"Ku-kumohon... Jangan bu-bunuh aku..."

"Huh... Sebenarnya aku malas kalau harus membunuh orang lemah sepertimu, juga kedua teman mu itu. Tapi... aku tak mungkin mengecewakan clien ku... Kalian sudah banyak melakukan dosa... Karena itu..."

"Kumohon... jangan bunuh aku... A-aku akan bayar berapa pun yang kau mau, asalkan kau tidak membunuh a-"

'DOOR!'

"...Enyalah kau ke neraka..."


Black Angel and White Demon

Chapter 1 : Prolog

Disclaimer:

Yang gambar Naruto bukanlah author yang bernama Akayuki Kaguya. Juga bukan Masashi Kishimoto (lha..?). Yang gambar itu jelaslah tangannya Masashi Kishimoto. *ditimpuk rame-rame*

Reted:

M untuk adegan gore. No Lemon… Tapi Kagu masih bingung… Ini cocoknya T ato M ya…?

Genre:

Angst dan Romance… Maybe… Gak yakin…

Pair:

Udah pasti SasuNaru! XD

Warning:

YAOI! SHOUNEN-AI! BOY LOVE! Ada adegan GORE! Banyak adegan bunuh-bunuhan! Fic ini diselimuti darah! (?). Ada adegan yang tak patut dilihat, dibaca dan dibayangkan, apalagi dipraktekan!

If you DON'T LIKE! Please, DON'T READ!


'TENG NONG NENG NONG!'

'Tap... Tap... Tap...'

'Srek!'

"Yo Naruto! Lagi-lagi kau terlambat ya... Tapi tenang aja! Hari ini Asuma-sensei tidak masuk karena sakit!" Ujar seorang pemuda berambut coklat dengan tato seperti gambar taring disetiap pipi nya.

"Hn," Respon pemuda berambut pirang dan bermata biru langit tersebut. Nama pemuda itu adalah Uzumaki Naruto.

"Kau ini... masa balesan mu kepada teman sekelas mu hanya 'hn,' doang…? Memangnya tidak ada kalimat lain apa? 'Hn,' itu mu saja tidak termasuk kalimat." Ucap pemuda berambut coklat. Tapi tetap saja tak dihiraukan oleh Naruto yang terus berjalan menuju mejanya.

"Huh…! Masa sikap seorang teman seperti itu sih…!" kata pemuda itu lagi, berusaha menarik perhatian Naruto. Tapi tetap saja, ucapannya tak dihiraukan oleh pemuda bermata biru tersebut.

"Sudahlah Kiba… Mungkin Naruto sedang tak ingin diajak bicara…" kata seorang pemuda berambut nanas yang baru saja berjalan menghampiri pemuda berambut coklat yang bernama Kiba.

"Shikamaru…?" kata Kiba. "Tapi… Naruto kan memang selalu begitu… Apa dia punya masalah ya..." katanya lagi. Kini wajahnya tertunduk menghadap lantai kelas.

"Memangnya ada apa…?" tanya Shikamaru ke Kiba.

"Tidak… Tapi kalau dia memang punya masalah… setidaknya aku ingin membantunya…" kata Kiba masih tetap menunduk.

"Baguslah kalau begitu… Aku yakin kau pasti bisa membantunya…" ucap Shikamaru yang membuat semangat Kiba kembali bangkit.

"…Terima kasih…"

-di tempat Naruto-

"Naruto…" panggil seorang pemuda berambut merah dengan tato 'Ai' di dahinya. Nama pemuda tersebut adalah Sabaku Gaara.

"Hn," balas Naruto singkat dan tak sedikit pun menoleh kearah Gaara yang merupakan sahabatnya sejak kecil. Daritadi Naruto terus menatap langit melalui jendela yang berada disebelah mejanya.

"Kau kenapa? Sepertinya kau agak tak sehat…?" tanya Gaara ke Naruto begitu melihat wajah Naruto yang agak pucat.

"Hanya kurang tidur." jawabnya singkat. Masih tetap tak menoleh ke Gaara.

"Tak tidur? Apa semalam kau habis me-"

"Ya. Seperti yang kau pikirkan. Dan satu lagi… jangan bicarakan hal itu disini…" kata Naruto memotong ucapan Gaara. Kali ini dia menoleh ke arah Gaara dengan sorot mata yang dingin dan tajam.

"…Maaf…"

Naruto pun kembali menatap langit. Tak mempedulikan keberadaan Gaara yang ada disebelahnya. Naruto yang sekarang memang tak mati…

…tapi hatinyalah yng telah mati…


'TENG NONG NENG NONG!'

Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Semua murid telah bersiap-siap pulang menuju rumah mereka masing-masing.

"Hei, Naruto!" panggil Kiba ke Naruto. Yang dipanggil pun menoleh karena merasa namanya dipanggil. "Mau pulang bareng gak? Ada Shikamaru, Lee, Chouji dan Sai juga! Mau gak?"

"Maaf… Aku sedang ada urusan…" jawab Naruto singkat lalu berjalan meninggalkan Kiba dan yang lainnya. Sampai akhirnya sosok itu menghilang seluruhnya dibalik pintu kelas.

"Dia itu kenapa sih…? Kok dingin banget? Kayak gak ingin punya teman saja…" ucap Kiba setelah Naruto pergi. Dari awal pertemuan dengan Naruto, dia sudah heran dengan kelakuan Naruto yang sangat dingin dan tertutup. Naruto juga selalu berwajah datar tanpa ekspresi. Di kelas, Naruto selalu dapat peringkat satu. Yah… begitulah… Naruto memang miterius.

"Entahlah…" kata pemuda berkulit seperti mayat dibelakang Kiba. Nama pemuda itu adalah Sai.

"Oi, Gaara…! Kau tau sesuatu tentang Naruto tidak? Seperti penyebab dia yang selalu diam dan berwajah dingin gitu?" tanya Kiba ke Gaara yang sedang membereskan buku dan barang-barangnya. Tak sadar bahwa ada seseorang yang pundung gara-gara dicuekin.

"Aku tidak tau…" jawab Gaara singkat sambil berjalan menuju pintu kelas.

"Masa sih? Kau dan Naruto kan teman sejak kecil. Masa gak tau?" tanya Kiba lagi.

"Ya… Aku tidak tau. Dari dulu dia memang begitu…" bohong Gaara. Sebenarnya Gaara tau penyebab utama Naruto bersikap seperti itu. Tapi dia tak berniat memberitau alasan tersebut. Lagipula itu adalah kenangan yang paling ingin dilupakannya…

…juga oleh Naruto…


-di sebuah gang sempit-

"Hei, bocah! Cepat serahkan uang mu!" perintah seorang laki-laki berbadan besar tersebut sambil menodongkan sebuah pisau ke seorang pemuda berambut pirang.

"Kau dengar tidak, bocah! Cepat serahkan uang mu! Apa kau mau kalau wajah 'manis' mu itu hancur dan tak berbentuk lagi, hah!" kali ini adalah seorang wanita yang berbicara.

"I-itu b-benar! Ce-cepat serahkan u-uang mu! J-jangan sampai B-bos ka-kami benar-benar ma-marah! K-kalau sa-sampai marah, kau pa-pasti t-tak akan se-selamat!" Sekarang yang berbicara adalah seorang laki-laki kurus yang gagap.

Ketiga orang itu sedang mengelilingi sesuatu -tepatnya seorang pemuda berambut pirang dengan mata bewarna biru langit. Oh… dan pemuda itu adalah Naruto. Sepertinya ketiga orang itu adalah geng yang akhir-akhir ini sering dibicarakan karena sering menyusahkan warga setempat.

"Hn,"

"Cih…! Kau tidak dengar kata-kata ku barusan! Cepat serahkan uang mu!" kata laki-laki berbadan besar itu lagi sambil menodongkan pisau nya tepat dileher Naruto.

"Hn," balas Naruto. Tak ada ekspresi takut yang terpancar di wajah tan nya.

"Cih..! Dasar bocah menyebalkan! Kita bunuh saja, Bos!" kata wanita itu ke laki-laki berbadan besar yang ternyata adalah Bos mereka. Kemudian wanita itu mengambil sebuah cutter, lalu menodongkan cutter tersebut ke Naruto.

"I-itu benar, b-bos! Ki-kita bunuh s-saja bocah i-ini!" kata laki-laki gagap itu.

"Hn," Naruto hanya menatap ketiga orang itu dengan tatapan bosan dan tidak mempedulikan apa yang mereka katakan. Membuat sang Bos menjadi kesal dan marah.

"Cih…! Cepat bunuh bocah tak berekspresi itu!" Sang Bos pun akhirnya mengeleuarkan perintahnya. Rupanya dia sudah muak melihat wajah Naruto yang sama sekali tak ada rasa takut kepadanya.

"Baik!" ucap kedua anak buahnya.

"Hn… Hanya ikan teri…" ucap Naruto cuek. Tapi, hanya mendengar ucapan Naruto saja sudah membuat si wanita itu menjadi naik darah. Lalu wanita itu melayangkan tinjunya ke wajah Naruto. Tapi berhasil dihindari oleh Naruto dengan mudah. Tak mau diam saja, si laki-laki gagap itu pun ikut turun tangan membantu rekan nya. Dia lalu mengincar kaki Naruto yang tak dilindungi pengaman apapun. Lalu dia pun menendang kaki Naruto. Tapi bisa dihindari oleh Naruto hanya dengan satu lompatan. Lalu Naruto menendang kepala laki-laki tersebut saat masih diudara. Meski Naruto hanya memakai sedikit tenaganya, laki-laki itu sudah jatuh pingsan saat menerima tandangan Naruto. Melihat temannya pingsan, si wanita itu pun menjdi marah lagi. Dia pun mencoba menyerang Naruto lagi. Kali ini dia memakai cutter yang dia pegang daritadi untuk menangcam Naruto. Lalu dia mencoba untuk menyerang perut Naruto. Tapi tetap saja bisa dihindari dengan mudah oleh Naruto. Dengan cepat dan tanpa disadari oleh si wanita, Naruto sudah berada dibelakangnya. Naruto pun memukul leher belakang si wanita itu dengan tangannya. Dalam sekejap si wanita itu pun juga pingsan dan tak sadarkan diri.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang…? Kedua anak buah mu sudah kukalahkan…" kata Naruto ke laki-laki yang masih tersisa.

"Heh… Tak kusangka kau hebat juga…!" kata laki-laki itu ke Naruto. Tak disangkanya bahwa pemuda berambut pirang yang ada dihadapan nya saat ini dapat mengalahkan anak buahnya.

"Hn,"

"Huh…! Cukup basa-basinya. Akan kubunuh kau sekarang! Rasakan ini!"kata laki-laki itu sambil berlari ke arah Naruto. Dihunuskan pisau miliknya ke Naruto.

'SET!'

Naruto menghindar ke kanan. Merasa pisau saja tak akan mampu melukai Naruto, laki-laki itu pun akhirnya mengeluarkan pedang yang dari tadi disembunyikan nya. Dia pun mencoba mengunuskan pedangnya itu ke jantung Naruto. Lalu Naruto pun melompat ke belakang sehingga pedang itu tidak mengenai jantungnya.

"Kau lumayan… Jarang ada manusia hebat seperti mu. Dengan ini aku tak akan ragu lagi untuk menghabisi mu. Jangan kau pikir bisa dengan mudah kabur dariku. Akan kucabik-cabik tubuh mungil mu itu! Lalu akan kukeluarkan juga seluruh organ yang ada didalam tubuh mu itu! Setelah itu, akan kuawetkan seluruh organ dalam mu juga tubuh mu itu. Kepala mu akan kupajang dikamarku sebagai koleksi beharga yang susah ditemukan! Dengan begitu, koleksi ku akan genap 50 buah! Ahahaha!" kata laki-laki itu tertawa sambil menjilati pedangnya yang berbau darah.

" … "

"Kenapa? Kau takut? Meski begitu, aku akan tetap membunuhmu. Kebetulan sekali karena aku jarang mendapat mangsa berwajah manis seperti mu. Apalagi kau ini laki-laki. Membangkitkan nafsu ku saja!" kata laki-laki itu lagi. Dia lalu mulai melangkahkan kakinya ke tempat Naruto berada. Sesekali juga dia menjilati pedangnya itu. Sepertinya, bau yang dikeluarkan pedang itu telah menjadi candu bagi nya.

" … "

"Mari kita bermain-main sebentar…" kata laki-laki itu lagi. Kini jaraknya dengan Naruto hanya sekitar 5 meter.

"Huh… Sepertinya kau salah mencari mangsa, wahai tuan berbadan besar…"

"Sombong sekali kau. Sepertinya kau sudah tak sayang nyawa mu la-"

'CROOOT-!'

Dalam sekejap, gang tersebut sudah berbau darah segar. Cipratan darah tersebar kemana-mana. Tembok dan lantai itu kini menjadi saksi bisu atas hilangnya satu nyawa manusia. Hanya satu manusia yang masih tetap berdiri. Naruto. Dia hanya menatap kosong ke arah tubuh yang sudah tak bernyawa lagi dihadapannya. Ya. Dialah yang membunuh laki-laki besar itu hanya dengan satu tusukan tepat dijantung laki-laki itu. Ya... Naruto… Dia talah membunuh satu nyawa manusia lagi…


_ _ GAARA POV_ _

'Huf… Hari ini melelahkan… Kira-kira Naruto ada dimana ya…? Aku khawatir kalau sampai terjadi sesuatu padanya… Hah… Sudahlah… Mungkin dia sudah pulang… tapi… kenapa persaan ku tidak enak ya…?'

Aku terus berjalan melewati jalan yang sangat jarang kulewati ini. Entah kenapa kaki ku terus melangkah ke sini. Padahal ini bukan jalan menuju apartemen tempat aku tinggal. Aku merasakan suatu firasat yang tidak enak. Entah ada firasat apa ini… yang jelas aku tidak tau perasaan apa yangdari tadi menghantui ku ini…

Lalu aku melihat sebuah gang sempit. Entah kenapa kaki ku malah membawa ku masuk kedalam gang itu… Saat ku masuki gang itu, tercium bau darah segar dari dalam nya. Penasaran, aku pun mengikuti kaki ku untuk lebih masuk kedalam gang tersebut. Lebih dalam ku masuki, terlihat sesosok manusia yang mungkin tak asing lagi bagiku. Dia…

…Naruto?

Kenapa Naruto ada disini? Apa yang dilakukannya? Tunggu dulu… Apa itu? 3 orang manusia? Tapi… kenapa yang satunya lagi berdarah-darah? Pingsan? Bukan…

…dia sudah meninggal…!

Kenapa ada orang meninggal disini? Mustahil. Jangan-jangan…

_ _NORMAL POV_ _

"Naruto…? Apa yang kau lakukan disini?" panggil Gaara ke sosok pemuda yang tetap berdiri disitu.

"Hn," balasnya pemuda itu.

"Ada apa ini? Kenapa orang ini berlumuran darah, Naruto? Apa kau yang membunuhnya?" tanya Gaara ke Naruto. Khawatir. Ya, dia sangat khawatir. Dia tak ingin merasakan perihnya rasa kehilangan itu lagi. Karena itu, dia berusaha agar tak terjadi sesuatu pada Naruto.

"Ya. Aku yang membunuhnya." jawab pemuda berambut pirang itu. Tenang. Wajahnya sangat tenang untuk seorang yang telah membunuh manusia. Tidak ada rasa takut yang terpancar di wajahnya. Sama sekali tidak ada. Sebab, hatinya sendiri…

…telah mati.

"Kenapa kau membunuhnya?" tanya Gaara lagi. Dia tak mau mengakui bahwa teman nya itu kini adalah seorang pembunuh. Meski dia pernah melihatnya sendiri dengan mata kepalanya. Tapi dia tetap tidak mau percaya pada kenyataan. Gaara yakin, suatu saat nanti pasti Naruto akan kembali menjadi yang dulu. Temannya yang periang dan ceria itu. Jangan salahkan Naruto… Peristiwa itulah yang telah merubahnya. Menjadi sosok yang dingin yang kejam…

"Mereka duluan yang ingin membunuhku… Lagi pula aku hanya membunuh bos nya saja…" jawab Naruto.

"Tapi kau tak perlu membunuhnya kan? Ini diluar tugas mu, Naruto. Aku takut kalau kau sampai tertangkap oleh polisi…" kata Gaara lagi. Kali ini dia benar-benar khawatir.

"Lalu kau mau aku melakukan apa? Menghidupkannya lagi? Sayangnya aku bukan Tuhan." kata Naruto kemudian mengambil pedang milik laki-laki tersebut.

"Bukan begitu… Arrgh! Sudalah…! Aku pusing kalau memikirkannya! Sekarang apa yang akan kau lakukan? Kau harus melenyapkan bekas-bekas darah ini. Mayat ini juga, yang jelas harus dilenyapkan. Jangan sampai hal ini diketahui oleh poli- Eh? Kau mau apa Naruto?"

'SYAAAAT!'

"Melenyapkannya…"

Hanya dalam sekejap, mayat tersebut sudah berubah menjadi potongan-potongan daging yang berukuran sangat kecil. Bahkan organ-organ dalam dan tulangnya juga ikut terpotong tak bersisa. Semuanya terpotong hanya dalam sekejap. Seperti hanya dengan sekali tebas. Mungkin saja manusia biasa tak akan menyangka bahwa potongan daging itu adalah bagian dari tubuh manusia. Semuanya dilakukan Naruto seperti mudahnya membalik telapak tangan. Sempurna. Ya. Sekarang mayat itu hanya seperti daging ayam atau daging sapi yang dicincang kecil-kecil.

" … " Gaara tertegun. Tak menyangka bahwa Naruto akan melenyapkan mayat tersebut dengan cara seperti itu. Hal itu tak pernah terpikirkan olehnya.

"Kalau seperti ini, mungkin darah ini hanya akan dianggap darah hewan." kata Naruto. Dia lalu mulai beranjak pergi dari tempat yang telah berbau darah tersebut.

"Mau kemana, Naruto?" tanya Gaara kepada Naruto yang sepertinya ingin pergi dari tempat ini.

"Pulang…" jawabnya biasa. Seperti tak ada sesuatu yang terjadi.

"Tapi bagaimana dengan mereka?" tanya Gaara lagi sembari menunjuk kedua orang yang masih pingsan.

"Biarkan saja." kata Naruto tetap berjalan.

"Tapi bagaimana kalau mereka melaporkan kejadian pada polisi?" Gaara bertanya lagi. Kali ini Naruto berhenti. Tapi tetap tak menoleh kea rah Gaara.

" Tadi aku memukul leher mereka saat mereka masih sadar. Mereka tak akan ingat kejadian ini. Dan mungkin saja mereka tak akan ingat diri mereka sendiri untuk selamanya. Karena aku tepat memukul di pusat syaraf mereka. Lagipula, orang yang mungkin akan menemukan mereka hanya akan menganggap mereka adalah orang iseng yang mencincang-cincang daging. Kalaupun ketahuan itu mayat manusia, mereka yang akan dianggap sebagai pembunuh." Untuk kesekian kalinya Naruto menjawab pertanyaan Gaara. Lalu dia melanjutkan perjalannya dan akhirnya sosok Naruto menghilang di tengah langit sore.

"…Naruto…" Gumam Gaara pada dirinya sendiri. Entah kenapa hatinya menjadi sakit saat melihat Naruto.


'KLEK!'

"Naruto. Kau sudah pulang rupanya. Aku khawatir karena kau pulang lebih lama dari biasanya." sambut seorang pria berambut coklat dan diikat keatas. Umino Iruka. Dia adalah orang yang selama ini tinggal bersama Naruto.

"Hn,"

"Ada apa? Kenapa kau bisa pulang lebih lama? Apa terjadi sesuatu tadi?" tanya pria itu lagi. Dia khawatir jika terjadi sesuatu pada anak yang selama ini selalu dijaganya.

"Tidak ada." jawab Naruto singkat. Benar-benar seperti tak terjadi sesuatu padanya.

"Bagitu…" gumam Iruka. Tapi firasatnya mengatakan hal yang lain. Meskipun penasaran dan ada rasa was-was, tapi dia tetap tak mau bertanya lebih jauh. Dia tak ingin membuat Naruto marah kepadanya. Mau bagaimana pun juga, dia telah merawat Naruto dari bayi hingga sekarang. Dia sangat menyayangi Naruto dan tak ingin membuat Naruto marah.

"Iruka-sensei…"

"Ya…?" tanyanya ke Naruto.

"Apa ada misi untuk malam ini…" Naruto bertanya ke Iruka.

"Tidak ada…" jawab Iruka.

"Hn," kata Naruto seraya pergi menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

"…Naruto…" gumam Iruka setelah tak lagi melihat sosok Naruto. Perasaan sedih selalu menyelimuti hatinya jika melihat anak yang selama ini dirawatnya. Naruto selama ini tak pernah mendapat kasih sayang dari orangtua nya. Tidak ada yang tau keberadaan orangtua Naruto. Mungkin…


"Berhenti Naruto! Kau bisa ikut terbakar jika masuk kedalam!"

"Lepaskan aku! Aku harus menyelamatkannya!"

"Berhenti, Naruto! Jangan masuk ke dalam!"

"Lepaskan! Apa pun yang terjadi, aku harus masuk kedalam! Aku akan menyelamatkannya!"

"Tidak! Itu percuma saja, Naruto! Kau akan mati sia-sia kalau masuk kedalam! Dia sudah tak akan bisa diselamatkan lagi!"

"Enggak! Pasti masih bisa! Lepaskan aku!"

"Berhenti Naruto! Komohon…"

"Uh.."

"Naruto…"

"Huh… Hu…"

" … "

"HUWAAAAAA-!"

.

.

.

.

.

"AARGGHH!"

"Hosh… Hosh…"

"Sial! Lagi-lagi mimpi itu! Kenapa? Kenapa terus menghantuiku…? Huh… pasti dia ingin balas dendam kepada ku yang tak menyelematkannya… Sudah pasti… Dia ingin balas dendam kepada ku… Aku yang membuatnya meninggal… Aku yang salah karena tak menyelamatkannya… Kakak macam apa aku ini…? Tak bisa menyelamatkan adik sendiri… Dia…"

…pasti membenciku…


-pada malam hari disuatu gedung-

Sinar rembulan kini tertutup oleh gelapnya awan. Sehingga sinarnya yang indah itu kini tak tersampaikan ke seluruh umat manusia.

Sesosok pemuda perlahan masuk kesuatu ruangan yang gelap. Malamnya langit membuat sosok itu tak dapat terlihat dengan jelas. Yang terlihat adalah pemuda itu mengenakan sebuah kemeja berlengan panjang yang bewarna putih dan ditutupi oleh sebuah rompi bewarna merah. Pemuda itu juga mengenakan dasi bewarna hitam dan agak tak terlihat karena tertutup rompi. Ia juga memakai celana panjang seperti celana yang dikenakan di kantor-kantor, warnanya senada dengan warna dasinya. Tak luput sebuah topeng dikenakannya untuk menyembunyikan wajah aslinya. Sebuah topeng yang hanya menutupi bagian atas wajahnya.

Tapi tidak hanya pemuda itu saja yang berada diruangan tersebut. Ada sesosok orang lagi yang tengah duduk disebuah kursi besar didalam ruangan tersebut. Dapat dipastikan orang itu sudah berusia cukup tua. Terlihat dari wajahnya yang sudah berkeriput dan mata lavendernya yng menatap sosok pemuda itu. Hyuuga Hiashi… Itulah nama orang yangtengah dudk dikursi tersebut.

"Aku ingin kau membunuh orang ini…" kata salah Hiashi tersebut sambil menyerahkan sebuah foto.

"Hn," balas orang pemuda itu sembari mengambil foto tersebut dan melihatnya.

"Orang itu bernama Gato. Dia adalah orang licik yang memanfaatkan segala cara demi memperkaya dirinya sendiri. Gato adalah pemilik perusahaan pelayaran yang sangat terkenal. Tapi, dibalik itu semua, dia memanfaatkan perusahaannya untuk memperjual-belikan Narkoba dalam jumlah yang banyak. Saat ini sedang berada di kota Nami. Tidak jauh dari kota Oto, hanya berjarak 5 jam perjalanan." kata Hiashi sambil mengambil sesuatu dari laci mejanya.

"Ini… Semua data-data tentang Gato ada disini. Kau bisa melihatnya…" katanya sambil menyerahkan sebuah amplop yang tadi diambil dari laci mejanya.

"Hn," balas pemuda itu sembari mengambil amplop tersebut.

"Batas waktumu seminggu." kata Hiashi lagi. Kali ini dia beranjak untuk berdiri dan menatap langit malam dari balik kaca jendela.

"Hn, Apa yang kau minta sebagai bukti." tanya pemuda itu tapi tak ada nada tanya sama sekali dalam kalimatnya. Yang ada hanya sebuah nada datar tanpa ekspresi dari pemuda itu.

"Tidak ada. Aku hanya ingin mendengar berita kematiannya saja…" jawab Hiashi sembari meninggalkan tempatnya lalu beranjak pergi dari ruangan itu. "Aku yakin kau pasti bisa membunuhnya… Ya kan…"

" …Black Angel…?"

Kini Hiashi benar-benar telah pergi dari ruangan itu.

Tak mau membuang waktu, pemuda itupun juga mulai melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu.


-di Oto High School-

'Srek…'

"Yo, Naruto!" sapa Kiba kepada sosok yang baru saja memasuki ruang kelas.

"Hn," balas pemuda itu datar. Ya. Uzumaki Naruto. Orang yang baru saja mendapat sapaan hangat dari Kiba.

"Kau ini… Miskin kata banget sih…! Sapalah orang-orang yang menyapamu!" balas Kiba sambil berkacak pinggang. Tapi tetap saja Naruto tidak mempedulikan kata-kata Kiba dan terus melangkah kearah mejanya.

"Ada apa Naruto…?" tanya gaara yang duduk disamping Naruto.

"Hn," balas Naruto tanpa menoleh sedikitpun kearah Gaara.

"Ck… Si Inuzuka itu benar… Kau itu harus membalas sapaan orang yang ditujukan kepadamu. Paling minim senyum pun tidak apa…" kata Gaara dengan maksud menasihati.

"Itu tidak penting…" balas Naruto masih tidak menatap Gaara.

"Kalau kau seperti ini terus… bisa-bisa semua orang menjauhimu…" kata Gaara lagi.

"Aku tak butuh teman… Teman hanyalah omong kosong…" balasnya lagi dengan tatapan dingin ke Gaara. Seolah mengisyaratkan bahwa ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini.

"Terserah kau saja…" kata Gaara lalu mengambil sebuah buku di tasnya dan mulai membacanya,


-di sebuah dedung di kota Nami-

"Ahahahaha-!" tawa seorang pria yang sudah agak tua. "Ahaha! Tak kusangka seorang anak buahku akan mendapat informasi yang hebat seperti ini! Ahahahaha!" tawa orang itu semakin jadi begitu mendapat sebuah informasi dari salah satu anak buahnya.

"Tapi Gato-sama… Ini bisa jadi sebuah ancaman bagi perusahaan ini…" kata seorang pemuda yang merupakan kaki tangan orang yang bernama Gato.

"Tak perlu khawatir…! Siapa pun orang yang akan membunuhku, dia yang akan mati di tanganku…!" kata orang itu –yang bernama Gato dengan sangat yakin.

"Tapi Gato-sama… Bagaimana kalau orang itu adalah si Black Angel yang akhir-akhir sering dibicarakan…? Ini bisa jadi hal yang gawat, Gato-sama… " kata pemuda itu lagi.

"Tak perlu cemas…" ucap Gato pelan.

"…?" pemuda itu hanya mengerutkan dahinya tanda ia tak mengerti maksud dari tuannya itu.

"…Karena kita akan buat pesta kejutan untuknya…"


"Naruto…? Kau yakin masih akan melanjutkan misi ini…?" tanya Iruka ke Naruto.

"Hn," jawaban singkat meluncur dari bibir Naruto. Tak tahu bahwa Iruka benar-benar mengawatirkan dirinya.

"Hah… Sudah kuduga kau akan menjawab seperti itu…" kata Iruka sambil menghela nafas. "Aku sudah menitipkan surat ijin mu di Gaara. Kalau begitu kita berangkat sekarang…" katanya lagi sambil menatap cemas kearah Naruto.

"Hn," balas Naruto singkat lalu berjalan menuju pintu.

Mereka berdua pun masuk kedalam mobil setelah semua perlengkapan dimasukan kedalam bagasi mobil. Tak lama kemudian mobil itu mulai berjalan dan semakin lama semakin meninggalkan kota Oto. Menuju…

…Kota Nami…


Keesokan paginya…

"Hei, Gaara… Hari ini Naruto tidak masuk ya…?" tanya Kiba ke Gaara yang sedang duduk sendiri dimejanya.

"Seperti yang kau lihat…" jawabnya tanpa menoleh kearah Kiba.

"Oh begitu… Memangnya ada apa?" tanya Kiba lagi.

"Sepertinya sakit…" jawab Gaara seadanya. Tak mungkin jika ia bilang Naruto tidak masuk karena ada sesuatu yang harus dilakukannya kan…?

"Begitu… Sakit apa…?" Kiba bertanya lagi. Sebenarnya Gaara malas jika harus menjawab, tapi dia tak enak hati jika mendiamkan Kiba begitu saja. Jadilah dia memutuskan untuk menjawab pertanyaan Kiba.

"Entahlah… Aku tidak diberi tahu Naruto sedang sakit apa…" jawabnya.

"Hm… Kalau gitu titip salam untuk Naruto ya… Semoga cepat sembuh…!" katanya seraya kembali ketempat duduknya semula.

"Hn," balas Gaara pelan. Sepertinya tidak kedengaran oleh Kiba karena suaranya terlalu pelan.

'Terima kasih… Inuzuka…'


"Kita sudah sampai…" kata seseorang dikursi kemudi. "Naruto…?" katanya lagi sambil melihat kearah pemuda berambut pirang yang sedang duduk dikursi sebelahnya sambil menatap langit yang agak mendung. Sepertinya akan hujan…

"Hn, aku dengar…" katanya seraya keluar dari mobil untuk sekedar menghirup udara segar setelah 8 jam perjalan dimobil.

"Haah…" Iruka hanya menghela nagas lelah. Mengemudi mobil selama 8 jam tanpa istirahat membuat dirinya agak lelah. Sepertinya dia harus minum teh hangat untuk menyegarkan diri.

"Aku akan menaruh barang-barang dikamar… Jika kau ingin jalan-jalan, silahkan saja… Tapi jangan terlalu jauh…" kata Iruka kemudian membawa barang-barang berupa tas yang isinya tidak hanya baju, tapi juga alat-alat untuk keperluan utama yang menjadi tujuan mereka kesini.

"Ya…" balas Naruto lalu mulai berjalan-jalan.


-di sebuah Apartemen-

"Naruto…" gumam seorang pemuda berambut merah.

FLASHBACK

"Kenapa aku tak boleh ikut, Iruka-san…?" tanya Gaara ke Iruka.

"Tempat itu jauh, lagipula berbahaya… Aku tak mau nanti terjadi apa-apa terhadap kau…" jawab Iruka.

"Naruto juga sama! Dia bisa terluka jika dibiarkan kesana!" kata Gara lagi. Kali ini suaranya agak meninggi.

"Aku juga khawatir terhadap Naruto… Tapi mau bagaimana lagi… Ini sudah keputusan Naruto… Aku tak bisa menolak atau membantahnya…" Iruka berkata lagi. Rasa cemas dan khawatir tersirat dalam wajahnya.

"Tapi kenapa aku tak boleh ikut…? Aku akan berusaha membantu Naruto sebisa ku…!" kata Gaara masih tidak terima dengan keputusan ini.

"Maaf Gaara… Naruto yang menyuruhku agar kau tidak ikut dalam misi kali ini…" kata Iruka lagi. Dia benar-benar cemas dengan keadaan Naruto. Padahal dulu Naruto tidak seperti ini.

"Begitu…" akhirnya gaara memutuskan untuk tidak ikut. Lagipula ini perintah Naruto. Dibantah berapa kali pun, jika Naruto sudah memutuskan, maka Naruto tidak akan merubah keputusannya.

END OF FLASHBACK

"Naruto… Kuharap kau baik-baik saja…" gumam Gaara lagi sebelum ia benar-benar tetidur lelap menuju alam mimpinya.


-di sebuah kamar penginapan-

"Terima kasih karena kedatangan anda… Sebenarnya kami telah berkerja sama dengan Hiashi-sama untuk menyingkirkan Gato… Karena jika hanya kami saja… Tak akan mungkin bisa mengalahkan Gato. Penduduk desa ini sangat sedikt dan miskin… Kami akan sangat tertolong jika kalian ingin meolong kami…" kata seorang kakek-kakek berambut putih yang membawa sebotol sake. Namanya adalah Tazuna.

"Begitu… Apa Gato itu sangat kejam…?" tanya Iruka ke Tazuna.

"Ya… Dia mempekerjakan kami tanpa digaji… Dia juga merampas semua hampir semua harta benda kami… Tidak hanya itu, dia membunuh sebagian laki-laki didesa ini… Dia melakukan itu agar kami tidak dapat melawannya…" kata Tazuna sambil menundukan wajahnya. Dia jadi teringat tentang putranya yang dibunuh Gato karena berusaha melawan Gato. Teman-temannya juga turut menjadi korban kekejaman Gato.

"Tak kusangka dia orang seperti itu…" kata iruka lagi. Dia turut bersedih atas masalah yang dialami warga desa ini. Padahal desa ini menjadi kota yang makmur. Seandainya saja tidak ada Gato.

"Hahaha! Sudahlah! Tak perlu membicarakan masalah sepele seperti itu!" kata Tzuna sambil tertawa.

Sepele…?

Tentu saja ini bukan masalah sepele. Penderitaan yang dialami warga desa ini sudah cukup berat. Kehilangan orang yang sangat dicintai bukanlah hal gampang untuk dilupakan. Apalagi hal yang mudah untuk ditertawakan.

"Naruto…? Kau mau kemana…?" tanya Iruka begitu melihat Naruto yang sepertinya akan keluar dari ruangan itu.

"Jalan-jalan sebentar…" jawabnya singkat lalu pergi meninggalkan ruangan itu beserta orang-orang yang ada didalamnya.

"Anak yang malang… Sepertinya dia sudah mengalami banyak penderitaan…" kata Tazuna setelah Naruto pergi.

"Hah…?" Iruka hanya memasang wajah tak mengerti.

"Anak yang berambut pirang itu… Sorot matanya mengatakan bahwa sudah pernah mengalami penderitaan yang mungkin saja tidak ingin diingatnya lagi…" kata Tazuna lagi masih tertunduk. Rasanya dia bisa memahami penderitaan Naruto padahal dia tidak tahu penderitaan apa yang sudah dialami oleh Naruto.

"Yah… Begitulah… Banyak kejadian yang sudah dialaminya…" kata Iruka turut bersedih.

-di taman belakang penginapan-

Sekarang terlihat sosok Naruto yang sedang mengamati bunga-bunga yang ada di taman tersebut.

"Indah, bukan bunga-bunga itu…?" kata seorang anak kecil yang tiba-tiba saja mucul dibelakang Naruto.

"Siapa kau…" kata Naruto dingin. Meski agak tertanggu dengan sinar matahari sore yang agak menghalangi penglihataan nya saat ini, tapi jelas bahwa anak tersebut berambut hitam coklat dan memakai sebuah topi.

"Namaku Inari… Cucu dari kakek yang tadi ada didalam di ruangan itu." kata anak itu yang mengaku bernama inari.

"Ada perlu apa kau kemari… Sebentar lagi malam, lebih baik kau masuk kedalam rumahmu…" kata Naruto lalu mengalihkan perhatiannya kembali ke bunga-bunga itu.

"Aku ingin disini… Soalnya ini tempat ayahku sering bermain denganku…" kata Inari sambil menunduk. Berusaha menahan air yang akan keluar dari matanya.

"Sebelum Gato datang kesini, ayah sering mengajakku bermain di taman ini. Tapi sejak kedatangan Gato kesini setahun yang lalu, banyak yang berubah dari desa ini. Semuanya semakin suram. Aku senang jika taman ini masih ada. Karena ini taman kenangan aku dan ayah…" kata Inari. Tak lama kemudian air mata yang daritadi dibendungnya, malah mengalir keluar dari bola matanya.

"Berhenti menangis jika kau ini memang laki-laki…" kata Naruto seraya mulai melangkahkan kakinya untuk beranjak pergi.

"Kau tak mengerti penderitaanku! Aku sangat sayang ayah, tapi ayah malah pergi meninggalkanku! Hu… uh… Kau yang hidup bahagia mana mungkin penderitaanku! Hu… uh…" kata Inari sambil terisak-isak.

'Kau tau apa tentang diriku… Hidupku jauh lebih berat darimu… Aku bahkan tidak tau siapa ayah dan ibuku…'

"Huu… uuh…"

"Aku akan berusaha melenyapkan Gato dari desa ini…"

" Eh…?"

"…karena itu berhentilah menangis… Air mata tak akan dapat mengembalikan orang yang telah pergi…"

Kemudian Naruto pergi meninggalkan Inari sendiri di taman.

"Terima kasih karena sudah memberiku semangat… Niichan…"


-di gedung perusahaan milik Gato-

'SYAAAT ! SYAAAT !'

"AAAAAARRGHH-!'

'SYAAAAT !'

'BRUUKH !'

'AAAAAAAAAARRGH !'

'SYAAAAT !'

'UUAARGH !'

Terdengar suara-suara teriakan dari para orang-orang yang baru saja terbunuh. Satu persatu dari mereka mulai beranjak pergi meninggalkan dunia ini.

'Tap…'

"Heh… Kau hebat juga bisa sampai sini…" kata seorang pemuda bermabut hitam. Dialah orang kepercayaan Gato. Kondisinya lumayan buruk karena daritadi terus melawan Naruto. Banyak sayatan yang ada ditubuhnya membuat geraknya jadi lebih lambat. "Tak kusangka yang datang memang benar-benar kau…"

"…wahai Tuan Black Angel yang terhormat…"

Kemudian pria itu berlari sambil menghunuskan pedangnya kearah Naruto. Tapi Naruto bisa dengan mudah menghindari pedang itu. Latihan selam bertahun-tahun telah membuat refleksnya bagus.

'Sial! Padahal dia sudah membunuh semua orang digedung tanpa sisa… Tapi kenapa dia sama sekali tidak terlihat lelah…? Sial! Sial!'

"Kalau kau melamun seperti itu…"

" …?"

"…Musuh akan dengan mudah membunuhmu…"

Hanya dengan satu tusukan dijantung, pemuda itu langsung terjatuh dan sudah tidak bernafas lagi. Ya… Naruto telah membunuh seorang manusia lagi…

Tapi dia peduli akan hal itu… Dia langsung masuk kesebuah ruangan yang menjadi tempat tujuannya semula. Ruangan tempat Gato berada…

'Klek…'

"Oh… Kau sudah datang rupanya… Black Angel…"

Kini Naruto dapat melihat sosok Gato diruangan itu.

"Kau ternyata memang hebat sesuai yang dikabarkan… Tak kusangka semua anak buahku bisa terbunuh dengan mudahnya ditangan mu…" kata Gato seraya bangkit dari tempat duduknya. "Bagaimana kalau kita bernegosiasi dulu…? Mungkin ada sesuatu yang kau inginkan…?"

"Sayangnya itu adalah kematianmu…" kata Naruto dengan tatapan tajam.

"Hoh begitu… Kalau seperti itu, negosiasi tidak akan bisa ya…? Kalau begitu… MATILAH KAU !" kata Gato sambil menembakan pelurunya ke Naruto.

Tapi naruto bisa menghindar dengan mudah.

'DOR! DOR!'

Gato pun kembali menembakan peluru pistolnya itu. Yang jelas dia tidak ingin mati terbunuh disini.

Seperti sebelumnya, Naruto lagi-lagi berhasil menghindar dengan mudah.

"AKU TAK AKAN MATI DISINI ! KAU YANG AKAN MATI !"

'DOR! DOR! DOR!'

Untuk kesekian kalinya, Naruto kembali menghindari tembakan peluru dari Gato.

"MEMANGNYA HANYA DENGAN SEBUAH PEDANG KAU BISA MEMBUNUH KU, HAH!"

'DOR! DOR! DOR! DOR!'

Lagi-lagi Gato kembali menembakan pelurunya. Tapi Naruto kembali menghindar dari tembakan tersebut.

"JANGAN CUMA MENGHINDAR SAJA, BOCAH!1 CEPAT SERANG AKU! ATAU KAU TERLALU TAKUT DEN-"

'DOR!'

"Kau pikir hanya saja yang mempunyai pistol…? Aku juga mempunyai senjata selain pedang ini…" kata Naruto sambil mengenggam pedang ditangan kirinya. Sebuah pedang berhias ukiran dan satu batu berkilau bewarna merah. Ditangan kirinya dipegang sebuah pistol yang dipakainya untuk menembak Gato.

'BRUK!'

Tubuh Gato terjatuh ke lantai yang dingin karena angin malam yang masuk dari jendela besar diruangan itu.

"…Misi selesai…"


"Hmm… Uzumaki Naruto ya…? Nama yang bagus untuk seorang pembunuh bayaran…"

"Begitulah… Apa anda tetap yakin dengan keputusan anda…?"

"Ya… AKu yakin…"

"Kalau itu sudah keputusan anda… Saya tak bisa membantah…"

"Baguslah kalau begitu… Karena kita akan…"

.

.

.

.

.

"…segera bertemu dengannya…"

Bersambung…


Kagu: Wahahaha! Lagi-lagi Kagu bikin fic! Padahal fic lain belum kelar! Wahaha! *ketawa-ketawa*

Gaara: Urusin fic loe yang lain tuh!

Kagu: Tenang! Tenang! Lagi dalam proses pengetikan kok!

Naruto: Wow… Kali ini gue jadi pembunuh ya…?

Kagu: Betul! *ngacungin jempol*

KyuuSasu: Gue gak muncul di chap ini ya…? *ngomongnya barengan*

Kagu: Ntar kalian ada jatahnya kok! Ehem! *ngambil mic* HAPPY BIRTHDAY, ELS-SENPAI! *teriak-teriak, trus ditimpukin* Ini fic Kagu publish sebagai ucapan selamat ulang tahun ke Els-senpai. Meski kecepatan… Hehe… *kicked*

Kyuubi: Bukannya elo bilang mau ngasih yang humor…? Kok malah jadi gore…? Jangan bilang ini menurut loe humor…

Kagu: Enggak kok… Aku tau ini gore. Yang humor udah kuputusin buat Naruto's Birthday… Jadi kuganti yang gore deh… Hehe… *kicked again* Lagipula itu belum selesai kok!

Naruto: SERIUS! Mau ngasih fic buat hari ulang tahunku!

Kagu: Yah gitu deh… Tadinya sih buat SasuNaru Day… Tapi karena aku telat nge-publishnya, ya udah buat ntar 10 Oktober nanti…

Naruto: Huwaa! Makasih! *meluk-meluk Kagu*

Sasuke: *nge-deathglare Kagu*

Kagu: Mendingan lepasin deh… Soalnya ada yang cemburu tuh… *ngelirik Sasuke*

Oke… Fic ini emang gaje dan jelek… Ada gore pula! Tapi bersediakah para readers sekalian me-review fic jelek ini…? Kalo mau nge-flame juga boleh sih… Tapi harus ada yang alasan yang logis dan masuk akal untuk diterima diotak Kagu yang lemot ini…

.

.

.

.

.

Review, please…? :3