My Diary, Our destiny
By Ishikawa Ayica
Naruto milik Masashi Kishimoto
Kisah ini seutuhnya milik Author
Rated : T
Genre : Friendship dan silahkan tentukan sendiri
Warning : AU, OOC, Abal, dsb.
Jika anda tidak menyukainya silahkan keluar.
Cerita ini murni imajinasi Author, jika terjadi kesamaan tempat, cerita dan yang lainnya hal itu hanyalah sebuah kebetulan semata.
Summary : Sakura meninggal. Keempat pemuda yang merupakan keluarganya di buat kacau setelah ketiadaannya. Namun apa yang akan terjadi jika hanya berselang 2 tahun seorang gadis yang memiliki nama serta perawakan yang sama dengan Sakura hadir tepat di depan mereka? Apakah yang akan terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi? Let's Chek This Out.
/
/
Sesuatu yang aneh telah terjadi, meski aku percaya bahwa di dunia ini semua hal aneh bisa saja terjadi.
/
/
Diary chap 1 : Perasaan Samar.
/
/
Dear diary
Aku kembali membuka sebuah buku yang tak pernah ku sentuh sebelumnya. Seseorang memberikanku buku ini, tapi aku tak ingat siapa dia. Di ruangan yang cukup besar ini aku menulis dengan menerka-nerka perasaan apa yang ingin ku curahkan. Ku buka halaman demi halaman buku yang kosong, di halaman terakhir ku temukan sebuah catatan "Kami dan kau bersama selamanya".
Aku tak ingat siapa yang memberi buku ini, aku tak ingat pernah bertemu orang lain sebelumnya, aku hanya ingat Namaku Sakura, rambutku berwarna tak lazim namun indah, merah muda membuatku terlihat seperti bunga Sakura, dan mata emerald-ku yang penuh sinar kebahagiaan, meski terkadang terasa kehampaan di dalam sana. Usiaku 18 tahun, dan aku baru saja pindah bersama keluargaku ke Konoha. Banyak hal aneh yang sudah ku alami, salah satunya keluarga yang sangat mencintaiku ini. Mereka telah merawatku sejak kecil tapi aku tak mengingat apapun soal itu, seperti aku baru di lahirkan hari ini saja, dan aku hanya membawa sebuah buku berwarna soft pink yang bersampulkan bunga Sakura yang gugur, bersama tulisan Miracle terukir indah di atasnya. Satu-satunya yang ku yakini adalah milikku.
Sign : Cherry blossom
/
/
/
Aku menatap lagi tulisan yang baru saja ku buat, dan aku meninggalkan Sign yang aneh. Aku tak melakukannya dengan sengaja, tanganku seolah bergerak sendiri menuliskannya. Seolah-olah itu adalah kebiasaanku.
Aku berdiri di dunia ini tanpa tau siapa diriku. Apa yang telah terjadi padaku. Aku hanya berusaha hidup selayaknya orang lain, dan aku berusaha tetap terlihat bahagia walau sebenarnya aku tengah di liputi kebingungan yang luar biasa. Setiap sendiri menatap langit, setiap aku mendesahkan nafas berat, setiap aku berdiam diri, perasaan itu kembali berdetak di dalam hatiku. Aku merasa ingin pulang, padahal aku ada di rumah, aku merasakan rindu yang entah pada siapa. Dan hatiku selalu saja menjerit setiap kali ku melihat warna menyakitkan yang terlukis di langit senja, seperti seseorang sedang menatapku dari sana dengan pandangan yang hancur dan terluka.
Air mataku selalu saja mengalir tanpa ku sadari. Perasaanku sakit dan tak terkendali, dan aku masih tak tau apa yang terjadi. Aku mulai berfikir adakah kehidupan lain di alam sana yang sedang merindukan diriku? Adakah seseorang yang inginkan diriku? Mengapa hati merindu dengan sesuatu yang hampa? Mengapa aku berharap pulang pada bayang fatamorgana? Dan mengapa hatiku berdetak sakit seolah hancur dan teluka parah? Tuhan, jika kau sedang melihat dan mendengarkanku, ku mohon selamatkan aku.
/
/
/
"Onee-chan, ayo makan malam dulu. Okaa-san sudah menunggu."
Suara kecil seseorang mengagetkanku dari pikiranku. Aku menatap adikku yang sudah berdiri di balik pintu kamarku dan hanya menyembulkan kepalanya di balik sana.
"Kenapa berdiri di situ Konohamaru-kun. Ayo kemari." Panggilku tersenyum padanya. Dia mengangguk kemudian membuka pintu dan datang mendekatiku.
"Aku tidak apa-apa berada disini?" tanya Konohamaru mengernyit merasa tak enak padaku.
"Tentu saja, kau kan adikku." Ucapku Tersenyum padanya. Ia menatapku tenang kemudian tersenyum dan menarik tanganku.
"Aku kemari untuk menjemput tuan putri. Kalau tidak ratu bisa menghukumku." Ucap Konohamaru tersenyum dan memberi hormat layaknya pelayan kerajaan kemudian menarikku, menuntunku berjalan. Aku yang memang lebih tinggi darinya harus dengan susah payah mengimbangi langkahnya terlebih jika dia menarikku seperti itu.
"Sabar, Konohamaru-kun. Aku sedang berjalan." Kataku melepas tarikannya kemudian mengacak rambutnya.
"Onee-chan, jangan membuat rambutku berantakan." Ucap Konohamaru dengan manja dan cemberut padaku.
"Ya, ya, ya.. kau adikku yang manis." Kataku lagi padanya dengan setengah bercanda dan tersenyum padanya. Dia menatapku cemberut seolah tak suka atau memang tak suka aku mengatakan bahwa dirinya manis. Aku menatap balik dirinya dengan menaikan sebelah alisku tinggi.
"Apa?" tanyaku tak mengerti pada tatapan kesalnya.
"Aku sudah 13 tahun, Onee-chan. Jangan mengatakan aku manis." Ucap Konohamaru tak terima padaku kemudian melanjutkan perjalananan kami menuju dapur. Aku melangkah santai di belakangnya sambil mendengus menahan tawa.
"Aa. Aku lupa di rumah ini ada seorang anak laki-laki yang sedang tumbuh menjadi seorang pria." Gumamku menatap punggung kecil Konohamaru. Konohamaru kemudian membalikan badannya dan menatapku tak terima. Aku hanya tersenyum manis menatapnya yang mulai bersemu merah. Aku mengernyit bingung menatap reaksinya yang dari cemberut kemudian bersemu merah dan segera mengalihkan tatapannya dariku.
"Onee-chan berhutang 2 es krim untukku Nanti." Ucapnya melanjutkan perjalanannya tanpa menatapku. Aku kemudian mendahuluinya dan mengacak rambutnya sayang. Sedang dia hanya mendengus malas merespon kebiasaanku.
/
/
"Menjeput kakakmu saja sampai selama itu, Konohamaru-kun." Ucap ibuku pada Konohamaru.
"Itu salah ibu, sudah tau aku di utus menjemput tuan putri, kenapa tak sediakan kereta kencana terlebih dahulu? Atau kereta labu juga tidak masalah." Ucap Konohamaru cuek pada Ibu yang tersenyum maklum.
Tsunade, itulah nama ibuku. Ibuku memiliki rambut pirang yang panjang. Ibuku sungguh cantik dan tegas, terkadang amarahnya bisa membuat aku dan konohamaru lari menyelamatkan diri agar tak terkena amukannya. Aku tersenyum menanggapi omongan konohamaru dan ibu yang tersenyum kepada kami. Satu lagi yang ku temukan janggal, ibuku berambut pirang, konohamaru agak kecoklatan dan aku merah muda? Sungguh keluarga yang aneh. Entah dari siapa ku warisi gen indah ini, semakin kemari aku berpikir untuk tidak mempedulikannya, karena begitulah keluarga. Penuh warna dan bahagia.
/
/
Mendengar Konohamaru mengatakan kereta kencana dan kereta labu mengingatkanku pada cerita dongeng luar negeri Tentang Cinderella si upik abu. Dengan iseng aku menatap Konohamaru yang sedang menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
"Jadi? Aku benar-benar putri atau Cinderella?" tanyaku padanya sambil menyendok makananku. Dentingan sendok dan piring menjadi pengiring pertanyaan isengku untuk Konohamaru.
"Entahlah. Untuk menjadi seoarang putri kau harus menjadi Cinderella dulu, tapi aku rasa kau adalah seorang putri yang menyamar jadi Cinderella. Hmm, kalau begitu aku rasa kau adalah putri Cinderella." Kata Konohamaru santai sambil mengendikan bahu dan terus menikmati makanannya tanpa menatapku.
"Begitukah? Tak masalah asalkan kisahnya berakhir bahagia." Ucapku tersenyum pada Konohamaru.
"Hmm, kalau soal itu tergantung." Ucap Konohamaru menyeringai jahil padaku.
"Maksudmu?" tanyaku tak mengerti padanya.
"Tergantung siapa yang menuliskan ceritanya, dan tergantung siapa yang menjalani kisahnya. Dongeng mengatakan kisah hidup Cinderella berakhir bahagia, tapi Onee-chan juga pasti tau, kehidupan seseorang tidak akan berakhir sebelum ia menemui kematian, bahkan sesudah kematian mungkin saja ada kehidupan lainnya." Ucap Konohamaru tersenyum aneh. Aku mengernyit menanggapinya. Konohamaru yang tiba-tiba saja menjadi begitu dewasa dalam ucapannya membuatku menatap adikku itu takut. Aku tau memang Konohamaru menyukai misteri dan cerita tragis juga mistis, tapi tak sekalipun ku dengar ia berbicara soal kemungkinan yang baru saja ia ungkapkan. Ku akui itu benar, dan ku akui ini hanyalah sebuah pembicaraan iseng tentang dunia dongeng, tapi hatiku tiba-tiba saja berdetak takut. Untuk kesekian kalinya aku merasakan kembali perasaan yang nyata namun tak ku mengerti maksudnya yang samar.
"Sudahlah kalian berdua. Ibu sudah sering bilang jangan berbicara saat makan. Terlebih kau Sakura, sopan santun anak gadis harus selalu di jaga." Ucap Ibuku menegur kami. Konohamaru hanya memeletkan lidahnya padaku, entah ia mengejekku karena ibu memarahiku atau karena ia berhasil membuatku ketakutan. Aku hanya berusaha kembali tersenyum dan mengangguk pada ibu.
Kami kemudian melanjutkan acara makan malam kami, dengan tenang. Dan setelah makan malam selesai Konohamaru segera memasuki kamarnya untuk mempersiapkan peralatan sekolanya. Sedang aku membantu ibuku mencuci piring di dapur.
"Kau sudah melihat sekolah barumu?" tanya Ibuku di sela-sela aktivitas kami mencuci piring.
"Ya." Jawabku seadanya.
"Bagaimana menurutmu?" tanya ibu sambil memberikan piring yang baru saja di cucinya padaku. Aku kemudian mengambil piring itu dan mengeringkan piring itu dengan kain yang ku gunakan sebagai lap.
"Aku suka, suasananya bagus. Dan entah mengapa aku merasa tenang di sana." Ucapku tersenyum kemudian merapikan piring-piring yang baru saja selesai kami bersihkan.
"Itu bagus. Cepatlah istrahat, agar besok kau bisa memulai penjelajahanmu" Ucap Ibuku menasehatiku.
"Ya." Jawabku tersenyum kemudian segera kembali ke kamarku. Memang aku akan bersekolah di sekolah baruku besok. Meskipun sebenarnya aku baru akan mengurus administrasinya saja. Kata ibuku sekolah itu sangat besar dan luas, sekolah Internasional dan sangat elit. Jadi besok aku berencana untuk menemui kepala sekolahnya lebih pagi, biar nanti aku tidak harus bertemu dengan anak-anak sekolah lainnya. Entah mengapa aku hanya merasa belum siap bertemu dengan teman-teman baruku. Setelah mengurus administrasi baru kemudian aku ingin berkeliling sekolah itu.
Aku menatap langit malam yang sepi dari bintang sambil tersenyum kemudian menyelimuti diriku dengan selimut yang tebal.
"Semoga hari esok akan baik-baik saja." Gumamku sebelum aku benar-benar tertidur.
/
/
TO BE CONTINUED
Gomen minna, fic sebelah kayaknya belum the end, aku malah memulai baru lagi.. Biarlah, sekalian mencari inspirasi. Aku butuh tanggapan kalian tentang fict ini, apa kalian suka atau ada hal lainnya yang ingin kalian ungkapkan? Kalian tau bagaimana harus megatakannya. See ya, semoga kita tetap saling terhubung. ^_^ Thanks dah mampir..
