Naruto by Masashi Kishimoto
Story by yazura
AU, OOC, Typo
[Anime Shigatsu wa Kimi no Uso menginspirasiku untuk membuat fic ini. Aku tidak mengambil plot dari Shigatsu, hanya beberapa yang kusamakan.]
.
.
.
Classic Love
.
.
.
Suara dari gesekan antara bow dengan senar biola itu terdengar jelas dari ruangan musik. Beberapa murid yang lewat menikmati nada musik yang menenangkan itu. Tak jarang ada murid yang berhenti di depan ruang musik hanya untuk mendengarkan suara biola dari violinis bernama Haruno Sakura. Sakura memejamkan matanya. Sesekali ia sedikit menautkan alisnya untuk menghayati permainannya. Jari-jari di tangan kirinya dengan gesit berpindah saat bow mulai bergerak naik turun.
"Kreisler...Liebesleid. Kenapa dia selalu memainkan lagu ini?" batin seorang pemuda berambut biru gelap saat ia berjalan mendekati ruang musik. Untuk kesekian kalinya, ia mendengar lagu yang sama dari violinis yang ada di dalam ruang musik itu.
Sakura menghentikan permainannya. Ia menatap partitur yang ada di depannya kini. Senyum terpampang di wajahnya. Ia sudah menghafal isi dari partitur itu sejak kecil. Ia sudah belajar memainkan biola saat umurnya masih tujuh tahun. Menghasilkan permainan hebatnya saat ini.
Ia bersiap memainkan lagu tersebut lagi sampai akhirnya suara pintu terbuka terdengar di indera pendengarannya. Ia menoleh ke arah pintu dengan wajah sedikit terkejut. "Hm?" alisnya bertaut dengan mata tertutup. Mencoba mengingat siapa yang ada di depan pintu, "Uchiha Sasuke dari 3–1." ucapnya sembari tersenyum.
"Kenapa kau selalu memainkan lagu ini?" tanya Sasuke dengan wajah datar.
Sakura sedikit terkejut dengan pertanyaan Sasuke, namun ia langsung tersenyum setelahnya. "Itu karena...agar aku terbiasa dengan kesedihan," ucapnya.
Sasuke mengangguk dalam hati. Liebesleid atau Love's Sorrow dalam bahasa Jerman itu memang memiliki nada yang begitu mellow dan menyentuh saat ada yang memainkannya. Sasuke berjalan menuju piano klasik berwarna hitam yang ada di dekat Sakura. Ia membuka penutup tuts piano dan menekan salah satu nada untuk memastikan kalau piano itu masih hidup. Ia menarik napas dan mulai memainkan lagu milik Kreisler tadi.
Sakura yang melihat itu cukup terkejut karena permainan Sasuke begitu menggetarkan seluruh tubuhnya. Ia terpaku dengan pemandangan di depannya. Sasuke memainkan pianonya sambil menutup mata. Yang berarti Uchiha Sasuke adalah seorang pianis hebat. Mendengar nada-nada yang ia mainkan begitu menyentuh. Sakura tersenyum melihatnya. Ia ikut memejamkan matanya untuk menghayati lagu yang ia sukai dari kecil ini. Memang terdengar lebih bagus jika dimainkan dengan piano.
Permainan Sasuke selesai, mata Sakura terbuka seiring dengan tuts terakhir yang di tekan. Matanya berbinar menatap Sasuke. "Kau seorang pianis?" tanya Sakura dengan nada agak semangat.
"Begitulah." jawab Sasuke sekenanya.
Senyum Sakura melebar. "Apa kau mau menjadi pengiringku?" ucapannya membuat Sasuke menoleh ke arahnya dengan sebelah alis yang dinaikkan.
Ia menghela napas. "Tidak,"
Ekspresi senang Sakura buyar seketika. "Pengiringku baru saja mengundurkan dirinya karena aku bermain di luar kepala." ucapnya dengan memajukan bibir bawahnya.
"Bukan urusanku," sahut Sasuke lalu bergegas pergi dari ruang musik.
"Tidak usah jadi pengiring juga tidak apa," ucap Sakura sebelum Sasuke keluar, "aku ingin mendengarmu bermain piano." lanjutnya. Sasuke terdiam sejenak lalu melanjutkan langkahnya keluar dari ruang musik.
"Dingin sekali," gerutu Sakura sedikit kesal lalu kembali memainkan biolanya.
"Sakura," panggil seorang gadis berambut pirang bernama Yamanaka Ino
Sakura menoleh ke arah sahabatnya–Ino. "Hm?"
"Pulang sekolah ini kau mau kemana?" tanya Ino sembari menunggu Sakura merapikan bukunya.
Ia berpikir beberapa detik untuk menjawab pertanyaan Ino. "Hm..aku akan ke toko peralatan musik untuk membeli senar baru. Senarku putus saat aku tak sengaja menyenggolnya dengan ibu jariku." ucapnya memasang raut wajah sedih dan kesal.
Ino terkekeh mendengarnya, ia mengecek ponselnya yang berdenting tanda ada pesan masuk. Wajahnya langsung berbinar. "Sakura! Sai mengajakku pulang bersama! Astaga, apa wajahku terlihat berantakan dan kusam?"
"Ng...kurasa tidak," jawabnya setelah memeriksa penampilan Ino.
"Okay, terima kasih! Sampai jumpa, Sakura!" teriak Ino sembari berlari.
Sakura melambai padanya lalu mendengus geli. Ia menggendong tasnya dan menenteng tas berisi biolanya lalu berjalan keluar kelas yang sepi. Murid-murid menyapanya dengan ramah. Sakura tersenyum akan hal itu. Ia melihat jam tangannya yang menunjukan pukul tiga sore. Setelah itu berjalan dengan santai karena waktunya masih banyak sebelum jam setengah tujuh.
"Ng, hai, Sasuke." sapanya saat melihat Sasuke bersandar di pohon dekat sekolah.
Sasuke menoleh mendapati Sakura yang tersenyum kikuk, "Hn."
"Sedang apa? Kau menunggu seseorang?" tanya Sakura penasaran.
Sasuke menggeleng pelan lalu memejamkan matanya.
"Mau pulang bersama?" tanya Sakura dengan senyum lebar. Sasuke membuka matanya kembali dan berpikir sejenak.
Sakura masih bertahan dengan senyumnya. Alisnya terangkat membuat kedua matanya ikut terangkat. Mata hijaunya berkilauan terkena cahaya matahari sore. Membuat Sasuke sedikit terpukau walau tak sama sekali ia tunjukkan. "Hn." gumamnya.
Sakura terlihat senang, "Tapi nanti aku akan mampir ke toko musik dulu. Senarku putus," ucapnya sembari memimpin jalan di depan. Ia memain-mainkan kakinya. Mengoceh, melompat-lompat, bersenandung, dan lain-lain yang hanya di tanggapi gumaman oleh Sasuke yang terdiam di belakangnya.
Rambut sepunggung Sakura berkibar saat angin menerpanya. "Hu-Wow," ia menutup mata kirinya untuk mencegah debu. Angin berhenti, rambutnya ia rapikan agar tidak terlihat berantakan. "Nah, sudah sampai!" ucapnya senang lalu masuk kedalam toko. Disambut dengan dentingan bel di atas pintu. Sasuke tetap mengikutinya dari belakang.
Sakura sibuk mencari-cari senar biola yang bagus untuknya. Sasuke sendiri lebih memilih untuk melihat-lihat saja. Sasuke melihat Sakura yang memegang senar yang membentuk gumpalan melihat ke arah buku partitur. Di atas rak itu terpampang nama Ludwig van Beethoven dengan sangat jelas. Sasuke sudah menebak kalau Sakura juga ingin membeli partitur baru untuk dimainkan. Jadi ia memilih diam saja. Wajah Sakura tampak senang saat menemui apa yang ia cari dan langsung berlari ke kasir untuk membayar. Setelah itu, ia berterima kasih pada penjaga kasir lalu berlari menghampiri Sasuke yang menunggu.
"Aku membeli buku partitur milik Beethoven. Karena lagu milik Beethoven yang kutahu hanya satu. Jadi aku ingin mengetahuinya lebih banyak. Berhubung Beethoven adalah komposer yang hebat, jadi aku tertarik." jelas Sakura.
"Kau hanya tahu Fur Elise," ucap Sasuke dengan nada meledek.
Sakura mengembungkan pipinya, "Kenapa kau bisa tahu," gerutunya kesal lalu tersenyum lagi. "Maka dari itu aku membeli ini." ucapnya sembari menunjukan buku bersampul kuning dengan garis hitam sebagai penyangga tulisan Ludwig van Beethoven.
Sasuke mendengus, "Dasar monster ekspresi." ucapnya pelan.
Sakura tidak mendengarnya karena terlalu sibuk dengan kesenangannya. Ia masih berjalan di depan dengan ocehannya yang sesekai tak Sasuke dengar.
"–jadi sebagai gantinya, aku akan membelikanmu minuman di Jidouhanbaiki." ucap Sakura. Ia berlari ke arah mesin minuman dan memasukan beberapa uang lalu mengambil minuman yang jatuh di tempat bagian bawah mesin lalu kembali dan memberikannya pada Sasuke.
Sasuke menerimanya namun tidak langsung meminumnya. "Aku lewat sini. Terima kasih, Sasuke! Ki wo tsukete, ne!" teriaknya sembari melambaikan tangan menjauh.
Sasuke mendengus–lagi. Lalu tersenyum tipis. "Terima kasih, pink."
.
.
.
.
.
.
to be continue
Bow: Busur biola
Liebesleid: Kesedihan Cinta
Fur Elise: (Aku tahu kalian tahu lagu ini.)
Partitur: Kertas berisikan not balok. Yang bentuknya garis lalu ada lingkaran miring ke kiri di bagian bawah.
Kreisler: Komposer
Ludwig van Beethoven: Komposer
Jidouhanbaiki: Vending Machine
Ki wo tsukete: Hati-hati di jalan/Jaga diri baik-baik
Terima kasih telah membaca! Jangan lupa tinggalkan review!
Untuk mengetahui kelanjutannya, silahkan tunggu chapter berikutnya!
Sampai jumpa!
