~Oh, My God!~
Chapter 1
by: Aoi no Tsuki
Naruto's POV
NGIING...
Pesawat Kazekage yang aku tumpangi ini hampir mendarat di Suna Airport. Dengan sedikit guncangan pesawat ini melakukan landing pada lapangan bandara yang sangat besar. Tak berapa lama para penumpang telah bersiap untuk turun dari pesawat ini. Begitu juga aku, seorang pemuda bernama Namikaze Naruto yang melanjutkan kuliahnya di sini, di negara Suna. Universitas Internasional di Suna atau disebut juga dengan Suna International University menjadi tempat kuliahku, tepatnya itu adalah Universitas dambaanku sejak dulu. Umurku baru saja memasuki usia 19 tahun. Memang hampir memasuki usia kepala dua tapi aku masih tetap muda kan.
"Terima kasih telah memilih Kazekage Plane dalam perjalanan anda, tuan." seru seorang pramugari dari pintu keluar pesawat ini dengan ramahnya.
"Suna... I'm coming, beibeh!" teriakku dari tangga pintu keluar hingga membuat yang lainnya menatap ke arahku. "Thanks ya layanan pesawatnya." ucapku pada para pramugari pesawat itu. Mereka hanya tersenyum.
Dengan bersemangat aku pun merapikan jaket yang kukenakan lalu menuruni tangga pesawat yang lumayan panjang ini. Setelah memasuki ruang dalam Suna Airport mataku mencari dengan jeli sosok seseorang berambut merah tua. Dan benar dugaanku hanya dia yang berambut seperti itu tapi kelihatannya berbeda. Dengan mendorong trolly yang mengangkut barang-barangku aku mendekati sosok pemuda itu.
"Naruto!!" panggil seseorang tersebut ketika melihatku. Sosok itu pun mendekat ke arahku dengan seorang laki-laki disampingnya.
"Kau Gaara?" tanyaku tak yakin.
"Ya, aku Gaara. Sabaku no Gaara. Kau lupa padaku apa?"
"AH! Gaara... Lama tak bertemu! Kau sangat berbeda dengan yang dulu." Aku pun memeluk pemuda bernama Gaara itu untuk melepas rinduku. Gaara membalasnya dengan erat sambil memukul-mukul punggungku.
"Ekh... Ehem..." pemuda di samping Gaara berdehem dengan segera aku pun melepas pelukan rindu ini dari tubuh Gaara.
"Oh, ya! Dia Hyuuga Neji, teman kostku."
"Aku Namikaze Naruto." seruku sambil mengulurkan tanganku.
"Hyuuga Neji," ucapnya datar sambil membalas uluran tanganku. Dia meremasnya.
"Aw! Senang berkenalan denganmu, Neji-san." Aku berusaha melepas genggaman tangannya itu. Menyulitkan!
"..."
"Maafkan dia ya, Naruto. Oh, ya bagaimana perjalananmu, Naruto?"
"Tak apa, lancar dan nyaman kok."
"Baguslah! Ayo kita angkat barang-barang ini. Wow! Banyak sekali sih?" keluh Gaara yang melihat barang-barang bawaanku yang begitu banyak layaknya orang yang terusir.
"Hehehe... Maaf merepotkan!"
"Tak masalah."
BRAKK...
Setelah pintu bagasi tertutup dan semua barangku telah terangkut ke dalamnya. Dengan cepat mobil ini pun melesat menyusuri jalan raya yang lumayan lebar ukurannya, dengan Neji sebagai sopirnya.
"Suna hampir sama ya dengan Konoha tapi sepertinya di sini tak terlalu ramai." seruku membuka pembicaraan dalam mobil ini.
"Ya, inilah Suna. Di siang hari kau pasti terasa sangat panas tapi di malam hari Suna sangatlah dingin. Mungkin dinginnya melebihi Konoha. Suna sangat indah kok." jelas Gaara.
"Oh, begitu ya! Kuharap aku bisa betah untuk tinggal disini."
"Itu pasti!" Gaara meyakinkan.
"Hahaha..." Neji hanya melirikku sinis dari balik kaca dalam mobil. Entah apa yang ia pikirkan sekarang?
Kini mataku tertuju pada suasana di luar jendela. Tak terlalu ramai dan juga sepi. Mungkin di sini stabil laju penduduknya. Negara yang bagus.
"Setelah taman kota itu kita akan sampai, Naruto." sahut Gaara.
"Wah! Dekat dengan taman kota ya?"
"Pasar dan lainnya juga sangat dekat. Jadi tak repot!"
"Yeah~ Aku beruntung!"
Mobil Jazz merah ini pun berhenti di sebuah rumah kuno Jepang. Mungkin seperti sebuah Dojo. Terlihat klasik dan asli dengan sebuah pohon Sakura di depannya. Bangunannya terbuat dari kayu masih terlihat kokoh dan kuat. Aku tak tahu pasti itu terbuat oleh kayu apa. Yang jelas bangunan itu lumayan besar dan lebar untuk di jadikan tempat kost.
"Sampai, bagaimana menurutmu?"
"Emm... Lumayan!"
"Lumayan? Kau belum melihat halaman belakang dari rumah ini ya?"
"Memangnya di sana ada apa?"
"Tak ada, hanya tanaman hias saja."
"Oh..."
"Ayo masuk!" Gaara berjalan di depanku sekarang aku ingin melangkahkan kakiku untuk menyusulnya tapi lenganku tertahan oleh sesuatu.
"Eh! Ada apa?" tanyaku heran pada Neji yang menahan lenganku.
"Jangan dekat-dekat dengan Gaara milikku!!" ujarnya dengan nada yang serius.
'Apa itu sebuah peringatan bagiku? Tapi kenapa aku tak boleh dekat-dekat dengan Gaara? Memang dia siapanya sih? ' pikirku.
Setelah si Neji itu melepaskan cengkraman tangannya dariku aku pun berjalan memasuki rumah itu.
GREKK...
Pintu kayu itu kubuka. Masih sangat tradisional, pintu geser.
"Permisi!" ujarku sambil memasuki pintu itu. Tak ada jawaban yang datang dari dalam.
"Langsung masuk saja!" saran Neji yang datang dari belakangku. Itu sedikit membuatku kaget!
Perlahan kulangkahkan kakiku dan memasuki ruangan rumah itu. Sangat sepi dan sunyi. Perabotan di dalamnya sangat tertata rapi dan enak untuk dipandang.
"Naruto!!"
"Gaara?"
"Kau kemana saja? Ayo kuantar ke kamarmu!"
"Mana pemilik kostnya? Masa' langsung begitu saja. Apa tak apa?"
"Tenang! Iruka dan Kakashi sedang ada di kamarnya. Sebentar lagi juga keluar. Aku sudah memberitahukan kedatanganmu pada mereka."
"Hm, ok."
Aku pun mengikuti langkah Gaara dan melewati beberapa pintu dalam rumah ini mungkin itu kamar-kamar kost juga. Semakin dekat dan dekat ke arah pojok dari ruangan ini. Terlihat sebuah pintu di depanku dan Gaara.
GREKK...
"Ayo masuk! Ini kamar kostmu Naruto. Semoga kau senang."
"Wah, luas!" ucapku kagum.
"Punyaku juga sama besarnya dengan ini kok."
Perabotan di dalam kamar ini lumayan lengkap paling tidak untuk keperluan sehari-hariku di sini. Dari TV, kasur lipat, meja belajar, kamar mandi hingga rak buku telah tersedia di sini. Warna coklat yang menghiasi dinding kamar ini terlihat sangat kuno, itu menurut pendapatku.
"Gaara, bolehkah aku mengecat ulang tembok kamar ini?"
"Tentu saja boleh, kamarku juga kudesain ulang."
"Yep,"
"Gaara! Iruka dan Kakashi sudah ada di ruang tengah. Bawa bocah pirang itu!" seru Neji dari balik pintu geser kamarku.
"Iya, aku dan Naruto segera ke sana."
"A-apa tadi dia bilang 'bocah pirang'? Maksudnya aku ya?" tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri. "Sepertinya dia sangat membenciku ya, Gaara?" ucapku lemas.
"Hahaha... Dia memang begitu pada orang yang baru dikenalnya."
"Hm, kuharap begitu!"
Setelah aku dan Gaara keluar dari kamar kostku tampaklah dua orang pria yang sedang duduk di ruang tengah dan memandang kedatanganku dan Gaara. Salah satu pria itu berambut silver dengan satu matanya yang tertutup oleh masker dan pria yang satunya lagi terlihat ramah dengan rambut coklatnya yang terkuncir ke atas, ada luka gores pada bagian hidungnya. Dia tersenyum padaku. Kubalas juga senyuman yang datang darinya.
"Jadi ini ya yang namanya Naruto." serunya ramah, sangat ramah padaku.
"Iya, saya Namikaze Naruto."
"Perkenalkan orang yang berada di sampingku ini Kakashi Hatake, kau bisa memanggilnya Kakashi saja."
"Yo!" sapa pria berambut silver itu tak kalah ramahnya dengan paman Iruka.
"Kuharap kau betah tinggal di kost-kostan tua ini."
"Iya, terima kasih."
GREKK...
Sebuah pintu kamar yang tadi aku lewati terbuka, pemuda berambut hitam dan bermata onyx keluar dari pintu tersebut. Matanya pun langsung tertuju pada kami yang berada di ruang tengah ini terutama aku.
"Wah, manisnya!" seru pemuda itu sambil berjalan mendekatiku dan duduk di sampingku. "Hai!" sapanya dengan sebuah senyuman di pagi hari ini.
"Hai juga," balasku.
"Aku Sai, kau?"
"Naruto, panggil saja begitu,"
"Oh... Kau manis sekali sih, kau tahu aku ingin menggigitmu!" ujarnya sambil menyenggol tanganku.
"Hah?"
"Tidak aku bercanda kok, Narunaru." serunya sambil mencubit pipiku. Itu terasa sakit. Aku hanya mengaduh pelan.
"Hentikan, Sai!" seseorang berbicara dengan dingin dari arah pintu masuk rumah ini. Mataku terbelalak melihat pemuda tersebut, dia memiliki kesamaan dengan Sai cuma model rambutnya saja yang berbeda seperti pantat ayam. Wow!
"Hei, Sasuke! Sudah pulang? Kau tak suka ya aku berbuat seperti itu pada dia?" tanya Sai sambil melirik ke arahku.
"Hn, aku tak suka melihatnya," jawab orang yang bernama Sasuke itu dengan memandangku dingin. Aku hanya menelan air ludah saja.
SET...
Sai memelukku dari belakang dan berkata.
"Kau tahu Sasuke dia akan menjadi Uke-ku loh!" seru Sai dengan nada yang membanggakan. Apa maksudnya sih? Aku tak mengerti.
"Begitukah? Tak semudah itu, Sai."
"U-uke apanya sih?" Keningku berkerut tanda tak mengerti dengan pernyataan itu.
"Diamlah, Dobedobe!"
"Hah! Apa katamu 'Dobedobe'. Nama yang sangat buruk, Teme!!"
"Lihat saja nanti, Dobedobe!" Setelah mengatakan itu Teme langsung memasuki kamarnya dengan sebuah senyuman yang mencurigakan.
"Jangan memanggilku dengan panggilan itu!!" ucapku jengkel. "Apa? Kenapa kalian semua tersenyum?" tanyaku melihat semuanya.
"Tidak, tak ada kok. Ya sudah aku mau pergi mandi dulu. Jaa Naruto... Ayo Neji!" Gaara pergi begitu saja dengan wajah yang menyembunyikan sesuatu.
"Loh kenapa Neji diajak juga saat Gaara mandi?"
"Hahaha..."
"Kenapa tertawa Sai?"
"Diamlah calon Uke-ku, kau nanti juga mengerti kok." ucap Sai sambil melepaskan pelukannya dari leherku.
"Uke apa maksudmu?" Sai tak menjawab pertanyaanku dia hanya memberikan sebuah isyarat dengan menunjuk bawah lantai kayu dengan jarinya.
"Bawah?"
"Ya, bawah."
"Aku tak mengerti!"
"Sudahlah kalian berdua, cukup! Naruto cepat segera mandi dan bersihkan dirimu!" Iruka berbicara menengahi aku dan Sai.
"Baik, aku mandi dulu." Aku pun beranjak dari dudukku dan melangkah menjauhi Sai.
"Naruto?" panggil Sai yang membuatku menghentikan langkah kakiku dan menoleh ke arahnya.
"Ya?"
"Mau kutemani untuk mandi?" tawarnya.
"Ti-tidak, terima kasih." Dengan langkah yang kupercepat aku segera menuju ke kamarku.
"Ne-Neji! Ah..." Suara dari kamar Gaara. Sedang apa dia? Kenapa ada desahan dari kamarnya? Sial! Itu membuat jantungku berdebar-debar. Ada apa dengan rumah dan kost-kostan ini sih? Perasaanku mulai tak enak, sungguh tak enak.
END Naruto's POV
**BER-SAM-BUNG**
Maaph jika ada banyak kesalahan dalam fict Tsuki ini, hado~
Idenya dateng waktu bangun tidur. Haha... Dan mungkin ini akan jadi rated M kaLau diubah. Aduh... Nggak tau deh, tsuki...
skaLi ripiew tetep ripiew ayo maju kasih ripiew...^^
