My First Love Story

By Ishikawa Ayica

Naruto miliknya Masashi Kishimoto

This story is Mine.

Rated : T

Warning : AU, OOC, Abal, Nyesek, bikin emosi, kesal dsb

Jangan di baca jika tak berkenan, tetap review jika berkenan. ^_^

Dan sekali lagi, Kisah ini murni imajinasi author, segala kesamaan yang terdapat di dalamnya dengan cerita lainnya adalah kebetulan semata.

Selamat Membaca.

Summary : Sakura selalu menyia-nyiakan Sasuke. Hatinya yang beku membuat Sasuke bingung akan cinta Sakura, tuluskah? Main-mainkah? Satu hal yang pasti hal itu mulai menyakitkan bagi Sasuke. Ya, cinta pertama mana yang tidak menyakitkan? Bukankah begitu? Mau tau apa yang terjadi? Silahkan mampir dan membaca sebentar jangan lupa tinggalkan jejak anda di kolom Review. So, Selamat Menikmati.

/

/

Hai minna-san, sebelum memulai author ingin berbagi sedikit. Kisah ini author dedikasikan untuk kalian yang gagal dalam hubungan cinta pertama kalian, untuk kalian yang pernah tersakiti dengan cinta pertama kalian, dan untuk kalian yang pernah mengalami cinta pertama seperti Sasuke dan Sakura. Kisah ini terinspirasi dari pengalaman teman-teman dan juga pengalaman pribadi Author.

Cinta pertama memang agak menyakitkan, tapi rasa sakit itu yang kemudian akan menguatkan hati kita untuk cinta selanjutnya. Yapz, langsung saja, Mohon maaf bila ada salah penulisan So, Happy Reading Guys..

P.S : Kisah ini di ceritakan dari sudut pandang Sasuke dan Sakura secara bergantian, kadang-kadang sudut pandang orang ketiga juga muncul, semoga readers sekalian tidak bingung. Beritau saya jika kalian kurang mengerti. Ok. See ya.. jangan Lupa komentarnya yah ^_^

/

/

Hai.. salam kenal. Aku Uchiha Sasuke.

Perawakanku, aku tinggi. Putih, Tampan? Sangat! Pintar? I'm Genius! Kaya? Apa lagi. Semua kesempurnaan ada dalam diriku. Namun di antara semua kesempurnaan itu aku memiliki 2 kekurangan, yang pertama ekspresi yang kedua hati.

Bicara soal hati saat ini aku memiliki kekasih yang sangat ku sayangi. Aku tak mengada-ada namun aku memang mencintainya. Aku tak tau apa yang ku lihat darinya yang begitu pemarah, kasar, dan sebagainya, aku tak peduli. Yang ku tau aku mencintai. Dia cinta pertamaku. Dan kisah ini akan menceritakan tentang cinta pertamaku.

Hari ini adalah perayaan hubungan kami yang pertama. Tepat setahun dan aku ingin memberikannya sebuah kejutan yang tak akan pernah dia bayangkan.

Tok..Tok..

Aku mengetuk pintu kelasnya, saat ini sudah jam istrahat, namun aku tau benar kebiasaannya. Dia hanya akan tidur di kelas daripada harus repot untuk menemaniku makan siang.

"Kyaaa,, Sasuke-kun."

"Hey, itu Sasuke, dia datang menemuiku?"

"Mimpi saja sana, dia kemari untuk kekasihnya. Kau lupa atau pura-pura lupa?"

"Diam! Aku sengaja tak mengingatnya dan dalam sekejap kau ledakan hatiku.."

Dan berbagai bisikan lebay dari para 'alayers' terdengar, aku tak peduli aku terus berjalan menuju meja kekasihku.

"Sakura." Panggilku padanya yang sedang membaca komik serius.

"Hn?" tanya Sakura balik tanpa menatapku dan terus membaca.

"Malam ini temani aku untuk rapat pertemuan dengan kolega bisnis Uchiha jika kau punya waktu." Dustaku menatap sampul komik yang sedang di bacanya. Ia menurunkan komik yang menutupi wajahnya dan menatapku dengan menaikan satu alisnya tinggi.

"Itu permintaan atau perintah?" tanya Sakura masih tak mengubah ekspresinya padaku.

"Permintaan." Kataku dingin menatapnya.

Sial! Salahkan sikapku ini, aku begitu dingin sampai tak bisa berbuat manis di depannya, bukan tak ingin tapi aku tak bisa tak peduli seberapa besar keinginanku untuk bersikap lembut padanya.

"Terdengar seperti perintah di telingaku." Kata Sakura heran kemudian membaca kembali komik yang sedang di pegangnya.

"Jadi?" tanyaku menuntut kepastian padanya. Dalam hatiku aku berharap dia akan menjawab 'Ya' untukku.

Dia menurunkan kembali komik yang menutupi wajahnya dan melempar komik itu di atas meja kasar.

"Sasuke, kata-katamu tadi itu adalah kalimat pernyataan bukan pertanyaan, jadi aku tak harus menjawab apapun." Katanya bosan dan menatapku malas.

Aa. Ini dia sikap Sakura padaku, aku tak mengerti bahkan ketika ia bersikap demikian aku masih begitu menyukainya. Meskipun Sakura sangat sering membuatku kehilangan kata-kata.

"Kalau tak ada yang ingin kau bicarakan lagi, aku permisi." Pamitnya cuek padaku kemudian berdiri, aku menahan lengannya mencegah ia pergi.

"Mau kemana?" tanyaku padanya.

"Bermain." Katanya menunjuk lapangan basket dari jendela.

Aku kemudian melepaskannya dan membiarkannya melarikan diri dariku sekali lagi.

Sakura berbeda dari gadis lainnya. Dia begitu nyaman menjadi dirinya sendiri, jika ia tak suka tak peduli apapun ia akan mengatakannya dengan lantang dan menantang. Sakura tidak suka apapun yang biasa atau pada umumnya sering gadis lakukan. Sakura lebih senang bergabung dan bermain bersama sahabat-sahabat lelakinya. Basket, sepak bola, dan yang lainnya. Dia lebih nyaman bersama semua sahabatnya di banding berdiam diri di sisiku, dan itu membuatku begitu cemburu. Dia cinta pertamaku yang begitu menyakitkan.

/

/

Aku berlari meninggalkan Sasuke sendiri di kelasku, bersama bisikan dari teman-teman gadis yang akan memulai gosip tentang hubungan kami. Tak ada yang salah dengan Sasuke, dia sempurna. Aku tak punya alasan mengapa aku menerimanya menjadi kekasihku, ataupun menolaknya di saat aku menjadi begitu tak peduli. Aku hanya menerimanya dengan begitu saja, sementara hubungan kami sangat begitu tak wajar. Sasuke selalu mengirimiku SMS dan ucapan bahwa dia mencintaiku, ada kalanya hatiku bergetar ada kalanya aku merasa biasa saja dan tak ada yang terjadi di hatiku. Sasuke sangat overprotective terhadapku, salahkan aku yang begitu banyak memiliki teman lelaki di banding wanita. Namun kecemburuan Sasuke hanya akan ku jadikan senjata untuk membuatnya terdiam dan kemenangan berada di pihakku. Aku tak seperti ini, aku gadis yang manis dulunya, aku cukup penurut dan Sasuke bukan cinta pertamaku, Sakura yang sempurna telah mati tertikam oleh cinta pertamaku. Cinta pertamaku yang begitu menyakitkan dan masih tak terlupakan.

/

/

Waktu berlalu dengan Sakura yang sibuk dengan permainannya. Ia bolos pelajaran terakhir dan masih bermain basket. Selepas sekolah aku masih menunggunya di bangku penonton menyaksikan dia yang begitu semangat tertawa dengan manisnya. Tawa yang belum pernah sekalipun tertuju padaku semenjak kami resmi memulai hubungan ini.

Hari sudah semakin sore, Sakura masih tak juga berhenti. Ku akui gadis itu memiliki stamina yang lebih di banding gadis sebayanya. Sampai akhirnya malam datang ia masih saja bermain dan aku masih setia menantinya.

Tepat pukul 9 malam ia berhenti dan mulai berjalan pulang. Mungkin ia tak menyadari kehadiranku, aku menyusulnya dan berlari mengejarnya.

"Sakura." Panggilku padanya yang telah berada di depan gerbang. Gadis ini benar-benar aneh, bagaimana bisa ia berjalan begitu cepat bahkan tidakkah ia merasa kelelahan?

"Kau masih di sini. Ini sudah jam 9 malam, bukankah kau ada janji?" tanya Sakura mengernyit padaku bingung.

"Ku antar kau pulang." Kataku tanpa menjawab pertanyaannya.

"Tak perlu. Aku masih harus singgah ke kedai ramen, masih ada janji dengan Naruto. Nanti aku suruh dia mengantarku pulang. Jaa Sasuke. Hati-hatilah mengendara. Bye." Kata Sakura tanpa menunggu jawabanku. Ia melengos pergi begitu saja. Lagi-lagi aku kehilangan kata untuk membuatnya tetap berada di sisiku. Aku menyusulnya dan menggenggam tangannya. Ku lihat dia berhenti namun tak menoleh padaku. Aku membuka tangannya dan meletakan hadiah kecil yang sudah ku persiapkan untuknya.

"Happy Anniversary, Sakura." Kataku padanya dengan tersenyum yang sangat susah ku lakukan. Aku melatih diriku agar dapat tersenyum tulus di depannya namun dia masih tak menatapku. Aku melepaskan tangannya kemudian berjalan berlainan arah dengannya mengambil mobilku dan kembali ke rumah. Sesaat ku lihat dia menatap lama hadiah kecil yang ku berikan, aku tersenyum bahagia. Setidaknya Sakura tau aku perduli.

/

/

/

Aku memperhatikan hadiah kecil yang ia berikan, setelah itu aku menyimpannya di kantong seragamku dan meneruskan jalanku. Dalam perjalananku, aku mulai bertanya dan mengira. Mungkin aku begitu jahat padanya, mengabaikannya sudah cukup lama. Aku bahkan tak ingat hari ini hari jadi kami. Namun aku sudah begini, dan aku tak suka berpura-pura hanya karena aku ingin membalas kebaikan Sasuke.

Aku terus berjalan dan berjalan. Sampai bunyi Hp-ku menandakan pesan masuk. Ku buka pesan itu, sudah ada beberapa pesan yang menghiasi layarnya kemudian ku baca satu-persatu.

From : Sasuke

Pulangnya jangan telat, beri aku nomor Naruto agar aku bisa mengingatkannya, atau telepon aku saat kau akan pulang, akn ku jemput.

Aku menatap malas sms itu kemudian membuka SMS lainnya.

From : Sasuke

Aku tak tau hadia seperti apa yang kau inginkan, tapi ku harap hadiah yang ku berikan bukan hadiah yang kau benci.

I love you.

Lagi. Aku tau kebiasaan Sasuke yang sering lebih dari sekali mengirimi SMS. Aku hanya mengabaikannya dan kembali berjalan menuju kedai ramen dimana Naruto dan yang lainnya sedang menunggu.

/

/

/

Tak kudapati balasan pesannya. Apakah ia terganggu dengan hadiah itu? Apakah ia akan baik-baik saja? Kau tau, jika kau punya kekasih apakah kau tidak akan khwatir jika kekasihmu pulang larut malam tanpa kau temani? Aku masih tak bisa mempercayai sahabat-sahabat Sakura.

Aku merebahkan diriku di kasur King size milikku. Terkadang rasa ini membuatku begitu marah, saat aku tak mendapatkan kabar apapunn darinya sementara aku begitu khawatir tentang keadaannya. Namun aku lebih memilih menanggungnya sendiri, dibanding harus melimpahkan kekesalanku pada Sakura, karena hal itu hanya akan membuat Sakura marah dan semakin menjauh dariku. Gadis itu bahkan bisa bertahan tanpaku selama sebulan penuh, tanpa pernah memberikan kabar sedikitpun. Kau tau bagaimana rasanya jadi aku? Terlalu letih bagiku untuk bertahan, namun tak berdaya untuk melepaskan.

Dahulu saat aku menjadi kekasihnya untuk pertama kalinya aku sering bertanya, apakah mungkin Sakura menerimaku karena kesempurnaanku? Kekayaanku? Aku sampai mengujinya, namun gadis itu tak perduli. Ia bahkan sering menolak jika ku belikan sesuatu, bahkan hadiah dia selalu mengembalikannya padaku ketika kami merenggang. Awalnya aku merasa benci karena aku berfikir Sakura menerimaku untuk memanfaatkanku, namun melhat sikapnya seperti itu padaku semakin lama aku semakin berharap bahwa Sakura akan meamanfaatkanku, aku tak peduli bahkan jika dia memanfaatkanku asal dia bisa memberi hati dan cintanya untukku, tapi Sakura tetaplah menjadi sosok yang kuat dan angkuh.

Hari semakin malam dan tak satupun pesan yang kuterima dari Sakura, merasa khawatir ku putuskan untuk menyusulnya. Pukul 02 dini hari aku ke rumahnya. Ku lihat rumahnya sudah gelap, pastilah penghuninya sudah tertidur pulas, ku lihat pagar rumahnya juga sudah terkunci, aku semakin yakin bahwa Sakura sudah kembali ke rumah. Dan dengan tenang serta sedikit mengantuk aku kembali ke rumah untuk tidur.

/

/

Pagi kembali menjelang, aku segera berangkat menuju sekolah. Namun aku memutuskan untuk menjemput Sakura.

"Oba-san, Sakuranya ada?" tanyaku begitu aku sampai di depan pagar rumahnya. Ku lihat ibunya sedang menyiram tanaman yang tertata rapi di halaman rumah.

"Sakura? Sudah keseolah pagi-pagi sekali." Kata ibunya tersenyum padaku. Aku hanya mengangguk kemudian pamit pada ibunya dan kembali kesekolah.

Satu lagi kesiksaanku, aku tak sekelas dengan Sakura, dan aku merasa begitu merindukannya.

Aku menanti waktu istrahat dengan sangat berharap, namun waktu serasa enggan berlalu. Aku ingin segera bertemu Sakura, aku merindukannya. Syukurlah kami-sama mengabulkan permintaanku, jam ke tiga kosong, dan aku memutuskan untuk menengok Sakura. Aku ke kelasnya namun ternyata jam pelajaran mereka juga kosong, mungkin guru pengajar tidak datang. Ku lihat Sakura sedang tidur dengan wajahnya yang tertutupi buku. Aku mengambil buku itu dan membangunkannya dari tidurnya. Ku lihat dia bangun sambil mengucek matanya.

"Ohayou." Kataku bercanda padanya. Dia hanya menguap kemudian tersenyum setengah tertawa padaku.

"Pulang jam berapa?" tanyaku langsung padanya.

"12 tepat." Katanya acuh padaku. Hatiku berdenyut dengan perkataan entengnya. Jam 12 malam dan dia baru pulang? Aku ingin memarahinya, aku ingin mengatakan bahwa aku khawatir padanya, aku ingin mengatakan bahwa dia adalah seorang gadis yang tak seharusnya pulang selarut itu. Namun semuanya hanya meledak dalam hatiku. Aku menatapnya sendu meski tersamar oleh ekspresi datarku.

"Maaf, ponselku lobet. Jadi tak sempat memberitaumu." Katanya memelas padaku, aku hanya mengangguk mengerti padanya.

"Kau tidur nyenyak? Lingkaran matamu menghitam. Kau sudah makan?" tanyanya khawatir padaku sambil membelai wajahku.

"Aku baik-baik saja. Kau ingin menemaniku makan?" tanyaku padanya.

"Aku ingin es krim yang banyak" katanya tersenyum padaku. Aku mengangguk dan tersenyum tipis padanya kemudian menggandeng tangannya pergi meninggalkan kelas dan sekolah, anggap saja kami sedang kencan. Kencan yang tak pernah datang dalam hidupku setelah sekian lamanya.

Sakura membuatku bingung. Sikapnya bisa berubah sesuai perasaannya. Kadang ia menjadi begitu tak peduli, namun terkadang ia menjadi begitu manja dan ingin di perhatikan. Membuat perasaanku terombang ambing karenanya. Tak peduli semarah apapun aku, rasa itu akan terlupa saat ia mulai tersenyum padaku. Aku mulai bertanya mengapa hatiku memilih gadis ini untuk menjadi cinta pertamaku.

/

/

/

Kami menghabiskan hari kami dengan bolos seharian, aku mengajaknya keberbagai tempat untuk kencan kami. Kurasa suasana hatinya sedang baik, ia lebih banyak tertawa dan bermanja padaku, membuat hatiku selalu berbunga meskipun hubungan kami sudah setahun lamanya.

Lelah menjelajah aku memanggilnya untuk duduk di sebuah bangku di taman untuk sekedar beristrahat selepas bermain.

"Kau suka hadiahnya?" tanyaku padanya untuk hadiah yang ku berikan semalam.

"Tidak." Jawabnya acuh padaku. Aku hanya mengangguk mengerti kemudian memperhatikannya yang sedang sibuk merogoh kantong seragamnya.

"Ini." Katanya menyodorkan hadiah itu padaku. Aku menerimanya dan menaruhnya di kantongku. Sudah biasa bagiku, justru aneh jika Sakura tidak mengembalikan hadiah itu.

"Kenapa kau malah mengantonginya?" tanya Sakura mengernyit bingung padaku.

"Kau bilang tak menyukainya." Kataku lebih bingung darinya.

"Aku tak menyukainya karena bukan kau yang memakaikannya langsung padaku." Katanya tersenyum kemudian menyodorkan jarinya. Aku ttersenyum kemudian memakaikan cincin mungil itu di jari manisnya.

"Maaf aku lupa hari jadi kita." Katanya menyesal kemudian bersandar di bahuku.

"Asal jangan pernah melupakanku." Kataku merangkulnya. Ia mengangguk dan tersenyum sementara aku menatap pilu. Aku tau ini hanya smenetara, aku ingin Sakura akan selamanya seperti ini.

"Sakura." Panggilku padanya.

"Hn?" Tanyanya padaku sambil menatap wajahku yang serius.

"Bisa ku meminta sesuatu?" tanyaku khawatir padanya.

"Katakan." Katanya lagi tersenyum padaku.

"Tolong beri aku kabar ketika kau sedang tidak di sisiku, tolong jangan terlalu dekat dengan sahabat lelakimu. Bisa kau lakukan untukku?" tanyaku menunduk menghindari menatapnya.

"Hanya itu?" tanya dirinya padaku. Aku diam saja mendengar pertanyaannya, ada begitu banyak yang ingin ku minta. Aku ingin meminta ia lebih memperhatikannku, aku ingi meminta agar ia mau mencintaiku, aku ingin dia mengakui keberadaankuu—

"Aa. Hanya itu."

-namun yang terucap tak pernah selaras dengan apa yang terasa.

"Akan ku lakukan." Katanya kemudian kembali bersandar di pelukku.

Aku tak begitu tau mengapa semakin hari aku semakin mencintainya, seperti orang bodoh yang kehilangan hidupnya, aku hidup untuk Sakura. Tak peduli sesakit apapun aku bisa bertahan selama itu bersamanya. Namun aku juga mulai takut, semakin hari keserakahanku untuk memilikinya semakin besar, dan aku takut itu akan membuat Sakura menjauh. Sakura tak suka di paksa, ia tipe yang pemberontak, dia akan melawan dengan sungguh-sungguh sementara aku begitu tak berdaya melawannya, bahkan jika Sakura akan membunuhku ku pastikan aku akan diam saja. Cinta ini cinta pertama yang sangat menyakitkan. Aku sangat ingin memenjarakan dia dalam hatiku, aku sangat ingin memeluk Sakuraku yang mencintai kebebasan.

/
/

Tsudzuku~

Hei minna, bagaimana? Ada yang ingin kalian katakan? So, Tell me.

Oh iya, saya mempublish 2 kisah yang berbeda. My first love story dan yang satunya My diary, Our destiny. Saya mohon pendapatnya mana yang harus saya lanjutkan terlebih dulu, namun tetap Melodi kematian akan menjadi prioritas utama saya. Untuk itu, mohon saran dari teman-teman semua, komentar anda akan membantu saya memutuskan untuk kisah mana yang akan saya lanjutkan terlebih dahulu. Bukan bermaksud bagaimana, saya akan melanjutkan semua cerita saya, tapi akan ada salah satu di antaranya yang akan sedkit terlambat karena saya juga sedang berusaha menamatkan melodi kematian. Mohon bantuan kerja samanya ya, Minna-san.

Sekian dan Terima kasih.

Spesial Thanks untuk kalian Semua.