Magi sepenuhnya adalah mahakarya Shinobu Ohtaka. Fiksi ini diperuntukkan hanya untuk kesenangan batin. Tidak ada keuntungan material diperoleh.
Razbliuto © Imorz
Pagi-pagi Hakuryuu sudah berpikir yang tidak-tidak.
.
.
Hakuryuu terbangun oleh mimpi yang sama, yang membunuh hatinya lebih pedih dari apa pun. Matanya mengerjap menatap langit-langit, tubuh masih terkulai di atas kasur kusut.
Ia ingin berhenti memikirkan, memikirkan gadis itu, Morgiana. Sekarang mungkin bukan gadis lagi semenjak ia memutuskan untuk menikah dengan Alibaba. Aladdin memang peka betul, menepuk punggungnya dan memberi kata-kata penyemangat. Astaga, anak itu.
Hari ini Hakuryuu ingin bergulat dengan guling dan bantal saja. Ia akan menghiraukan siapa pun yang mengetuk pintunya—
"Hakuryuu!"
Oh, tentu. Judal tidak mengetuk, tapi menendang.
Hakuryuu menutup wajahnya dengan buritan bantal. "Mau apa kau, Judal?"
"Ha? Aku tidak dengar!"
Hakuryuu tidak menjawab, tidak ada sahutan oleh Judal pula. Sayup-sayup terdengar suara kicau burung. Judal pasti membuka jendela.
"Bangun, Hakuryuu! Kau ini kehilangan gadis Fanalis seronok saja sudah payah begini, bagaimana kalau kehilangan aku?!"
"Konyol. Membandingkan Morgiana dengan lelaki pamer perut sepertimu saja sudah salah."
"Ini fesyen!"
"Fesyenmu payah!"
Judal menghela napas. "Hakuryuu, bangun dan ayo kita pergi ke luar."
Nada Hakuryuu terkesan jengah dan enggan. Ia melepaskan bantal dan mendekap guling. "Kau saja. Aku absen."
"'Kau saja, aku absen,' kata-katamu menjijikan. Ayo bangun!" Judal menirukan kalimat Hakuryuu dengan intonasi mengejek. Hakuryuu mengiringi kepergiannya dengan melempar bantal.
Ruangan kini tersisa dirinya seorang. Yang terduduk merenung memeluk guling. Sejenak memikirkan kata-kata Judal.
Payah, ujarnya.
Hakuryuu payah gara-gara wanita. Kalau dipikir-pikir, ia memang sudah dibikin payah sejak awal. Oleh Ibunya, oleh Kakaknya, lalu Morgiana. Hakuryuu tidak pandai berurusan dengan wanita. Orba lain kasus.
Seandainya Judal itu wanita, mungkin Hakuryuu sudah mengibarkan bendera putih dari awal. Selain perilakunya yang brutal, pakaian vulgarnya juga membikin Hakuryuu sakit mata.
Tapi, kalau Judal wanita, mungkin tampangnya akan cantik. Tinggal dipoles sedikit. Ta-da! Bukan Judal lagi, tapi Junal! Permaisuri Junal!
"Kalau kau memikirkan yang aneh-aneh tentangku pagi ini, nama Hakuryuu akan tinggal nama!"
Teriakan Judal dari luar kamar membuat Hakuryuu bergegas lolos dari kasur.
.
.
.
Selesai.
