Here you are!
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning! : There's OOC in here! Dialog antar tokoh menggunakan bahasa yang tidak baku.
DLDR
Chapter 1 : Pertemuan.
.
.
Pagi yang cerah, burung-burung berkicauan dengan riang. Mereka bertebangan kearah mana pun yang mereka suka. Burung-burung itu pun terus mengepakkan sayapnya, mereka terbang tinggi. Menantang sang mentari yang sudah sengit mengeluarkan cahaya berhawa panas miliknya. Ah andai saja manusia memiliki sayap seperti itu.
Dan mari kita tengok ke dalam sebuah kamar bernuasa pink. hm, kamar yang cukup bagus dan terlihat mewah. "Zz..." dengkur pelan seorang gadis di sela tidur nyenyaknya. Tubuh gadis itu terlihat meringkuk di balik selimut berwarna putih.
"Sakura bangun!" perintah seorang wanita berambut merah muda yang tergerai indah, ia berdiri di samping tempat tidur gadis itu.
"Hnggg..." gadis yang dipanggil Sakura itu hanya mendengus kecil lalu membalikan tubuhnya, tidak peduli pada sang Ibu yang sudah memasang wajah masam.
"Cepat bangun sekarang!"
"Lima menit lagi yaaa..." jawab Sakura dengan suara yang terdengar seperti gumaman. Sedangkan Ibu Sakura terlihat menggertakan giginya, di pelipisnya terlihat urat marah yang menyembul.
"CEPAT BANGUN! DASAR! MASA ANAK PEREMPUAN KELAKUANNYA BEGINI!" teriak ibu Sakura sambil menarik selimut yang menggulung tubuh anaknya.
"Iya iya aku bangun buu.." jawab Sakura dengan mata yang masih tertutup. Jujur saja, ia masih ingin melanjutkan petualangannya di alam mimpi dibandingkan melanjutkan hidupnya di alam nyata.
"Cepat mandi! Lalu sarapan di bawah, ibu sudah membuatkan sarapan spesial buatmu." Ibu Sakura pun mengambil langkah keluar kamar. Meninggalkan Sakura yang masih setengah sadar sendirian di sana.
"Huaaamm..." Sakura melakukan perenggangan kecil. "Nyeh, ibu berisik..." gerutunya lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi di dalam kamarnya.
.
.
Sakura menyisir rambutnya sambil mematutkan diri di depan cermin. Hem, wajahnya terlihat segar. Sepertinya dia sudah siap untuk melanjutkan hidupnya di alam nyata.
"Hihihi, akhirnya rambutku sampai punggung! Sudah lama aku memanjangkannya!" seru Sakura sambil menggapai-gapai rambutnya di balik punggung mungilnya.
"And look at this uniform! Kereeeenn isn't it?" seru Sakura setelah memutar tubuhnya, memperhatikan seragam barunya yang ia kenakan.
"Sakuraa! Cepat sarapan!" terdengar suara ibu Sakura yang memanggilnya dari lantai bawah.
Sakura segera membalikan tubuhnya dari cermin, "Iyaa buu.." sahut Sakura lalu beranjak pergi menuju dapur yang ada di lantai dasar di rumahnya.
.
.
"Pagi ayah..." sapa Sakura pada sang ayah yang sedang membaca koran. Di tubuh ayahnya melekat kemeja putih berlengan panjang dan celana kain panjang berwarna hitam, tak lupa pula jas yang melapisi kemeja tersebut.
"Pagi, sayang... Hari ini mulai sekolah lagi, ya?" tanya Ayah Sakura yang sudah mengalihkan pandangannya pada Sakura. Sedangkan Sakura hanya mengangguk mantap sambil mengunyah roti tawar sebagai sarapannya.
"Lihat seragamku sudah berubah warna, 'kan?" tanya Sakura di sela aktivitas mulutnya yang sedang mengunyah.
"Hus! Kalau lagi makan jangan berbicara dong!" tegur Ibu Sakura.
.
.
Hari ini adalah hari senin. Hari pertama bagi para pelajar untuk kembali beraktivitas di sekolah setelah sekian lama libur. Dan inilah semester pertama mereka di tahun ajaran yang baru.
Begitu pula dengan Sakura. Hari ini hari pertama dia kembali melakukan rutinitasnya sebagai pelajar kelas XI di Konoha High School. Sekolahnya itu mempunyai fasilitas yang sangat modern. KHS adalah sekolah terfavorit di Konoha. Meskipun sekolah ini adalah sekolah modern tetapi tetap menganut sistem tradisional. Sekolah ini menyediakan Fasilitas-fasilitas yang 'waw'. Banyak siswa-siswi yang ingin masuk ke sekolah ini tetapi hanya 250 murid saja yang dapat masuk setiap tahunnya, karena banyak tes yang harus dihadapi untuk bisa masuk ke KHS.
Dan salah satu daya tarik dari sekolah ini, yaitu seragamnya.
Untuk murid perempuan kelas X seragamnya berwarna kuning, dan untuk murid laki-laki seragamnya berwana Abu-abu. Seragam murid laki-laki kelas XI berwarna Biru muda dan murid perempuan adalah Merah muda. Untuk kelas XII warna seragam laki-laki berwarna Cokelat dan yang perempuan berwarna Emas.
Motif baju KHS sangat elit. Walaupun warnanya berbeda, tetapi motifnya sama. Motif seragam anak perempuan adalah baju Sailor yang roknya bergaris kotak-kotak dengan warna yang sesuai dengan tingkat Kelasnya. Motif seragam laki-laki cuma celananya saja yang bermotif, karena anak laki-laki harus mengenakan kemeja putih.
.
.
.
"Aku berangkat, ya..." ucap Sakura yang sudah selesai dengan sarapannya. Dia segera meraih tasnya yang tergeletak rapi di atas kursi makan yang kosong.
"Hati-hati di jalan, ya." respon ayah dan Ibu Sakura serentak.
"Osh!" Sakura pun berlari kecil menuju pintu rumahnya. Ia segera memasang sepatunya lalu segera melongos pergi ke sekolah.
Jarak rumahnya dan sekolah memang tidak terlalu jauh, itu sebabnya dia hanya berjalan kaki saat berangkat maupun pulang sekolah. Lagipula Sakura seorang pemberani, dia tidak takut diculik ataupun dicegat preman. Dan dia akrab dengan orang-orang sekitar.
Sakura terus bersenandung kecil di sela perjalanannya menuju sekolah. Rok kotak-kotaknya pun ikut berayun ketika Sakura melangkahkan kakinya.
"MINGGIR BODOH!"
Merasa ada yang meneriakinya, Sakura segera menolehkan kepalanya ke belakang. Dan langsung saja matanya terbelalak kaget. Sakura terkejut bukan main mendapati seorang anak lelaki yang sepertinya seumuran dengannya sedang berlari kencang menuju ke arahnya.
"WAAAAA!" teriak Sakura lalu mengambil langkah seribu. Dia refleks berlari karena mengira laki-laki tersebut mengejarnya. Sedangkan si laki-laki langsung sweatdrop tanpa menghentikan larinya.
"Wo, Woy! Kenapa ikut berlari!" tanya laki-laki tersebut di sela napasnya yang tersengal.
"Ka, kau mengejarku, 'kan! Cepat berhenti mengejarku!"
"Bodoh! Kau kege'eran! Kau tidak lihat apa yang mengejarku di belakang itu!"
Sakura segera menolehkan kepalanya ke arah belakang, sedangkan kakinya tetap berlari kencang. Mata Sakura membulat, emeraldnya menangkap seekor anjing besar yang terlihat sangat ganas sedang mengejar keduanya.
Sakura dan laki-laki itu pun semakin meningkatkan kecepatannya untuk berlari. Sekarang Sakura mati kutu! Kalau dia berhenti berlari otomatis anjing itu akan mencabik-cabik tubuhnya.
"Kenapa a..anjing i..itu mengejarmu! Hosh..hosh." tanya Sakura ngos-ngosan.
"Ceritanya nanti Saja! Yang penting lari dulu!"
Sakura hanya meruntuk di dalam hati. Kenapa hari ini dia sial sekali? Mereka harus melakukan sesuatu agar anjing itu berhenti mengejar mereka. Dan sekarang Sakura sedang memikirkan caranya.
"TOLOONG!" teriak Sakura dengan suara yang sangat tinggi dan menggelegar, membuat si laki-laki terlonjak kaget.
"Kenapa tiba-tiba berteriak bodoh!"
"Biar ada orang yang menolong kita! Sampai kapan kita akan berlari kalau tidak minta tolong pada orang!" jawab Sakura dengan napas yang masih tersengal.
Laki-laki itu hanya mangut-mangut sambil terus berlari. "Hey! Kau juga teriak minta tolong dong! Masa Cuma aku!" kata Sakura sedikit memaksa .
"Tidak mau." bantah laki-laki itu dengan tegasnya.
"Hey!" teriak Sakura. "Kujamin tidak akan ada yang menolong kita kalau kau tak ikutan berteriak!"
Laki-laki itu terlihat menimang-nimang perkataan Sakura, dia terlihat mengatur tenggorokannya. "To..tolong.."
"Kalau sepelan itu tidak ada yang dengar bodoh!"
"Tolong."
"Lebih keras."
"Toloong!"
"Lebih keras!"
"Toloooooooooooooongg!"
.
.
.
"Ahh... Akhirnya sampai." gumam Sakura sambil memegangi dadanya, merasakan jantungnya yang masih berdebar kencang akibat berlari tadi. "Hey, aku kagum sekali padamu! Suaramu tadilah yang menolong kita!" Sakura langsung terkikik geli mengingat kejadian beberapa saat yang lalu ia dan laki-laki itu alami. Berkat teriakan kencang laki-laki itu, mereka ditolong oleh para penduduk yang mendengar.
"Hn, sebaiknya kau tutup mulutmu." jawab laki-laki itu dengan nada bicara yang sangat ketus dan arogan.
"Waw... Kau ketus sekali. Imejmu sangat berbeda saat berteriak minta tolong tadi," lagi-lagi Sakura terkikik geli tanpa peduli pada si laki-laki yang sudah sangat kesal.
"Cih, menyebalkan." Laki-laki itu pun melenggang pergi meninggalkan Sakura yang sedang tertawa terpingkal-pingkal.
"Sa..Sakura-chan, kenapa tertawa sendiri?" tanya seorang perempuan berambut indigo panjang pada Sakura.
Sakura menghentikan tawanya lalu menolehkan kepalanya pada gadis itu, "Ah Hinata! Kau tau hari ini aku mengalami kejadian lucu! Dengan orang itu!" jawab Sakura dengan satu tarikan napas. Tangannya menunjuk ke daerah laki-laki -yang sudah pergi- itu berdiri. Rupanya Sakura tidak sadar.
Hinata terlihat menautkan alisnya heran. "Siapa Sakura-chan? Tidak ada orang di daerah yang kau tunjuk."
"Ah, eh? Mana manusia itu?" gumam Sakura sambil celingukan mencari sosok laki-laki itu. Sedangkan Hinata hanya terheran-heran.
"Memangnya apa yang terjadi, Sakura-chan?"
"Ah tidak, lupakan saja! Hehehe." jawab Sakura sambil cengengesan. "Ayo kita ke dalam!" Sakura pun meraih tangan Hinata lalu menggandengnya menuju ke dalam sekolah.
.
.
.
Sakura terlihat terus membagi kisahnya pada Hinata, sedangkan Hinata terlihat antusias mendengarkan. Mereka berjalan ke arah papan pengumuman. Dan di depan papan pengumuman itu, seorang anak perempuan terlihat melambaikan tangannya kepada Sakura dan Hinata.
"Kemana saja kalian kok lama?" tanya perempuan berambut pirang panjang yang diikat tersebut.
"Maaf Ino... Hari ini banyak terjadi kejadian yang tidak terduga, hehe." ucap Sakura sambil menggaruk kepalanya. "Oh iya! Bagaimana? Apa kita berlima sekelas lagi?" tanya Sakura.
"Hm, sayang sekali Sakura, Cuma kau yang tidak sekelas dengan kami." jawab Ino dengan raut wajah yang sedikit kecewa. Sedangkan Sakura hanya melototkan matanya tak percaya.
"Apa!" Sakura langsung memperhatikan papan pengumuman yang mengumumkan kelas baru untuk para murid. "Curang ah masa cuma aku yang tidak! Sedangkan kalian berempat, Ino, Hinata, Tenten dan Temari sekelas!" sambungnya dengan wajah yang terlihat sangat kesal.
"Mau bagaimana Sakura? Udah takdir." jawab Tenten yang tiba-tiba muncul.
"Iya, lagipula kelas kita kan sebelahan." sambung Temari yang tiba-tiba muncul juga.
"Tapikan tapikaan... tidak seru! Aku ingin sekelas dengan kaliaaan..." rengek Sakura pada sahabat-sahabatnya itu.
"Kan waktu istirahat masih bisa ketemu, Sakura-chan..." respon Hinata menanggapi sambil tersenyum lembut. Sedangkan Sakura hanya mendengus kecewa.
Hinata dan kawan-kawan masuk kelas XI-2 sedangkan Sakura kelas XI-3. Jarak kelas mereka tidak jauh, karena kelas mereka bersebelahan.
Sakura dan kawan-kawan selalu satu sekolah, bahkan selalu satu kelas dari SD sampai kelas Sepuluh SMA. Tetapi kali ini hanya Sakura yang terpisah dari mereka.
.
.
.
XI-3.
.
.
'Sreetttt' suara pintu yang tergeser mengalihkan pandangan murid-murid yang ada di dalam, mereka menoleh ke sumber suara. Ternyata yang menggeser pintu kelas itu adalah seorang gadis yang cukup populer di sekolahnya karena rambutnya yang terlalu mencolok, yaitu Sakura.
Setelah mengetahui siapa yang datang, pandangan yang tadinya tertuju kepada Sakura sekarang teralihkan ke pandangan sebelumnya.
Sakura terlihat menggerlingkan bola matanya ke penjuru kelas. Ia sedang mencari tempat duduk yang pas untuknya.
"Huh, di sana saja deh." gumam Sakura saat melihat tempat duduk di pojok belakang dan berdempetan dengan jendela. Ia pun segera melangkahkan kakinya ke sana.
"Hey! Aku yang duduk di situ!" ucap seseorang yang berdiri di belakang tubuh Sakura.
"Tidak bisa! Siapa cepat dia dapat" sahut Sakura yang langsung berlari menuju tempat duduk yang diincarnya tanpa melihat siapa yang berbicara barusan.
Orang yang berbicara tadi terdengar mendengus kecil. "Yasudah aku duduk di sebelahmu saja." ucap orang tadi dengan cuek.
Sakura yang sudah mendapatkan tempat duduknya langsung memperhatikan orang yang berbicara tadi, dan ketika menyadari siapa itu matanya terlihat membulat. "Eh! Kau kan yang tadi pagi itu. Kita sekelas ya? haha." ucap Sakura sambil tersenyum senang.
"Hm. Sudah tau nanya, merepotkan." jawab si laki-laki ketus itu sambil menghempaskan bokongnya di kursi yang ada di sebelah bangku Sakura.
Sakura mengerucutkan bibirnya, "Dasar cowok jutek, cuek, ketus dan aneh. Rambut saja bermodel pantat ayam." gerutu Sakura dengan suara yang pelan.
"Aku Uchiha Sasuke! Bukan pantat ayam!" seru Lelaki itu. Sepertinya dia mendengar gerutuan Sakura.
Sakura menolehkan kepalanya menghadap ke arah lelaki yang bernama Sasuke itu. "Siapa yang nanya?" ucap Sakura sambil menjulurkan lidahnya.
"Cewek sialan." kata Sasuke kesal.
"Eh kalau dipikir-pikir... Kau ini tertarik padaku ya, pantat ayam?" tanya Sakura dengan kepercayaan diri yang sangat kuat. Sedangkan Sasuke terlihat memasang wajah aneh.
"Ih, gak banget." Jawab Sasuke dengan cueknya
"Lalu kenapa ingin duduk di dekatku?"
"Hn. Karena aku suka duduk dipojok kelas."
"Ohh... Kenapa suka?" tanya Sakura.
"Kenapa saja boleh."
"Kenapa begitu?"
"Terserah aku dong."
"Kok begitu?"
"Hn. Bisakah kau diam?"
"Memangnya kenapa?"
"Karena kau cerewet."
"Apa kau bilang!"
"Kau tuli?"
Karena terlalu asyik 'ngobrol' kedua makhluk tuhan itu tidak menyadari bahwa seorang guru sudah memasuki kelas mereka..
"Selamat Pagi!" sapa guru tersebut lalu berjalan ke arah papan tulis. "Perkenalkan namaku Kurenai, aku adalah walikelas kalian, aku mengajar Matematika dan aku-"
"Berisiiiiiiiiiiiiiikk!" perkataan Kurenai terpotong saat mendengar suara teriakan dari pojok kelas. Seluruh murid termasuk Kurenai langsung memutar mata ke sumber suara.
"Dasar pantat ayam bodoh! Pergi kau sana!" sambung si peneriak tadi sambil berdiri, yang ternyata adalah Sakura.
"Hey, suaramu terlalu keras." bisik Sasuke pada Sakura sambil memberi isyarat pada Sakura untuk kembali duduk..
"Apaan sih!" teriak Sakura lagi, sepertinya dia masih belum menyadari keadaan.
"Nona Haruno!" panggil Kurenai.
Jantung Sakura langsung berdegup kencang. Keringat dingin mengucur dari sekujur tubuhnya. 'Se..sejak kapan ada Kurenai-sensei! Oh tuhaaann...!' pekik Sakura dalam hati.
"A-ah! Pagi sensei... Ada apa memanggilku?" tanya Sakura yang sudah gugup setengah mati.
"Maju ke depan Kelas!" kata Kurenai dengan nada tinggi. Sakura langsung menegak ludahnya sendiri. Perlahan ia melangkahkan kakinya ke depan kelas.
"Ada apa sensei?" tanya Sakura saat sudah berada di depan Kurenai.
"Kenapa kamu teriak-teriak tadi?" tanya Kurenai pada Sakura dengan nada horor.
"Ah itu Sensei... Anu..." gumam Sakura sambil memutar-mutar bola matanya. "SI SASUKE ITU MENGGODAKU TERUS! MAKANYA AKU BERTERIAK!" seru Sakura yang sebelumnya melirik Sasuke yang sedang menyeringai.
"Jangan berteriak!" Kurenai langsung memegangi telinganya, "Benarkah itu Uchiha?" tanya Kurenai pada Sasuke yang sedang duduk santai di belakang.
"Hn, Bohong."
"Heyyy! Ayo Mengaku!" teriak Sakura pada Sasuke.
"Sudah jangan berteriak Haruno! Pokoknya sepulang sekolah kau piket sendirian, cepat duduk di kursimu."
"Apa? Sendirian sensei? Tidak mau! Gara-gara si pantat ayam aku berteriak, kenapa dia tidak kena hukuman?" Sakura membela diri agar dia tidak piket sendirian.
"Duduk." jawab Kurenai kesal dengan rengekan Sakura.
.
.
.
Teetttt Teetttt Teeetttt
Suara bel tanda pelajaran berakhir berbunyi. Seluruh murid-murid kegirangan dan berlarian keluar kelas, kecuali Sakura.
'Ah sialnya nasibku, gara-gara pantat ayam nih' pikir Sakura dalam hati sambil berjalan mengambil sapu.
"Sakuraa, tidak pulang?" tanya Ino yang sedang berdiri dengan Hinata, Tenten dan Temari di depan pintu kelas Sakura.
"Aku pulang agak sorean dikit nih, di suruh piket." jawab Sakura dari belakang kelas.
"Mau kami bantu, Sakura?" tanya Tenten pada Sakura.
"Tidak usah, kalian pulang aja duluan." jawab Sakura sambil menyapu.
"Halah sok sekali, tidak usah menolak bantuan dong, Sakura." sahut Temari sambil menyeringai menggoda.
"Be..benar Sakura-chan..." sambung Hinata sambil memainkan telunjuknya malu-malu.
"Kan sudah ku bilang tidak usah teman-teman, lagi pula aku kan tau kalian ada urusan setelah ini, pulang aja duluan, aku tidak apa-apa kok." jawab Sakura masih dengan kegiatannya yaitu menyapu.
"Hmmm.. baiklah sampai nanti Sakuraa..." ucap Ino dan yang lain berbarengan.
"Ngg..." gumam Sakura sambil melambaikan tangan pada sahabat-sahabatnya itu.
Dan kini yang tertinggal di kelas itu hanya Sakura seorang. Dan atmosfer ruang kelas XI-3 itu terasa sedikit mencekam.
'Astagaa, serem juga nih kelas kalau tidak ada orangnya, jadi merinding nih' pekik Sakura dalam hati. Ia mulai merasa takut dan menyesal karena bergaya sok cool di depan teman-temannya tadi. Sakura langsung menggelengkan kepalanya, mencoba menepis rasa takut yang menjalar hatinya, ia pun kembali menyapu bagian pojok kelasnya.
"Hoi."
"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" teriak Sakura saat merasa ada tangan yang menepuk bahunya.
"Bego! Kenapa berteriak sih?" tanya orang yang menyapa dan menepuk bahu Sakura itu.
"Pantat Ayaaam! Kenapa suka sekali bikin kaget sih, hah?" tanya Sakura dengan nada bicara yang tinggi pada orang tersebut yang ternyata adalah Sasuke.
"Hn." Jawab Sasuke singkat sambil menyeringai bangga.
"Ah menyebalkan." Sakura kembali menyapu kelasnya, membiarkan Sasuke yang hanya duduk-duduk menontonnya yang sedang menyapu.
"Hey kau, jangan Cuma liat dong, bantuin napa."
"Ini kan hukuman buatmu, kenapa aku juga?"
"Kan yang membuatku dihukum adalah kau!"
"Masa?"
"Ah whatever!"
Sasuke terkekeh pelan lalu bangkit mengambil sapu. Sakura yang melihat itu hanya cengo di dalam hatinya.
"Kenapa kau mengambil sapu?" tanya Sakura dengan nada sarkatis.
"Ya untuk menyapu lah." jawab Sasuke dengan cueknya.
"Ukh, maksudku kenapa kau ikut-ikutan menyapu?"
"Loh tidak mau dibantuin ya? yasudah." Sasuke pun bergaya akan melempar sapu yang ia pegang.
"Akh tidak-tidak, silakan sapu kelas ini." ucap Sakura sambil membuat senyum yang terpaksa.
.
.
Bermenit-menit pun berlalu, tapi kelas Sakura masih terlihat tidak bersih.
"Hey! Nyapunya yang benar! Kau menghamburkan debunya tau!" protes Sakura pada Sasuke yang tidak bisa menyapu itu.
"Ini juga sudah sebaik mungkin." jawab Sasuke dengan cueknya sambil terus 'menghamburkan' debu dengan sapu yang ia pegang.
"Huuuuuhhhhh..." Sakura mendengus pelan. Lalu mulai menyapu kelasnya dengan semangat dan kecepatan cahaya.
"Yak, sudah bersih!" Sakura berteriak kegirangan. "Saatnya pulang!" sambungnya lagi.
"Hn." sahut Sasuke lalu melenggang keluar kelasnya.
Sakura dan Sasuke berjalan menyusuri lorong kelasnya yang sudah sepi dan sunyi, mungkin karena semua murid sudah pulang. Sasuke dan Sakura terus berjalan dalam diam. Di antara keduanya tidak ada yang angkat suara. Mereka asik dengan pikiran masing-masing.
"Yak, aku belok kanan." ucap Sakura, memecah keheningan di antara mereka saat tiba di pertigaan jalan.
"Siapa yang nanya?" jawab Sasuke cuek sambil menyeringai.
"Rawr! Dasar menyebalkan! weee." Sakura menjulurkan lidahnya lalu berlari meninggalkan Sasuke.
"Hn." Sasuke pun melangkahkan kakinya. Ia pun ingin pulang ke rumahnya.
'Kalau dipikir-pikir... Si pinky itu tidak tahu siapa aku? Dia tidak tahu bahwa aku ini seorang pangeran sekolah? Benarkah? Huh. Kuper sekali... Tapi sikapnya saat menghadapiku itu berbeda dengan semua perempuan yang pernah kutemui...'
.
.
.
Sakura Pov.
Ah.. aku tidak menyangka banyak yang terjadi hari ini. Pertama, aku dikejar anjing gara-gara pantat ayam gila itu. Kedua, terpisah kelas dengan Ino, Hinata, Tenten dan Temari. Ketiga, aku disuruh piket sendirian walaupun ujung-ujungnya dibantuin Sasuke sih... Ah sialnya hari ini!
Aku berjalan dengan santai menuju rumahku yang jaraknya tinggal sekitar Lima belas meter dari hadapanku. Loh, ada mobil yang mengangkut perabotan rumah tuh. Hm, baru pindah ya? Mungkin-mungkin... Gumamku sambil manggut-manggut.
"Aku pulang!" salamku ketika masuk ke dalam rumah. Aku melihat ada tiga pasang sepatu asing di tempat sepatu. Mungkin ada tamu?
"Ibu..." panggilku pada Ibu yang sedang kucari. Biasanya kan Ibu selalu menyambutku ketika aku pulang. Tapi mana ibu ya? Dan aku pun terus melangkahkan kaki menuju ruang tamu. Sepertinya aku mendengar suara dari sana.
Dan aku benar! Ibu sedang berada di ruang tamu bersama tiga orang lainnya.
"Ibuu..." panggilku.
"Oh Sakura sudah pulang, ayo sini sebentar." ucap Ibu dan langsung saja aku menghampirinya.
"Wah, ternyata Putrimu sangat cantik ya, Moriyama?" kata seorang wanita pada ibuku. Wanita ini sangat cantik! Rambutnya berwarna merah panjang.
"Begitu kah? Haha. Tapi masih tidak bisa dibandingkan denganmu Kushina." ucap Ibu sambil tertawa-tawa dengan wanita itu, yang bernama Kushina. Hey ibu! Aku tersinggung tau! Tapi memang kenyataannya begitu ya sudah lah.
Aku terus memperhatikan mereka bertiga. Selain wanita tadi, aku mendapati dua orang yang sangat mirip! Tapi yang satu terlihat lebih dewasa dan tua. Mereka berambut... kuning?
"Mmm.. mereka siapa, Bu?" tanyaku pada Ibuku yang sedang asik bergurau dengan Bibi Kushina.
"Mereka berdua ini Sahabat-sahabat ibu waktu SMP dulu, sekarang mereka pindah rumah ke depan rumah kita." jelas ibu, yang menurutku sangat singkat.
"Halo Sakura, namaku Namikaze Kushina, ini suami dan anakku." kata bibi Kushina sambil tersenyum ramah.
"Halo Sakura, namaku Namikaze Minato." kata Paman Minato sambil tersenyum, tampan sekali! Andai aku punya ayah setampan ini...
"Dan Aku Namikaze Naruto!" seru anak yang bernama Naruto ini sambil tersenyum lebar, memamerkan gigi-giginya yang putih.
"Aku Haruno Sakura." ucapku sambil tersenyum semanis mungkin di depan mereka bertiga. Yah, setidaknya aku mempunyai teman baru yang seumuran. Semoga aku bisa akrab dengan mereka bertiga sebagai tetangga.
End Sakura Pov.
Sakura mendapatkan teman sekaligus tetangga baru yang seumuran dengannya, yaitu Naruto. Wajah Naruto lumayan manis dan ceria. Badan Naruto lebih tinggi dari Sakura, tetapi masih kalah tinggi dengan Sasuke.
Naruto pindah dari Sunagakure ke Konohagakure, karena Ayahnya dipindah kerjakan ke Konoha. Sebelumnya Naruto pun tinggal di Konoha, karena alasan yang samapula Naruto pindah ke Suna.
"Oh iya, mulai besok aku sekolah di tempatmu loh, Sakura! Hehe." Ucap Naruto yang memulai pembicaraannya dengan Sakura -yang sedang mendengarkan Ibunya ngobrol-.
"Oh ya? Kau sudah ke sana?" kata Sakura menanggapi pernyataan Naruto tadi.
"Tentu saja, sekolahnya sangat bagus! Beruntung aku bisa masuk ke sana."
"Iya dong, itu kan Sekolah ku! Tentu saja bagus. Hehe." Ucap Sakura sambil terkekeh bangga. "Ngomong-ngomong...Kau masuk kelas mana?"
"XI-3!" jawab Naruto sambil tertawa kegirangan.
"Hah! Bearti kau sekelas dengan ku dong!"Sakura berteriak refleks saat Naruto mengucapkan kata 'XI-3'
To Be continued
