Yo yo... adakah yang merindukan saya/ all: enggak #didepak

Well... yeah saya lama ya nggak mampir kesini :3

So saya mau bikin story tentang cinta, dan persahabatan yang dibumbui dengan super power.

Dan tanpa basa basi ya

Rate : T (Bisa saja nambah tergantung keadaan(?))

Genre : Magic, Adventure, Family, Friendship, Romance(mungkin), dan Action.

OC : Banyak tapi untuk sekarang masih prolog.

Chapter : Prolog.

Declaimer : BoBoiBoy milik Animonsta dan cerita ini hanya karya fiksi milik author.

Warning : OOC, OC, Typo(s), No aliens, No robot, Miss EYD dan kesalahan besar lainnya.

Happy Reading...

Banyak orang mengira hidup mereka akan lebih menyenangkan jika mereka memiliki kekuatan super dan terlibat dalam pertarungan. Well... yeah... memang menyenangkan pada awalnya. Tapi asal kau tahu saja, tidak semua itu. Jika kau teluka gores dilututmu dan kau sudah menangis, jangan harap kau akan bertahan saat kau bertarung dengan resiko luka yang bahkan mengantarmu pada liang lahat. Jika kau tak bisa menekan hatimu untuk ketika orang terdekatmu dalam bahaya, prosentase kematianmu akan lebih tinggi lagi. Jadi apakah kau masih tertarik?

Belumkah aku mengenalkan diri? Baiklah. Ingat baik baik karena aku hanya akan mengatakannya sekali. Halilintar, lebih tepatnya BoBoiBoy Halilintar. Seorang siswa SMA yang bisa dibilang menjadi sumber masalah di sekolahku. Bisa saja aku dikeluarkan dari sekolah sejak dulu, jika saja orang tuaku bukanlah donatur terbesar di sana. Dan seperti biasa hari ini sangat membosankan, sebegitu membosankannya hingga aku ingin memukul seorang kakak kelas untuk mencari kesenangan.

"Ah... bosan. Kalau aku masih bosan, akan kulempar barang barang diatap ini. Dan akan lebih baik jika mengenai kepala seseorang dibawah sana."

Ya... ini masih jam pelajaran, dan aku sedang tiduran diatap. Tentu saja bukan, aku sedang membolos hari ini. Nilai? Masa bodoh... biarkan saja.

"Ara... niatmu menakutkan juga, Hali."

Seseorang berbicara dengan nada santai dibelakangku. Suara itu? Huh tanpa menolehpun aku bisa tahu siapa dia. Yeah... hanya sang ketua kelas yang berani menegurku seperti itu.

"Sudah kubilang untuk tidak memanggilku Hali, Yaya."

"Apakah kau tak ingat kalau aku bilang tak peduli?"

"Cih.."

Entah ada apa dengan otak dan mulutnya. Aku tak pernah bisa menang jika berdebat dengannya. Alhasil aku hanya bisa mendecih, dan menggerutu kesal padanya.

"Hah... meskipun nilaimu bagus, jika kau terus membolos nilaimu akan merosot."

"Itu bukan urusanmu, dan jangan ikut campur."

"Apa ini karena orang tuamu selalu meninggalkanmu di rumah sendiri?"

"Cih... Siapa yang menyuruhmu kesini? Pergi sana."

"Heee... sang pangeran mengusirku. Tidak ada yang menyuruhku. Ya ampun, kau itu. Sebanyak apapun aku coba bertanya tentang keluargamu itu, kau selalu..."

"Berhenti mengurusiku, Yaya."

Yaya berhenti berbicara ketika aku menatapnya dengan pandangan membunuh, dan menekankan namanya saat aku mengucapkannya. Aku mendecih kesal, dan berdiri untuk pergi dari atap. Namun aku berhenti melangkah ketika ia memanggilku saat aku melewatinya,

"Halilintar?!"

Aku meliriknya di bawah bayangan topiku, kulihat ia berbalik padaku, dan memandangku dengan sendu. Entah kenapa aku merasa kalut, aku merasa tak ingin membiarkannya memandangku dengan mata itu. Aku ingin berbalik, namun kuputuskan untuk kembali berjalan ketika ia hanya diam saja. Dan tepat ketika aku menutup pintu atap, kudengar ia bergumam dengan pelan.

"Jaga dirimu."

Huh? Aku merasa bingung. Kugelengkan kepalaku pelan untuk menghilangkan pikiran aneh yang mulai terbentuk di otakku. Cih... dasar gadis aneh. Dengan kesal aku segera pergi dan menuju ke taman belakang yang biasanya kosong.

Seperti biasa tepat ketika aku berjalan ke taman, aku disambut oleh hembusan angin. Memang sekolahku berada dibawah gunung, dan dekat dengan hutan. Bahkan dibalik dinding pembatas itu, terdapat sebuah padang rumput kecil. Huft... meski begitu tempat ini selalu sepi. Tapi aku suka. Aku berjalan kearah kursi taman yang kosong di bawah pohon apel yang rindang, serta di penuhi oleh warna merah apel di sana sini.

"Tch... kalau saja tidurku tidak diganggu."

Aku tiduran di kursi panjang itu, dengan meletakkan lenganku diatas mataku guna menutupinya dari terangnya sinar matahari. Huft ... hari yang menenangkan. Hening, tak ada suara yang masuk ketelingaku. Hingga keheningan yang menenangkan ini mulai membawaku kealam mimpi. Dan menit selanjutnya aku tertidur disana.

OooOooO

Ini membingungkan. Hal terakhir yang kuingat adalah aku tetidur di taman belakang. Lalu sekarang? Aku berdiri di tengah tengah kegelapan. Begitu gelapnya hingga aku tak dapat melihat apapun. Aku mulai melangkahkan kakiku, dan menyipitkan mata, mencoba mencari cahaya. Tapi semuanya hanya gelap. Hanya kegelapan hingga, aku melihat seseorang. Dia berlari kearah lain.

"Hei.. tunggu."

Aku berteriak memanggilnya, namun ia tak menoleh apalagi berhenti. Lalu sebuah cahaya yang menyilaukan menerpa mataku. Reflek aku semakin menyipitkan mataku, lalu aku tahu siapa dia. Y-Yaya? Tatapannya masih sesendu tadi, namun bibirnya tersenyum tipis nan tulus. Bibirnya bergerak seakan berbicara padaku.

'Jaga dirimu.'

Itulah yang dapat kutangkap dari gerakan bibirnya, sebelum cahaya itu benar benar mengaburkan pandanganku. Dan saat cahaya itu menghilang, yang bisa kulihat adalah pohon dan taman tempat aku tertidur tadi.

Aku memutuskan untuk duduk, dan menatap sekeliling.

"Yaya?"

Apa yang sebenarnya terjadi?

[KYAAAAAA...]

Aku terlonjak kaget ketika mendengar teriakan nyaring dari atap sekolah. Ada apa lagi sekarang?

[DEG]

Kenapa perasaanku tak enak? Segera saja aku berlari menuju asal suara. Saat aku berada di gedung sekolah, ada banyak siswa yang berlarian kearah yang kutuju. Dengan sedikit mendorong, aku menerobos kerumunan untuk segera menuju asal suara yang ternyata berasal dari atap. Atap? Ada apa? Aku melihat pintu atap dan segera mempercepat langkahku, dengan sedikit memperkuat doronganku. Sontak mereka yang kudorong mengomel tak jelas, yang tentu saja aku abaikan. Sekarang aku telah mencapai pintu atap, dan tepat ketika aku sampai. Rasanya jantungku telah berhenti, dia ...

Gadis itu, terbujur kaku dengan bersandar pada dinding. Di sekitarnya terdapat genangan darah, yang berasal dari dadanya yang masih meneteskan darah. Bajunya juga berlumuran dengan darah, Hijabnya pun tak lagi berwarna putih, wajah ayunya juga dipenuhi bercak darah. Apa yang terjadi? Aku benar benar shock bahkan tak bisa bergerak. Aku tak bisa berkedip meski hanya sekali. Gadis yang tadi masih cekcok denganku, gadis yang tadi menatapku sendu, gadis yang baru saja muncul di mimpiku. Sial... bayangan dimana ia masih bersamaku terlitas di pikiranku secara berulang. Siapa yang tega melakukan ini padanya?

"Siapa?"

Aku berjalan kearahnya tanpa sadar. Tak peduli dengan beberapa guru yang mencoba menghentikanku, aku tetap berjalan kearahnya.

"Siapa yang berani melakukannya pada Yaya?"

Aku berteriak dengan keras. Aku masih terus melangkahkan kakiku pada gadis yang terbujur kaku dengan wajah yang menunjukkan senyum meski bibirnya masih mengalir sedikit darah. Yaya... aku kembali dihalangi, dan aku meronta dengan keras.

"Hei.. bangunlah!"

Aku berteriak, dan aku bisa merasakan beberapa orang menangis dibelakangku. Entah ada apa denganku, aku berbalik dan berteriak pada mereka.

"Jangan menangis, idiot. Bangunkan, Yaya."

"Halilintar,Yaya sudah pergi."

Yaya pergi? Aku tahu, tapi aku tak mau percaya. Kusso... siapa yang melakukan ini semua pada Yaya?

"AAAARRRGGGG..."

Aku berteriak dengan keras. Ini semua salahku, seandainya aku tidak meninggalkannya. Seandainya... aku ... Akh...Namun satu hal yang kutahu. Dia mati karena dibunuh.

OooOooO

Pemakaman Yaya dilakukan dengan penuh kesedihan. Polisi telah mennyelidiki kasus ini, namun tak sedikitpun bukti yang didapatkan. Seluruh sekolah menjadi gempar, dan juga shock. Ini terlalu mengejutkan, tak terkecuali untukku. Aku masih berdiri didepan nisan Yaya yang penuh dengan rangkaian bunga, dan ucapan bela sungkawa. Siapa yang membunuhmu Yaya? Aku mengeratkan tanganku, dan menggigit bibirku kuat kuat hingga mengeluarkan darah, yang menetes hingga ke daguku.

"Yaya."

Aku mengusap nisannya pelan. Sudah kuputuskan, didepan nisanmu, aku berjanji untuk mengungkap kematianmu, Yaya. Aku berjanji.

To Be Continued

Halo hola halooooo...

Lama tak jumpa semuaaaa...

Ish ish ish... ada yang kangen dengan saya nggak nih #ditampolramerame

Kayaknya nggak ada ya :3

Oke oke... saya membawa fic baru nih. Bakalan panjang kayaknya.

Dan untuk prolog ini dulu ya :3

Oh... seperti biasa. Author polos, yang polosnya nggak bisa di tolerir, dan saking polosnya jadi agak sableng, #ditumbukYaya

Minta maaf karena fic nya harus disc karena nggak tahu harus melanjutkan gimana #dirajammasa

Maafkan saya reader yang terhormat.

Dan juga saya minta maaf karena Yaya di bikin meninggal. Ah... maaf ya #DitendangfansnyaYaya

Yaya : Authoooooorrr... peranku dikit banget dong?

Author : /kibas ekor devil/ iya dong

Yaya : Ish jage kau tumbukan padu /pukul author sampe menghilang/

Author : Kyaaaaa... /Tepar/

Halilin : Yahh... karena Author telah kena pukulannya Yaya. Dan aku tak tahu harus bicara apa... Hmm... Review please.

Author : Kyaaa... kamu keren Halilin/disetrum Halilin/ tepar lagi/

All chara : SAMPAI JUMPA DI CHAPTER DEPAAAAAAAN!