Mempersembahkan

Nae Gaseume Saneun Saram © Yusha' chan Higurashi

Naruto © Masashi Kishimoto

Rated : T

Pairing : Sasuke U / Sakura H

_Nae Gaseume Saneun Saram_

Sasuke dan juga Sakura tengah berada di sebuah cafe, pinggiran kota. Wajah Sasuke kali ini benar-benar berbeda, terlihat menyimpan amarah yang begitu besar.

"Aku tak punya hubungan apa-apa dengan pria itu Sasuke," Sasuke mendengus mendengar pengakuan dari kekasih bermata emeraldnya itu, dengan rahang mengatup Sasuke berkata. "Kau jangan berbohong aku melihatnya sendiri," pemuda itu menatap kesal gadis di depannya.

"Kau mau mengilahnya, hm?"

Sakura menggeleng mulai mengisak pelan, "Kau tak percaya padaku?" ucapnya. kedua matanya menatap nanar pemuda itu, "Aku tak seperti yang kau bayangkan, Sasuke." Sakura mencoba meraih tangan dingin milik Sasuke, tapi pemuda dengan rambut raven mencuat menampik tangan halus itu, air mata mulai menetes membasahi wajah cantik Sakura.

"Air mata buaya, kalau kau tak punya hubungan apa-apa kenapa kau mau di peluknya, kau sendiri menyuruhku untuk tidak dekat dengan wanita lain, lah kau." Sasuke melempar senyum meremehkannya.

"Mau di peluk oleh lelaki lain, begitu maksud mu?" tanya Sakura suaranya bergetar.

Sasuke mengangkat bahu memasang tampang cuek, tapi ia tahu rasa cemburunya ini semata-mata karna ia tak ingin kehilangan kekasihnya, Sakura. Karena cuma Sakura lah yang bisa memahaminya dan Sasuke, tak mau gadis bermata emerald indah itu pergi dan di rebut orang.

Sudah lama Sakura menahan ini,ia bosan dengan tingkah Sasuke yang selalu saja cemburuan tak jelas. Ia juga bosan akan sikap cuek kekasihnya itu. Sasuke selalu mengaturnya padahal ia pun seakan tak perduli pada apa yang terjadi pada Sakura, pemuda itu seolah menuntut kehadiran Sakura di sisinya tapi bagaimana dengan dia? Kemana pemuda itu kala Sakura membutuhkannya? 'Apa ini memang akhir dari hubunganku dan juga Sasuke' batinnya.

"Jadi kau mau aku bagaimana?"

tanya Sakura akhirnya, matanya masih asik mengeluarkan airmata dengan perlahan. Sasuke diam. Pemuda itu bingung ingin menjawab apa.

"Kau sendiri apa pernah perduli pada ku?, apa pernah kau mau tau sekecil apapun tentang aku?"

Sakura tersenyum kecut lalu menggeleng, "Tidak kan?, aku ingin bertanya padamu dan jangan berkilah." Sasuke masih memilih diam kedua onyxnya menatap tajam emerald di depannya.

Jujur . . . perlukah sampai segitu marahnya Uchiha ini pada kekasihnya?, Hingga tatapan menusuk itu ia berikan?

"Apa kau benar-benar mencintaiku?"

Sasuke bagai tersambar petir, matanya membelalak kaget "M-maksudmu apa . . ?" tanyanya tercekat.

Sakura kembali menangis kali ini di tambah dengan isakan pelannya, "Ha-harusnya kau tak usah bohong padaku, k-kalau kau tak pernah mencintaiku, S-sasuke."

"K-kau selalu saja menuduhku yang bukan-bukan, kau tau . . . itu membuatku sakit Sasuke. S-sakit," lirih gadis itu. Mengusap airmatanya. ". . . . seharusnya kau percaya padaku jika kau mencintaiku, ta-tapi ini . . ." Sakura kembali mengisak, bahunya bergetar.

Sasuke merasa bersalah, namun tak habis pikir tentang jalan pikiran Sakura yang menganggapnya tak mencintai gadis itu. Sasuke benar-benar mencintai Sakura dan takut kehilangan gadis yang telah menemaninya selama ini, itulah sebabnya ia cemburuan seperti ini.

"Aku mencintaimu Sakura, kau harus percaya," ucap Uchiha muda itu tulus.

Sakura menepis tangan Sasuke yang hendak menghapus air matanya. Sakit, itulah yang sekarang di rasakan Sakura. Sasuke, padahal Sakura sangat percaya pada Sasuke tapi kenapa, kenapa untuk mempercayai dirinya begitu susah. Hingga kekasihnya itu menganggapnya macam-macam apa itu yang namanya saling mempercayai.

"Sudah cukup, aku rasa kita sudahi saja ini," Sakura berkata dengan isakan tangis yang mulai mereda.

Sasuke membulatkan matanya tak percaya, "Maksud mu apa?" tanyanya.

Sakura berdiri mengambil tasnya, dengan menatap mata tajam Sasuke ia berkata. "Kita putus!, mulai sekarang kita jalani hidup kita masing-masing, mungkin aku bukan yang terbaik untukmu,"

Sasuke berdiri menggenggam tangan Sakura, "Kau terbaik untukku Sakura, kau terbaik. Aku emosi, maaf Sakura. Ku mohon jangan akhiri ini."

Sakura melepas tangan Sasuke, mata keduanya beradu dalam satu tatapan. "Kau bisa tanpa aku Sasuke."

Namun ia tak yakin apa dia bisa tanpa sosok Sasuke di sampingnya.

Gadis itu melangkahkan kakinya menjauh dari Sasuke yang hanya diam menatap punggung gadis itu yang kian menjauh. 'Sakura gumamnya, rasa sesak tiba-tiba menghampiri dadanya .

Selesai sudah, semuanya tamat tanpa dipinta. Tak ada lagi tawa gadis itu di sampingnya, tak ada lagi gadis yang selalu setia menemaninya, mendampinginya. Ya . . . Sasuke menyesali kebodohanya kali ini. Haruno Sakura, hanya sebatas kenangan hampanya kini.

_Nae Gaseume Saneun Saram_

"Apa? kau putus dengan Sakura?"

Pemuda berambut hitam klimis dan gadis berambut blonde membulatkan matanya tak percaya.

Sasuke mengangguk pasrah. Perasaannya tak menentu, ia benar-benar menyesal atas sikapnya selama ini. Kehilangan Sakura membuat sosoknya berantakan, ia seperti pemuda yang hidup tanpa jiwa sepertinya.

Andai ia bisa, ia ingin mengulang semua dari awal. Tak ada kata pisah seperti itu bukan, andai saja ia mau mendengarkan penjelasan Haruno. Kekasihnya.

Gadis berambut blonde, membuka suara. "Sakura pasti sedang sedih," desahnya.

Sasuke menoleh, onyx nanar miliknya bertemu tatap dengan sepasang shapire di sampingnya.

"Ku mohon temani dia, Ino."

Sasuke berucap pelan, "Aku khawatir padanya."

"Serahkan saja padaku," Gadis itu berdiri menepuk pundak Sasuke. "Kau tenang saja akan ku pastikan dia baik-baik saja," hiburnya.

"Terimakasih Ino!"

"Yuph sama-sama," balas Ino, mengecup sekilas pipi pemuda berambut hitam klimis yang duduk di sebelah Sasuke,kemudian melangkah mengambil sepedanya, lalu pergi memenuhi janjinya.

"Kau harus percaya pada Ino, Sasuke." dukung pemuda berambut hitam klimis itu memberikan senyuman polos diwajahnya, menepuk pelan pundak Sasuke mencoba menguatkan sahabatnya itu.

Sasuke mengangguk kemudian berkata, "Iya aku percaya padanya, hanya saja" pemuda itu menunduk. "Aku benar-benar merasa bersalah pada Sakura." tuturnya.

Sai -pria berambut hitam klimis itu- mengangguk paham. "Aku tau, ku harap kau dan juga Sakura bisa bersama lagi."

"Hm . . . terimakasih, Sai."

"Sama-sama,"

_Nae Gaseume Saneun Saram_

Ino menyandarkan sepedanya pada tembok, kemudian memencet bel yang ada di dekat sebuah pagar besi emas .

"Kak Ino !" teriak seorang anak sambil melambai ke arah Ino. Mata Ino sedikit menyipit "Konohamaru?" gumam gadis itu kemudian melambaikan tangannya.

"Kak Ino mau bertemu Kak Sakura ya?" tanya pemuda kecil itu sembari membuka pintu pagar.

Ino mengangguk "Iya, Sakura nya adakan?"

Wajah Konohamaru berubah sedih, bocah lelaki itu menunduk. "Kau kenapa?" Ino merendahkan tubuhnya agar wajahnya sedatar dengan wajah Konohamaru, "Kak Sakura,seharian ini tidak keluar khawatir Kak Sakura kenapa-napa," tuturnya.

Ino tersenyum memegang pundak Konohamaru, menatap kedua mata bocah lelaki itu. "Kau tenang saja Kakak akan mencoba membujuknya,"

Konohamaru mengangguk "Ayo masuk!" Ino mengangguk,mengikuti langkah Konohamaru.

"Aku pulang. Kak Sakura ada Kak Ino ingin bertemu." tangan kecil Konohamaru mengetuk perlahan pintu berwarna biru tua di depannya. Tak ada jawaban, Konohamaru menoleh ke arah Ino. "Bagaimana ini?"

Ino tersenyum "Biar Kakak saja yang menanganinya, kau mandi saja dulu" Konohamaru mengangguk, kemudian berlari menuju ke kamarnya sendiri.

"Sakura . . ! Ini aku Ino," Panggil Ino dari luar kamar Sakura. "Kau bisa bercerita padaku. Kita sahabat, Sakura" gadis itu mengetuk pintu perlahan, sembari menempelkan telinganya pada pintu itu.

Ino menarik nafas. "Sakura jangan buat aku dan yang lain khawatir dengan keadaanmu yang seperti ini,"

Sakura menatap pintu itu, dengan langkah lemah ia membuka pintu itu perlahan. "Maaf," Ino membelalak, mulutnya sedikit terbuka. Bagaimana tidak kaget, wajah Sakura benar-benar sayu, kantung mata tampak jelas dan sisa-sisa air matapun masih berbekas di kedua belah pipi ranumnya.

Ino menarik tangan Sakura untuk duduk. "Ya ampun, kau sampai begini!" khawatirnya. Kedua shapirenya menatap penuh prihatin pada sahabatnya itu.

Sakura hanya diam, malas mengomentari.

"Sakura, kau benar putus dengan Sasuke?" tanya Ino akhirnya.

Sakura mengangguk lemah, "Benar, aku lelah walaupun sebenarnya aku masih sangat mencintainya." lirihnya, kembali menangis.

Ino memeluk Sakura, menepuk pelan punggung sahabatnya. "Tenanglah, aku di sini untukmu."

Sakura membalas pelukan Ino, "Aku tau, terimakasih Ino."

Sakura mengeratkan pelukannya, mencoba berbagi pada sahabat dekatnya ini.

Gadis bermata shapire itu bisa merasakan betapa sakitnya sahabat kecilnya ini, ia pun sudah tau tentang semua sikap Sasuke pada Sakura. Ia tau Sasuke memang kurang oh bukan kurang melainkan jarang ada di samping Sakura, disaat sahabatnya itu senang atau sedih sekalipun.

Ino hanya bisa berharap beban sahabat nya itu bisa sedikit berkurang, dengan adanya dia. "Sudah jangan menangis, kau harus kuat Sakura. Kau kan gadis terkuat yang pernah ku kenal,"

Sakura melepaskan pelukannya. menghapus airmatanya, "Benar, aku yakin Sasuke bisa tanpa aku,dan aku . . . bukanlah segala-galanya dalam hidupnya." Gadis beriris emerald itu mencoba tersenyum, "Aku harus mencoba melupakannya walau sulit."

Ino mengangguk, lalu tersenyum. "Jika itu yang terbaik, aku selalu mendukungmu."

_Nae Gaseume Saneun Saram_

Gadis berambut soft ping melangkahkan kakinya pelan di sepanjang koridor. Tatapan emeraldnya kosong, mungkin kejadian 2 hari lalu mampu merubah hidupnya.

'Aku harus terbiasa tanpa dia, bukankah ada atau tiadanya dia aku tetap begini?' gadis itu membatin mempercepat langkahnya, namun terhenti saat melihat Sasuke -mantan kekasihnya- yang tengah menggandeng tangan seorang gadis.

Itu memang bukan urusannya tapi . . . apakah pemuda itu sudah benar-benar melupakannya semudah itu? Apa sosoknya selama ini tak ada artinya?

Sakura merasakan matanya kembali memanas.

Sasuke yang melihat Sakura, cepat-cepat melepaskan genggaman tangannya pada gadis di sebelahnya, menjaga jarak. "Sakura!" panggilnya setengah berteriak tapi, Sakura segera berlari menghindar atau malah pura-pura tak mendengar panggilan itu.

"Sial!" geram Sasuke kesal

"Um ano Senpai ,aku bisa kok ke UKS sendiri" tutur gadis yang ada di sebelah Sasuke, canggung.

Sasuke menoleh "Maaf aku tak bisa mengantarmu,"

Gadis itu tersenyum, "Tak apa. Aku duluan Senpai." pamitnya.

Sasuke mengangguk. Gadis berambut merah itupun beranjak pergi.

_Nae Gaseume Saneun Saram_

"Sakura kau kenapa?"

Sakura mengangkat wajahnya, mendapati pemuda berambut merah dengan tato ai tengah menatapnya khawatir. "Aku tak apa Gaara," kilahnya, padahal airmatanya masih basah membanjiri pipinya.

Pemuda bernama Gaara itu tampak tak setuju, "Tidak kau berbohong." Perlahan pemuda itu menggerakan tangannya ,menghapus airmata Sakura.

"Aku tak apa," ucap Sakura sambil menghentikan tangan Gaara.

Sasuke mengepalkan tangannya,dengan penuh amarah ia mendatangi Sakura dan juga Gaara.

"Bisakah kau jauhkan tanganmu itu dari Sakura'ku hm?"

Gaara menarik tangannya, Sakura menoleh. "Sasuke?" gumamnya.

"Sekali lagi ku lihat kau menyentuh Sakura, awas kau!" ancamnya.

Gaara hanya diam, dia terlalu kaget menerima sikon seperti ini.

Sakura menatap kesal Sasuke "Kau . . !" tunjuknya, "Jangan pernah ganggu hidupku lagi, aku dan kau sudah tak ada ikatan kau mengertikan?" ucapnya kesal.

Semua anak menatap kearah 3 orang yang asik berdebat itu. Sasuke menarik tangan Sakura, "Ikut aku!"

Sakura tak tau kemana Sasuke akan membawanya, tangannya kebas karena dicengkram erat oleh Sasuke. Cukup ini cukup, bukankah ini sudah berakhir? Sakura menghempaskan lengannya hingga pegangan Sasuke ikut terlepas. "Lepaskan!"

PLAKK

Sasuke terpaku memegang pipinya, memandangi Sakura yang tengah berlari sambil menghapus air matanya.

'Ma'afkan aku Sakura, aku berjanji memperbaiki semuanya!' Sasuke membatin lirih.

_Nae Gaseume Saneun Saram_

Heh ? apa itu *nunjuk yang di atas dengan tampang horor* kenapa daku bikin cerita yang benar-benar OOC'banget . . lebay pula *geleng-geleng*

Lanjutkan atau Hapus?

Review please minnasan >.