah menaruh barang-barang kau keluar sambil mengantarkan pesanan ke meja no 5. Ogiwara tersenyum puas melihatmu seperti biasa bersemangat.
"Ohayou,[Name]-san !" Sapanya lembut,kau mengerutkan dahimu mencoba memprotes tentang panggilan aneh Ogiwara yang selalu ia ucapkan saat memanggilmu. Padahal kalau tidak salah kalian berdua sudah menjalin persahabatan hingga 5 tahun lamanya waktu kuliah dulu. Seharusnya nama panggilan juga sudah berubah dari beberapa tahun yang lalu,tetapi ia sepertinya masih enggan untuk memanggilmu dengan embel-embel '-Chan' di belakang namamu. Bahkan kau sendiri sudah mencontohkan nama panggilan 'Shige-kun' dari dulu.
Kau tertawa sinis, "Berhentilah memanggilku dengan suffix –san dibelakangnya,kau membuat persahabatan kita menjadi semakin aneh."
"Hah ? Biarkan saja,anggap saja itu panggilan sayang."
Lalu ia berlalu pergi ke dapur belakang meninggalkanmu yang masih mematung atas ucapannya tadi,mungkin kau berusaha untuk memahami apa maksud dibalik kata ambigu tadi. Aah~ kembalilah bekerja [name] !
Jam menunjukkan pukul enam sore,seperti biasa Cafe ini hanya buka dari jam 8 pagi sampai jam enam sore. Kau duduk di meja pelanggan dekat kasir sambil meminum teh hijau dingin dan sepotong kue coklat sisa yang tadi siang tiba-tiba sang pelanggan membatalkan pesanannya sambil membuka smartphone dan mengunjungi web tempat berkirim email. Ogiwara sedang sibuk mengelap meja dan kaca etalase depan,tugasmu yang membereskan dapur dan membersihkan lantai cafe sudah selesai sejak tadi.
[ From : Akashi. Corp21
To : [name]45.
Re : Perihal tentang penerimaaan karyawan baru.
subject : Besok,bawalah CV lamaran pekerjaan yang baru. Datanglah ke Kantor Akashi Corp jam 9:30 pagi. Akan ada Interview terlebih dahulu. Terimakasih. ]
Kau menahan nafas lama,lalu melirik Ogiwara yang sekarang sedang berada di meja kasir. Tak menyangka bahwa akhirnya kau dipanggil untuk Interview ke Kantor Akashi Corp setelah 3 bulan kau mengirim surat lamaran yang pasti sudah berdebu diantara tumpukkan-tumpukkan berkas yang—mungkin lebih penting dari lamaran pekerjaanmu itu.
"Shi-Shige... akhirnya !" Kau berlari menghampiri Ogiwara yang sedang menghitung lembaran uang di tangannya,kau memeluknya erat sambil memegang smartphonemu.
Lelaki itu mendesah lelah,lalu berusaha melepaskan pelukanmu yang tiba-tiba.
"A-apa sih,tolong lepaskan dulu !" teriaknya.
"Ma-maaf !"
Ia menatapmu tajam,lantas menaruh kembali lembaran-lembaran hasil jualan hari ini di mesin kasir. Kau yang masih menunjukkan wajah excited malah membuat lelaki itu semakin tak mengerti atas sikapmu yang aneh itu. Sepertinya ia merasa kalau kau punya berita yang menggembirakan yang tentunya kau ingin juga Ogiwara mengetahuinya.
"Aku... diterima oleh—eh tidak,sebenarnya tidak tahu juga apa akan diterima atau tidak tapi karena sudah di panggil untuk interview saja aku sudah sangat senang !" kau tertawa renyah.
Lelaki bermarga Ogiwara tersebut bersidekap, "Yaah~ mungkin nanti kau tak perlu bekerja di Cafeku lagi kan ? Aku pasti akan merindukanmu." Lalu Ogiwara menepuk pundakmu kencang.
"Hah,ayoolah Shige-kun ! Jangan berpikir yang tidak-tidak seperti itu,kalau aku tidak jadi bekerja disana apa aku masih boleh bekerja di Cafemu?" tanyamu memelas,apa maksudnya sih? Hari ini sikapnya sangat aneh dari biasanya ,apa mungkin ia salah minum obat?
"Tentu saja,boleh kok." Ia tersenyum.
Setelah pulang dari Cafe kau langsung pulang ke rumah sambil membawa kantung belanjaan untuk memasak makan malam hari ini. Tadi pagi Ibumu sempat memberimu uang 3000 yen untuk membeli bahan makanan. Kau membuka pintu berplitur warna coklat mahoni oh syukurlah Ibu dan anak menyebalkan itu belum pulang, biasanya hanya Ibu yang pulang lebih telat apa mungkin Ryuu sedang ada latihan di Club basket di SMP-nya . Kemarin-kemarin ia pernah bilang padamu bahwa ia diangkat menjadi Kapten tim basket Sekolahnya,menurutmu itu adalah hal yang menakjubkan mengingat kau dulu juga pernah menjadi kapten Club memanah di SMA dulu dan itu keren sekali,selalu dibutuhkan lalu di sanjung-sanjung. Yah,walau kautahu pekerjaan menjadi Kapten memanglah tak sesuai yang selalu kau harapkan. Suara air mendidih dan chicken katsu yang di goreng menyapa indera pendengaranmu,membuka tutup penanak nasi untuk mengecek apakah nasi yang kau masak sudah matang atau belum,lalu kembali fokus pada ayam goreng dengan tepung roti yang mengambang di permukaan penggorengan. Suara televisi yang menyiarkan berita sore menyiarkan tentang masaah perekonomian jepang yang sedang turun. Sebenarnya hal ini perlu di curigai mengenai mengapa perekonomian Jepang yang tadinya lumayan naik tiba-tiba menjadi turun secara cepat,dan itu sukses membuat pemerintah kalang kabut untuk menormalkan mata uang yen yang kalau tidak di perhatikan titik normalnya menjadi semakin berada di titik terendah perekonomian dunia.
Setelah semua beres,kau langsung membereskan alat makan yang akan dimakan tadi,lalu mencicipi rasa kare daging buatanmu,setelah dirasa lumayan enak,kalu langsung mematikan api yang masih menyala. Duduk di sofa sambil membaca novel pinjaman di depan televisi. Tak lama kemudian,suara bell terdengar,kau buru-buru membukakan pintu. Tak menyangka bahwa Ibumu telah pulang dan di belakangnya terlihat adikmu yang sedang membawa tas bola basket di tangannya.
"Tadaima."
"O-okaerii,I-Ibuuuu~" Kau langsung memeluk Ibumu yang sedang memegang kotak kue.
Ibumu mengernyit heran,lalu minta di lepaskan oleh pelukkanmu. Lagipula kalian masih berdiri di depan pintu. Belum sepenuhnya masuk ke dalam rumah.
"Ada apa?" tanya Ibumu.
Setelah masuk ke dalam rumah,lalu duduk di meja makan. Lelaki yang masih duduk di bangku kelas 1 SMA menatap heran manik onyxmu,ia rasa kelakuan Kakak perempuannya dari tadi memanglah tidak seperti biasanya. Tapi menurutnya lagi,kau memang selalu aneh setiap hari dan ditambah hari ini lebih aneh lagi. Ia melihat meja makan,ada 2 menu protein di meja makan. Yang satu kare daging dan satunya lagi Chicken katsu.
"Sebenarnya ada apa sih,kak? Aduuh" tanya adikmu sambil menyuapkan kuah kare,lalu mengambil segelas teh dingin di gelas,lalu mengeluarkan suara 'hah'hah' seperti orang yang sedang kepedasan.
Kau melebarkan senyuman khas iblis di neraka sana sambil melirik sebotol bubuk cabai di meja pantry—yang di rencanakan memang mau menjahili sang adik yang kurang ajar tadi pagi dengan cara memasukkan bubuk cabai tambahan di nasi kare bagiannya. Wajah adikmu memerah padam,sambil terus-terusan mengulangi acara menenggak gelasnya. Kau hanya diam namun terkadang ingin menertawai wajahnya yang memelas karena kepedasan. Haha,rasakan Ryuushou !
"Sebagai perayaan kecil-kecilan,aku ingin memberitahukan bahwa aku benar-benar di panggil untuk interview besok." Ucapmu bangga sambil memamerkan deretan gigi putih nan cemerlang.
Krik—.
"Lalu Kakak merayakan ini dengan cara yang kurang ajar seperti ini,ya kan?" tanya adikmu,ia memicing tajam kearahmu.
"Oh,memang benar." Jawabmu tanpa dosa.
Setelah itu adikmu melempar tomat ceri kewajahmu,dan disitulah terjadi insiden lempar tomat ceri duo kakak beradik yang umurnya terlampau—sangat jauh.
.
.
.
.
.
"KUSSSSOOOO,ONEEEEE-CHAAAAAAN!" teriakan Ryuushou menggema di penjuru ruang makan. Kau segera lari terbirit-birit sambil membawa chesse cake dan sepiring Nasi kari menuju ke lantai dua dan menutup rapat pintu daerah kekuasaanmu. Kalau seperti ini mungkin saja keadaan menjadi damai dan sejahtera.
Kau mengintip dari celah pintu,terlihat adikmu yang lelah adu kekuatan kembali menuju lantai satu dimana hanya terdapat Ibumu yang duduk sambil menyaksikan perang dunia ke tiga. Mungkin menurut wanita itu,kau bagai kubu Jepang yang menyerang pangkalan tentara laut Amerika di Pearl harbour dimana sang pihak Amerika menjadi terpancing untuk berperang karena masalah biasa. Ia menghela nafas maklum atas kelakuan dua bocah yang berbeda umur juga berbeda alat kelamin,namun ia cukup mensyukuri setidaknya ia masih bisa mendengar suaramu yang berteriak cukup keras yang berhasil membangun atensi diri Ryuushou sang remaja labil sebelum kau mulai pindah ke Apartemen di dekat kantormu—Akashi Corp yang lumayan jauh jika kau harus bolak-balik naik 3 kereta setiap harinya yang kalau dihitung-hitung lebih hemat pindah ke apartemen dekat kantor,selain untung di pengeluaran juga dapat memanfaatkan waktu secara efisien nantinya.
Kau duduk di meja Cafetaria bawah sambil mengeratkan jas warna Peach pemberian Ibu,setelah tahu kau akan di Interview,wania berumur sekitar hampir lima puluh tahun langsung membongkar lemari lamanya demi mencari jas atau blazer yang membuatnya dulu diterima baik di Rumah sakit,itu semacam takhayul buatan Ibumu atau sekedar lelucon tak masuk akal sewaktu Ibumu masih terlampau muda. Yah,masa muda Ibumu penuh warna jika ia menceritakan padamu,entah itu pertamakali masuk SMA atau pertamakali wanita itu bertemu dengan cinta pertama sekaligus cinta terakhirnya yang sekarang lelaki itu adalah Ayahmu sendiri. Menggelikan memang mendengar orang tua bercerita tentang romansa picisan yang terkadang penuh dengan petikkan gitar di depan rumah—hingga berujung malah di timpuk dengan sepatu atau puisi cinta yang setiap bulan dikirmkan entah itu melalui tukang pos hingga Officeboy rumah sakit,semuanya menggelikan jauh berbeda dengan gaya pacaran muda-mudi yang sekarang penuh dengan pemberi harapan palsu atau sekedar Friendzone yang kadang membuat hati sakit bagai ditusuk sebilah pisau tajam.
Jam 09:25...
Lima menit lagi mencapai angka setengah sepuluh,kau meminum air hangat yang kau pesan. Melirik jam tangan kusam di pergelangan tanganmu. Menengok kanan-kiri mencari gadis bersurai merah muda yang tak kunjung datang. Setidaknya jika ada dia kau bisa langsung diantarkan ke ruangan direktur sekarang juga,lalu dengan cepat bekerja dengan laptop yang menyala dan membawa kabar baik ketika pulang nanti pada Ibu dan Ryuushou.
Suara sepatu hak tinggi menginterpusi pendengaranmu,pemilik sepatu pink tersebut berjalan cepat menuju ke tempatmu duduk. Kau tersenyum jengkel.
"Huaaa—,maaf-maaf [Name]-chan seharusnya 10 menit yang lalu aku sudah berada di Cafetaria untuk menemuimu. Tapi,Midorima-kun mengomeliku,dia memang wakil yang merepotkan !" Momoi membungkuk dalam. Kau langsung luluh,lantas menyuruhnya berdiri dengan normal. Rambut merah mudanya tidak seperti waktu SMA dulu—di gerai,namun sekarang ia mengikat cepol surainya yang lembut itu dengan kemeja hijau tosca dan rok skinny di atas lutut. Wajahnya juga semakin canti dan dewasa ketika pandangan matamu menangkap wajahnya yang cantik.
"Baiklah,aku mengerti. Tapi,apa masih bisa ?" tanyamu. Tanpa berpikir panjang,tangan kananmu langsung di tarik oleh gadis itu menuju lift di sebelah Vending machine menuju lantai 4 gedung kantor.
Di dalam lift kau langsung membuka percakapan dengan Momoi namun gadis itu menolaknya karena alasan waktu, "Nanti saja bicaranya [name]-chan ! Kemarin aku sudah meyakinkan Akashi-kun untuk langsung menerimamu bekerja di perusahaan ini !" ia mengedipkan matanya sebelah sambil thumb up. Kau tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada sahabatmu sewaktu di SMA.
Kau dan Momoi telah sampai di depan ruangan rang terpenting di perusahaan ini,dengan lelaki bersurai hijau berbingkai kacamata di depan pintu sambil berkali-kali melirik jam tangan mahalnya. Setelah melihat Momoi ia langsung menegur gadis itu yang terlambat 5 menit.
" Cepatlah bawa anak itu ke Akashi,kau membuatnya menunggu nanodayo !" komentar lelaki dengan name tag Midorima Shintarou yang sempat kau lihat di dada kanannya di lengkapi pas foto.
Momoi segera membuka pintu berpelitur hitam, sebuah ruangan yang luas di lengkapi dengan 1 meja besar untuk bekerja dan 1 ruangan yang dibatasi dengan kaca di dalam ruangan kecil itu terdapat 1 meja kerja dengan laptop yang tertutup dan jangan lupakan bahwa disana banyak lemari-lemari buku atau lemari berkas di setiap pojok ruangan. Sejauh ini ruangannya terlampau rapi apa sang direktur pencinta kebersihan? Bisa jadi. Wangi pengharum ruangan dengan wangi lemon kentara di hidungmu. Lalu Momoi lengsung menghampiri lelaki bermahkotakan merah crimson yang sedang sibuk menulis sesuatu di selembar kertas tak menyadari bahwa kalian telah masuk ke ruangan yang bersifat pribadi tersebut. Ia menolehkan kepalanya kearah kalian berdua,menangguk lalu menyuruh kau duduk di hadapannya.
[Reader POV]
Mungkin aku telah berpikir kurang sopan selama berjalan menuju ruangan ini. Kukira direktur perusahaan ini adalah kakek-kakek yang masih menyempatkan diri di usianya yang sudah senja namun perbedaan realita sungguh mengejutkan. Aku merasa khilaf atas pikiranku yang nista ini,hahaha~. Saat pertama kali melihatnya,aku langsung terpana dengan wajahnya yang lumayan tampan,warna matanya yang merah mengingatkan ku tentang bunga mawar di pekarangan rumah.
[Reader POV end]
Kembali ke realita,kau meghembuskan nafas panjang menjawab setiap pertanyaan yang di lontarkan oleh Akashi Seijuurou selaku direktur perusahaan. Pertanyaannya memang tak terlalu muluk dan bersifat pribadi,namun ada satu pertanyaan yang membuatmu terkejut.
"Bagaimana jika kau langsung kuterima menjadi sekretaris pribadiku, apa kau keberatan [Fullname] ?" tanya Akashi sambil menompangkan dagu di tangan.
Kau bingung mau menjawab apa. Hening selama 3 menit,kau pikir diterima sebagai karyawan biasa sudah cukup bagimu dan tiba-tiba Akashi menawarkan—bukan! Lebih tepatnya bertanya apakah kau mau menjadi sekretaris pribadinya. Sungguh itu pilihan yang sulit,terkadang keajaiban memang ada namun apakah perlu harus secepat itu naik pangkat ?
Akashi tetap diam sambil menatapmu,menunggu jawaban apa yang akan kau jawab setelah ini. Insting prediksi masa depannya mengatakan bahwa kau akan menerima pekerjaan ini.
Kau menjawab patah-patah, "Ba-baiklah aku menerimanya."
Akashi tersenyum—lebih tepatnya menyeringai puas. Tak ada satupun yang dapat mengalahkan Emperor eyenya yang berharga ini dan ia cukup puas jika prediksinya selalu tepat ah— maksudnya selalu benar.
"Sudah kuduga jika kau mau menerima tawaranku ini." Ucapnya sambil menyandarkan tulang punggung ke kursi besar yang ia duduki dari tadi.
Kau terseyum kikuk. Bingung mau berkata apa pada Ibumu nanti tentang kejutan yang aneh sekaligus ajaib ini.
Selang beberapa menit lelaki bermahkota crimson itu membuka mulutnya.
"Aku berbaik hati mengizinkanmu pulang terlebih dahulu dari yang lain. Mulai besok kau bekerja di ruangan ini bersamaku dan akan menemaniku setiap hari. Mengerti ? Mengenai peraturan berpakaian atau yang lainnya bisa kau tanyakan pada Momoi atau Midorima Shintarou yang tadi kau temui di depan. Sekarang kau bisa pulang,Mohon bantuannya muai sekarang [Fullname]." Akashi berdiri sambil megulurkan tangan. Kau langsung menerima uluran membungkuk sopan sebelum kau keluar dari dalam ruangan tersebut.
Setelah sampai dalam lift kau langsung mengecek Smartphone dan melihat ada pesan masuk dari Momoi,ia bilang sudah masuk waktu makan siang dan ia akan memperkenalkanmu pada teman-teman kantornya yang lain di Cafetaria bawah.
Sementara itu di dalam ruangan Akashi,
.
.
.
.
.
.
"[Fullname] ya ? menarik juga..." Akashi menarik bibirnya sedikit sambil memegang dokumen berisi biodata gadis yang akan menjadi Sekretaris barunya itu.
Chapter 1 END.
Hahaha,jadilah chapter pertama dari Fic Magnet ini. Ini untuk permintaan maaf Kayuyu untuk para readers yg kecewa kalo Fic Balada Cinta Akashi kuhapus karena ga bisa ngelanjutin lagi. :''D
Inshaallah kayuyu bakal terus ngelanjutin fic ini,dan semoga gak ada hambatan dalam menyelesaikan Cerita ini. Dan Oh,iya ! Maaf kalau pengetahuan Kayuyu tentang pekerja kantoran masih minim,karena kayuyu masih anak bocah SMP yang sotoy tentang dunia kerja. xD
