Vocaloid
Genre : Romance, Yuri
Warning : Typo, OOC, aneh, ngawur dkk. Don't Like, don't read.
- SHE –
Cahaya pagi mulai masuk melalui celah jendela kamarnya sesaat sebelum pemilik kedua mata berwarna biru laut mengedarkan pandangannya. Matanya tertuju pada seoang gadis di sebrang kasurnya yang masih tertidur lelap di atas kasur kecilnya yang beralaskan seprai bercorak jeruk-jeruk kecil. Dipandangnya lekat-lekat, pemandangan yang selalu dia dapati beberapa bulan ini. Yah, pemandangan gadis kecil berambut honey lembut yang menghiasi wajah kecil nya yang sempurna. Tubuh putih kecil itu nampak begitu lemah saat pemiliknya mengistirahatkannya. Siapa yang menolak pemandangan seperti ini? Orang gila pun tidak akan melewatkan. Itu pikirnya.
Hampir 15 menit berlalu ketika ia sadar bahwa sang pemilik tubuh yang ia tatapi tak akan suka jika tahu seseorang sedang memandangi dirinya yang terlelap. Tersentak sesaat ketika sang gadis bergumam kecil membuat kedua kakinya spontan melangkah menjauh tanpa aba-aba apapun. Pilihan yang terbaik ialah masuk ke kamar mandi dan pura-pura tak melakukan apa pun. Pilihan bijak.
"Kau sudah bangun Rin?" Tanya sang pemilik suara berat yang kini mengenakan handuk birunya untuk mengeringkan rambut pirang keemasan miliknya.
"Hu um, apa aku melewatkan sesuatu? Sepertinya ku tidak mencium satu pun aroma makanan?"
Suara sang pemilik nama rin masih mencoba menyadarkan diri seutuhnya, tentu saja sekaligus mengedarkan keseluruh penjuruh ruangan berukuran 5x4 itu.
''Hahahahaha, sayang nya ku belum membeli apa pun pagi ini. Yah, karena hari libur ku rasa lebih baik sarapan di luar."
"Tapi…" Jawab malas Rin disambil dengan mengusap muka lusuhnya.
"Tidak ada waktu untuk kata tapi, ayyooo.."
Balas si pemilik rambut pirang dengan berusaha menegakkan tubuh kecil Rin dan mendorongnya paksa perlahan ke kamar mandi.
"Valshe, aku masih malas beranjak. . ." Rengek Rin yang masih enggan untuk menyentuh air pagi yang dingin.
"Kau punya dua pilihan Rin, Ku yang memandikan mu atau kau mandi sendiri. Yah, walaupun aku lebih berharap kau tetap malas dan memilih pilihan pertama."
Jawab nakal si pemilik nama Valshe diiringi kedipan mata yang membuat Rin langsung bergidik.
"Ku pilih yang kedua!" "BLAMM!"
Suara pintu menutup yang diringi dengan seringai kecil milik wanita yang tengah menatap lurus kea rah pintu kamar mandi yang sudah tertutup.
Sesaat pandangannya memudar, kembali memutar masa lalu. Mengingat kali pertama ia bertemu Rin. Pertemuan yang manis.
FLasback
"Kyaaaaa!"
Teriak Rin ketika melihat seorang berambut pendek berwarna pirang keemasan, dengan tubuh tegapnya yang mengenakan setelan kaos oblong pria dan sepan jeans robek di bagian lututnya. Yang juga pemilik bola mata biru muda mengkilat yang mirip dengan warna laut tenang yang kini nampak terbelalak terkejut kerena teriakannya.
"Ini asrama wanita! K, kau pria kenapa masuk ke kamarku!? Jangan-jangan kau pencuri pakaian dalam!?"
Siaga rin yang langsung mengambil sapu di sampingnya untuk berjaga-jaga jika orang di hadapannya akan menerkamnya. Menerkam? Tentu saja, pria itu harimau yang mengerikan. Setidaknya begitulah yang Rin. Pikirkan.
"Tunggu sebentar, pria? Pencuri pakaian? Nampaknya kau salah paham."
Jelas si pemilik mata biru perlahan dengan mengangkat kedua tanganya seraya mencoba menenangkan wanita yang ada di hadapannya.
Namun belum sempat ia mencoba meraih sapu di kedua tangan kecil wanita di hadapannya. "PLETAK!" Sebuah pukulan telak menghampiri kepalanya yang cukup keras untuk menyobek kulit jidat nya .
"Aw!''
Pekiknya sesaat sebelum tubuhnya ambruk dan memegangi jidatnya yang kini mengeluarkan cairan kental berwarna merah.
"Aku bukan pria, dan ini juga kamar ku. Jika kau tidak percaya. Ini lihat."
Dengan sedikit meringis di rogohnya dompetnya dan mengeluarkan sesuatu kartu yang memperjelas kebenaran dirinya kemudia di lemparnya kehadapan si perempuan.
Disana terteta secara jelas namanya, umur, dan pasti jenis kelaminnya. Yang membuat seseorang pemilik mata hijau saphyre melotot tak percaya.
"Valshe? Perempuan!?" Teriak nya terkejut dan membuang sapunya merasa aman. Dengan perasaan bersalah yang amat besar Rin mendekati korban kekerasannya.
"M, maaf. Ku pikir kau pria mesum pencuri pakaian dalam perempuan." Ucapnya pelan dengan wajah yang memerah karena menahan malu.
"T, tapi ini juga bukan salah ku kan? I, ini salahmu yang terlihat seperti lelaki! Mana ku tahu kau perempuan." Makinya dengan sedikit kesal membuat orang di hadapannya mengerutkan jidatnya yang terluka.
"Baiklah, baiklah. Salahku, lalu kau punya sesuatu untuk mengobati ini? Rasanya perih." Valshe menunjuk jidatnya yang masih berdarah dengan hembusan nafas panjang karena sedikit kesal.
"A, ah, maaf!" Dengan sigap Rin mengambil kotak P3k yang ada di kamarnya, dan dengan telaten ia membersihkan luka Valshe lalu mengobatinya. Kemudian tersenyum manis ketika ia menyelesaikan pekerjaannya.
Sebuah senyuman yang tanpa sengaja menggetarkan hati yang berada di balik tubuh tegap Valshe. Membuat mata biru laut nya terus menatapi sosok perempuan manis di hadapannya.
Demi langit yang masih terus terbentang luas, dia jatuh hati pada gadis di hadapannya.
"Valshe? Hei..!"
Pekik seorang gadis bermata hijau saphyre si pemilik nama Rin yang tengah melambaikan tangannya pada wanita ah tidak, pada seorang yang masih di anggapnya sebagai pria. Pria baik hati yang tinggal sekamar dengannya.
"Ah, Rin sudah selesai?"
Tatap mata biru Valshe diiringi dengan sebuah cengiran.
"Sudah dari tadi. Bagaimana bisa kau melamun segitunya sampai tak melihat ku lewat di hadapanmu. Kau ini."
Gerutu bibir mungil Rin yang kini nampak lembab karena di lapisi pelembab bibir rasa jeruk kesukaannya.
"Hahahaha, bagaimana ya. Lamunan seorang pria itu hal yang mengasikkan. Kau bisa mendapatkan apa saja di dalam sebuah lamunan."
Bisik kecil Valshe di daur telinga Rin yang cukup membuat bergetar hati pemiliknya.
"M, mesum!" Teriak rin dengan wajahnya yang memerah.
"Hei, ku tidak mengatakan satu pun hal yang mesum. Jangan-jangan kau yang berpikiran mesum Rin. Sini-sini ku lihat kepalamu, apa isi nya."
Ejek Valshe dengan mendekap Rin dari belakang dan mengusap pelan pemilik rambut honey itu.
"A, apa!? K, ku tidak memikirkan apa-apa tau!"
"Benarkah? Lalu bisakah kau jelaskan kenapa pipi bakpau ini tiba-tiba berubah merah?"
"Valshe!" Teriak rin memekakkan telinga yang di sambut gelegar tawa Valshe.
"Ayo pergi, kau mau makan apa? Pancake dengan sirup jeruk?"
Dengan lembut kedua tangan tegap Valshe merangkul tubuh mungil Rin sambil bejaln kecil keluar dari kamar kecil mereka yang penuh tawa, kenangan dan harapan.
Bersambung
Bonus Story
Kala itu langit malam begitu terang dengan bintang yang bertabur indah menghiasi angkasa. Dua pasang mata yang nampak belum lelah terus menatap langit dari tempat kecil yang mereka sebut teras kamar.
"Valshe." Ucap suara lembut dari bibi merah kecil milik Rin kagamine yang memcahkan heningnya malam.
"Yah?" Sahut nya singkat dengan suara beratnya yang terdengar serak.
"Kau pernah jatuh hati pada seseorang?"
"Pernah. Kenapa?" Mata biru si pemilik nama Valshe kini berpindah arah menatap gadis di sampingnya yang hanya di balut dress tidur putih tipis yang mungkin akan sangat mudah membuat si gadis masuk angin jika tidur tanpa penghangat apapun.
"Dengan pria?" Tanyanya lagi yang kini hanya dib alas diam dari lawan bicaranya.
"Apa kau normal?" Sekarang giliran si pemilik mata hijau yang mengalihkan pandangannya sehingga beradu pandang dengan mata biru yang sudah terlebih dahulu menatapnya. Cukup lama mata itu bertatapan dalam diam dan bisu.
"Tentu saja." Jawabnya pelan dengan senyum pahit yang menghiasi wajah tegas Valshe.
"Tapi . . ."
Satu kata yang di keluarkan dari mulut Valshe sukses besar membuat penasaran Rin yang menunggu lanjutannya.
"Tapia pa?" Tanya Rin dengan kening mengkerut.
"Tapi ku ngantuk. Hoaaaaammm.."
Balas santai Valshe sembari berjalan ke dalam kamarnya, tentu saja yang di sambut teriakkan cempreng dari belakangnya yang meneriakki namanya seoalah-olah dia adalah pencuri.
"Tapi ku wanita yang tertarik pada wanita Rin. Wanita yang mampu menghentikan nafasku saat ini."
Jawabnya dalam hati sembari terus berjalan ke kasur kecilnya.
"Kau-Rin Kagamine.
Mata biru itu menutup pelan di iringi langit yang sedikit demi sedikit kehilangan cahanyanya. Namun kembali bercahaya ketika matahari menduduki singgah sananya.
Bonus story End~
