Otomen Loving You

Disclaimer : biar saya sembah sujud tetap aja milik*Masashi Kishimoto*.

Genre :Romace/sedikit humor

Rate : Untuk sementara T aja dulu

Pair :Sasunaru

Warn:Ooc,lebay,garing, Typos dan segudang kesalahan lainnya. Yang terpenting nih shonen-ai. Kalo Homophobhia disarankan untuk segera tekan tombol back kalau ngotot jangan salahkan saya.

Otomen Loving You

Terlihat seorang anak kecil sedang duduk di halaman beralaskan tikar musim panas sambil memainkan sebuah boneka berwarna putih berbentuk beruang. Disekitarnya banyak lagi boneka yang mengelilinginya dengan berbagai warna dan bentuk tapi yang mendominasi adalah boneka teddy dan anjing. Dia tampak sangat menikmati permainannya dengan para boneka sesekali ia tersenyum bahkan tertawa pelan membuat wajahnya yang manis menjadi semakin manis. Sayang rambutnya dipotong sebahu itu masih menampakkan style rambut pria namun tak dapat mengurangi kemanisannya.

Otomen datanglah padaku

Di bawah hari yang cerah

Dengan cinta bermekaran

Otomen akan kuhiasi bibir ini

Dengan senyum manis

Sehingga terlihat bibir merah delima

Otomen oh otomen datanglah bawa cintamu hingga ku terhanyut dalam pelukanmu.

Sang ayah selesai bernyanyi sembari tersenyum pada anaknya yang berlari kearahnya sambil membawa boneka beruang berwarna putih. Anak itu memeluk ayahnya yang masih duduk di kursi goyang sesekali tertawa dengan gelitikan dari sang ayah.

"Ne tousan apa itu cinta?" Tanya si anak setelah melepas pelukan mautnya. Mata birunya berbinar cerah menandakan ia penasaran.

Si ayah memiringkan kepala bingung topi Chopin yang menutupi rambut pirangnya hampir saja terjatuh jika tak segera ia tahan dengan sebelah tangannya. Mengelus kepala sang anak pelan sementara sang anak memejamkan mata menikmati setiap sentuhan lembut yang diberikan oleh ayahnya didekapnya boneka pemberian sang ayah erat untuk mengekspresikan rasa senangnya.

"Kau punya orang yang kau suka?" pertanyaan sang ayah mendapat balasan gelengan kepala dari sang anak.

"Cinta itu saat kita merasakan sakit tapi kita tidak sakit. Saat kita merasa sesak nafas namun itu malah membuat senyum kita mengembang." Jawab sang ayah sambil tersenyum dan menunjuk pada dada sang anak untuk mengeksperikan bahwa yang merasakan itu adalah hati yang letaknya pada bagian dada.

"Ne, aku mengerti." Angguk sang anak senang.

"Naruto suatu hari nanti kau pasti akan merasakan apa itu cinta."

"Souka?" Tanya sang anak penasaran.

"Ya."

Si anak pun kembali berlari kearah dimana mainannya berada setelah tau apa arti dari kata yang membuatnya penasaran.

Otomen Loving You

"Okasaan aku tidak mau." Jerit si bocah pirang keras sembari memegangi tepian pintu saat seorang wanita berambut merah yang dipanggil okasaan oleh sang anak menyeretnya masuk kedalam rumah.

"Ne, kau harus bertanggung jawab Naruto." Tegas sang ibu lelah menyeret si bocah yang sedari tadi menangis berpegangan pada daun pintu sambil berkacak pinggang.

Si pirang akhirnya menurut dengan jalan pelan a.k.a didorong oleh sang ibu memasuki sebuah ruangan berwarna putih dengan banyak buku berjejer rapi di rak yang memenuhi hampir separuh ruangan. Terlihat seorang lelaki tengah menggunakan hakama berwarna putih polos sembari duduk di sebuah kursi goyang di tangannya nampak sebuah buku terbuka.

"Tousan Naruto ingin bicara." Panggil sang ibu semangat sementara si anak memucat takut sang ayah akan marah besar padanya.

Lelaki itu melangkah mendekat dengan jalannya yang berwibawa menghampiri ibu dan anak yang masih berdiri di ambang pintu.

"Ada apa Naruto?" Tanya sang ayah lembut sembari mengusap pelan rambut pirang si bocah.

Anak itu mengangkat wajah agar bisa melihat ekspresi sang ayah.

"A-aku merusak bunga sakura kesayangan ayah." Jawabnya pelan sembari menggigit bibir mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya. Setangkai bunga sakura nampak rusak disana- sini bahkan kelopaknya ada yang lepas. Tangan yang menggenggam bunga itu bergetar takut.

Sang ayah mengambil bunga tersebut dari sang anak kemudian tersenyum lembut sembari mengusap kepala sang anak pelan membuat mata biru yang sudah dipenuhi air mata siap tumpah pun mendongak ke arahnya.

"Tak apa, kejujuranmu itu lebih berarti dari 1000 tangkai bunga Sakura."

"Arigatou." Kata sang anak pelan tak mampu menutupi keterkejutan juga kebahagiannya sekaligus.

"Ne, benarkan lebih baik jujur." Teriak sang ibu sambil menguncang bahu sang anak kencang.

"Moe, kasaan juga mau jujur." Kata sang ibu sok misterius.

"Apa?" Sang ayah dan anak serempak.

"Kasaan membeli bahan mahal yang tidak di obral kemarin." Seru sang ibu sambil tertawa-tawa. Namun sayang tak ada yang menanggapi ucapannya.

"Ne, karena kau sudah jujur. Ayah juga akan mengungkapkan rahasia terpenting ayah."

"Masaka?" tanya sang ibu sembari memegangi kedua pipinya.

"Sebenarnya ayah ingin jadi perempuan." Ucap sang ayah tenang.

"Nani." Teriak sang ibu berambut merah panik berharap pendengarannya salah.

"Ya. Aku sudah lama ingin jadi seorang perempuan aku terinspirasi darimu Naruto karena kau berani mengakui kesalahanmu jadi apa salahnya jika tousan mencoba menjadi apa yang selama ini aku impikan." Kata sang ayah mengangkat tangan keatas sementara Naruto hanya menatap bingung.

"Tidaaak." Teriak sang ibu panik.

Brugh

Otomen Loving You

"Okasaan." Teriak seorang anak panik.

Drap, drap,drap

Langkah kaki terdengar cepat membawa sebuah ranjang pasien untuk segera diobati.

"Pasien shock berat." Kata salah seorang suster.

"Detak jantungnya sangat cepat." Teriak yang lain.

"Uzumaki Khusina bertahanlah." Teriak sang dokter." Hidup itu bukan hanya untuk satu hal tapi banyak hal yang masih menunggu di depan bertahanlah Khusina aku akan selalu disampingmu."

Si wanita berambut merah memalingkan wajah kearah sang anak saat ranjang pasien berhenti didorong melepaskan selang oksigen agar dapat berbicara dengan sang anak. Mengerti dengan mau sang ibu Naruto pun mendekat.

"Uzumaki Naruto kau harus menjadi seorang lelaki sejati." Kata sang ibu pelan sebelum terdengar langkah kaki seorang suster yang membawa alat kejut jantung.

"Satu,dua,tiga." Sidokter menggosokkan kedua permukaan rata alat tersebut sebelum berteriak hitung mundur dan meletakkannya di dada wanita berambut merah namun hanya respon pelan dengan tubuh sedikit terangkat sebelum mata itu terpejam.

Naruto POV

Aku meletakkan satu persatu boneka kesayanganku kedalam kotak kardus besar kupandangi lekat boneka teddy dengan baju balerina berwarna pink kuusap pelan boneka itu sebelum kucium untuk terakhir kali.

"Maafkan aku Vallea aku tidak dapat lagi bermain denganmu." Ungkapku sedih jujur aku berat untuk berpisah dengan boneka-bonekaku tapi aku teringat permintaan ibu.

' Uzumaki Naruto kau harus menjadi lelaki sejati'

Aku teringat akan ayahku yang selalu menemaniku bermain walaupun hanya melihatku dari jauh. Dia tak pernah marah saat aku tak bermain permainan anak lelaki kebanyakan melainkan permainan anak perempuan. Namun semenjak ayah mengatakan ingin menjadi seorang wanita hari itu juga ayah pergi dari rumah kami. Dan juga kenyataan bahwa ayah ingin menjadi perempuan mebuat ibu sakit aku tak tau apa yang harus aku lakukan selain menuruti kemauan ibu.

Ya mulai hari ini aku memutuskan untuk menjadi lelaki sejati seperti pemuda Jepang lainnya. Aku akan menyembunyikan diriku jauh lebih dalam daripada yang pernah orang lain lakukan.

Otomen Loving You

Brak

"Apa aku terlambat." Tanya pemuda berambut merah sambil mengatur nafas- ngos-ngosan sepertinya ia baru saja berlari sepanjang lorong.

Seorang gadis berkacak pinggang dengan muka cemberut." Kau pikir kau siapa hah bisa datang terlambat. Cepat ." Bentaknya kemudian menyambar tangan pemuda merah lalu menariknya ke kursi penonton. Gadis itu tersenyum senang ternyata permaian temannya belum dimulai salahkan pemuda merah yang begitu suka terlambat membuatnya harus menunggu di balik pintu stadium.

"Ne Hinata sepertinya SMA Konoha akan menang lagi." Katanya santai menghasilkan anggukan dari si gadis berambut indigo berstyle ponytail itu.

.

.

Di arena nampak para pemuda sudah berjejer rapi sambil bersimpuh. Mereka semua memakai hakama hitam dengan pelindung sebagai perlengkapan untuk pertandingan.

Seorang pria kembali duduk disamping pemuda berambut pirang.

"Gomenne Buchou." Katanya sambil menunduk merasa bersalah telah membuat sekolah malu karena kekalahannya. Tak perlu author sebutkan ciri-cirinya karena ia hanyalah pemain sampingan yang enggak ngaruh ama ni cerita.

Si pirang menoleh." Ya tak apa." Jawabnya pelan kemudian kembali memandang kedepan.

.

.

"Uzumaki Naruto SMA Konoha , Neji Hyuuga SMA Suna." Teriakan dari speaker memanggil nama dua orang tersebut menandakan bahwa yang dipanggil akan segera bertanding. Namun bukan hanya itu membuat para wanita dari asrama Konoha menajamkan pendengaran namun karena idola mereka disebut.

Para wanita langsung berbisik-bisik mengangkat kipas serempak bertuliskan dua huruf tiap satu kipas bila diurut membentuk kalimat.' Uzumaki Naruto ganbatte'. Kemudian mereka berdiri serempak.

"Satu,dua,tiga."

"Uzumaki." Teriak seorang wanita berambut bubble gum.

"Na." Teriak yang lain

"Ru."

"To."

"GANBATTE." Teriak mereka serempak sembari teriak-teriak histeris.

.

.

"Hah mulai lagi." Hela si gadis berambut indigo lelah poni ratanya menutupi matanya yang menunduk.

"Yah, kau tahu sendiri bagaimana populernya Naruto." Sahut si pemuda merah sambil tersenyum.

.

.

Para pemuda di arena terkikik pelan mendengar teriakan tersebut mereka sama sekali tidak iri karena memang sudah terlalu biasa dengan kepopuleran Kapten mereka tersebut.

"Ne Bochou kami serahkan padamu." Kata salah seorang pria berambut bob.

Si pirang yang dipanggil ketua hanya mengangguk sekilas masih menunjukkan wajah seriusnya. Menunduk mengambil penutup wajah yang sudah tertata di depannya memakainya dengan cepat lalu mengikatnya erat.

.

.

"Siap." Wasit menyiapkan sembari mengacungkan salah satu tangannya kedepan memberi pembatas pada kedua pemain yang akan bertarung." Fight."

Kedua pemuda yang sudah siap dengan kuda-kuda tersebut langsung menyerang lawan masing-masing dengan pedang dari rotan tersebut.*Apaan namanya saya enggak tahu.

Prak ,prak ,set,prak.

.

"SMA Suna pasti akan menang daripada sekolah Konoha tersebut." Kata pemuda berambut merah panjang a.k.a Nagato angkuh.

"Ya, karena SMA Konoha hanya berisi wanita." Jawab pemuda lain berambut orange a.k.a Pein mereka berdua langsung tertawa terbahak-bahak.

.

.

Bunyi benturan dua benda panjang tersebut terdengar nayring seiring dengan perpindahan pemain untuk mendapat posisi yang pas saat bertarung. Naruto mengayunkan pedangnya kedepan saat Neji juga melakukan hal yang sama.

Praak

Buk

Pedang Neji terjatuh saat pertemuan kedua pedang malah membuat kekuatan keduanya saling menekan. Pemuda itu sudah mengambil ancang-ancang menahan karena tidak mungkin dia mengambil pedangnya sekarang namun dia menaikkan alisnya saat melihat Naruto menurunkan pedangnya yang sudah teracung keatas.

"Ambil pedangmu." Perintah Naruto cepat.

Segera saja Neji mengambil pedang tersebut dan menyiapkan kuda-kuda.

"Siap. Fight ."

.

.

"Kenapa Uzumaki-san menyia-nyiakan kemenangan begitu saja." Tanya seorang gadis berambut pendek dengan wajah cemberut.

"Karena Uzumaki-san lelaki sejati." Sahut sang ketua a.k.a Sakura dengan ber api-api.

.

.

Prak, prak ,set

Tep

Naruto dan Neji terus saja mengayun pedang pelan kemudia menghantamkan keduanya keras namun saat Neji lengah Naruto segera menekan dada Neji dengan ujung tumpul pedang itu. Neji terdiam dia telah kalah. Sementara para wanita bersorak riang kembali meneriakkan yel-yel mereka.

Otomen Loving You

Hari itu sudah sore saat Naruto akan pulang dari pertandingannya tadi sebelumnya teman-temannya mengajaknya makan bersama sehingga ia harus pulang lebih lama seperti ini apalagi hujan mulai turun segera saja dia mencari tempat berteduh karena memang dia tak membawa payung. Dilihatnya kebelakang dimana bangunan tempatnya berteduh sebuah minimarket. Dia memutuskan melangkah ke dalam sebelum tubuhnya tak sengaja membentur sesuatu.

Brak

Buah-buah berceceran membuat Naruto segera saja berjongkok untuk memungutnya.

"Ahh gomen." Katanya hampir terpekik.

Tangannya dengan tangkas memungut buah yang berserakan memasukkannya dalam kantung belanja namun saat mengambil buah apel merah yang merupakan buah terakhir yang belum dipungut tangannya tak sengaja bersentuhan dengan jemari panjang seseorang.

Sreet

Segera saja orang itu menarik tangannya kemudian berdiri sambil memeluk kantong belanjaan dengan sebelah tangan*gaya khas pria.

Naruto mendongakkan kepalanya untuk melihat tangan orang yang baru saja dia pegang.

Deg

Seorang gadis dengan rambut hitam sepinggang begitu indah dan terlihat sangat halus membuatnya berpikir begitukah rambut bintang iklan shampoo yang biasa ia tonton tentunya kalau tak ada ibunya. Lalu kulitnya putih dan begitu halus saat kulit mereka bersentuhan tadi. Belum lagi matanya yang hitam sekelam malam yang begitu menghanyutkan juga wajahnya yang tampak begitu manis karena sisian rambut depannya yang panjang dijepit kesamping sehingga nampak seperti poni. Satu kata yang dapat Naruto ucapkan indah, karena cantik saja menurutnya tak cukup.

"Sampai kapan kau mau berdiri disitu Dobe."

Twitch

Apa-apaan wanita di depannya ini baru saja ia ingin mengatakan gadis ini sempurna namun segera saja ditepisnya kalimat itu saat mendengar kata tersebut."Teme ,apa maksudmu hah."

"Ya, karena kau berjongkok seperti orang bodoh." Jawabnya santai.

Naruto segera memikirkan kondisinya sekarang ini berjongkok dengan kepala mendongak keatas. Oh tidak dia harus terlihat gentle.

"Ya ,terserah kau saja."

Otomen Loving You

Gadis itu hampir melangkah pergi saat dia telah membuka payungnya namun ketika melihat Naruto yang tak bergerak gadis itupun menoleh.

"Kenapa tidak pulang?" Tanyanya lembut membuat Naruto membeku dengan pertanyaannya barusan lebih tepatnya kata-katanya yang lembut membuatnya salah tingkah.

"Hei,Dobe kau masih disana kan?" Tanyanya lagi. Memastikan bahwa roh Naruto belum diambil oleh Shinigami.

Jleb

Naruto langsung tersadar dari melamunnya saat gadis itu kembali mengejeknya apa-apaan itu. Tadi begitu lembut sekarang kasar jangan-jangan gadis ini memiliki kepribadian ganda.

"Aku tidak membawa payung." Jawabnya cepat.

"Kalau begitu kau bisa ikut denganku." Sahut si gadis berambut hitam tersebut.

"Tapi." Ragu Naruto.

"Cepatlah hujannya lebat sekali mungkin kau tak akan bisa pulang sampai nanti malam." Jelasnya memberi keyakinan.

"Baiklah." Jawab Naruto akhirnya.

Otomen Loving You

Mereka berjalan beriringan dengan kediaman menyelimuti mereka Naruto memegang payung walaupun agak kesulitan karena si gadis ternyata lebih tinggi darinya walaupun hanya 5 centi tapi itu perkiraannya tetap saja kan dia kalah tinggi. Naruto baru tahu bahwa bau gadis di sampingnya adalah aroma mint membuat lelah yang dideritanya agak berkurang karena bau menyegarkan tersebut.

Tes

Tes

"Ah tinggal gerimis, sepertinya aku sudah bisa berjalan sendiri." Kata Naruto cepat tak mau terus-terus bersama gadis yang bisa membuat pipinya memanas dan dadanya terasa sesak. Walaupun memang tinggal gerimis jadi gadis itu pasti akan percaya padanya.

"Arigatou." Ucapnya cepat mengambil langkah kesamping selangkah untuk keluar dari payung. Gadis itu hanya mengangguk sekilas sebagai jawaban.

.

.

"Sakit yang tidak terasa sakit, dan dada terasa sesak. Benarkah tousan?" Tanyanya entah pada siapa sambil memegangi dadanya. Di sentuhnya pipinya pelan. Suhunya tetap sama tapi kenapa dia merasa pipinya panas? Entahlah Naruto kau akan tahu nanti.

Otomen Loving You

"Moe, kau mau aku untuk mengatakan perasaanmu padanya. Oh tidak aku tidak mau. Nanti dia salah paham bagaimana?"

"..."

"Ah tentu saja karena aku cantik."

"..."

"Huh kau jahat. Aku ini kan calon Miss Universe."

"..."

"Apa maksudmu hah aku tidak mau bicara denganmu lagi."

Pik

Wanita berambut merah panjang dengan jabrik sedikit dibagian belakang bergaya harajuku dengan gaun barbie lebar berwarna pink serta kacamata besar bertengger di hidungnya cukup membuatnya terlihat aneh tersebut memandang ketus pada ponsel yang digenggamnya.

"Ishh, dia memang menyebalkan."

Tet, tet,tet

"Ah moshi-moshi." Sapa wanita itu lagi dengan gaya bicara nenek-nenek.

"..."

"Oh ,kau mau Obaasan mu ini menemanimu tidur?" Tanyanya sambil tertawa masih dengan gaya nenek-neneknya.

Sreet

Seorang pemuda berambut merah yang merupakan ketua kelas langsung menyembul setelah pintu digeser.

"Karin-sensei apa yang kau lakukan?" Tanyanya dengan raut wajah kesal karena berkat guru yang doyan sekali mencari perhatian ini tidurnya yang akan dilanjutkan di sekolah karena dia tadi malam semalaman bermain psp jika saja teman-temannya tidak memaksanya memanggil sensei yang menurutnya menyebalkan ini. Bayangkan saja seharusnya Guru datang sesuai waktu yang berlaku bagi para murid tapi dia tidak.

"Ah Gaara gomen." Jawabnya santai segera masuk kedalam kelas..

.

.

"Ohayou." Sapanya namun tak ada seorangpun yang menyahut segera saja dia mengangkat kedua tangannya seperti seorang kondektur musik.

Murid-muridpun berdiri serempak."Ohayou sensei." Pimpin Gaara dengan lesu.

"Ohayou sensei." Ulang yang lain sama lesunya.

Namun sepertinya sensei tersebut tidak memperdulikan hal tersebut. Dia menggerakkan tangannya gemulai membuat yang melihat merasa mual.

"Jadi kalian sudah tahu?" Tanyanya dengan raut wajah antusias.

"Tau apa sensei?" Tanya seorang lelaki dengan rambut panjang memakai seragam wanita.

"Boo, gayamu seperti itu sekarang." Tanyanya sambil tertawa geli.

"Aku juga sensei." Seru seorang lagi dengan gaya sama layaknya lelaki pertama.

"Wah kalian semangat seperti cacing kepanasan." Katanya cekikikan.

"Sensei kalau cacing itu Lee." Teriak kiba menunjuk Lee dengan tidak sopan.

"Apa maksudmu ha?" Bentak Lee tak terima.

"Ya kau memang cacing." Sahut pria berambut klimis.

"Kau." Desis Lee marah.

Brak

Semua mata langsung memandang kearah Shikamaru namun semua langsung menunduk tak berani menatap pemuda yang doyan tidur tersebut. Pemuda tersebut akan murka kalau waktu tidurnya diganggu.

"Apa?" Desisnya pelan dengan aura hitam juga serangkaian makhluk dari neraka menyembul keluar.

"Ku kira kau akan mengolokku juga." Lee mencoba bersuara pelan.

"Tentu saja." Jawabnya santai kemudian tertidur lagi.

Merasa kondisi kelas makin tidak terkendalai Karin segera saja menepuk tangan untuk membuat semua tenang namun tidak berhasil.

"Ku mohon diam."

Semua langsung diam saat Naruto yang berbicara memang kuat ternyata kharismanya namun tak lama kemudian.

"Satu,dua,tiga."

'Oh tidak jangan lagi batin para pria serempak.'

"Uzumaki." Tak usah disebut kalian sudah tau kan siapa pemimpinnya.

"Na."

"Ru."

"To."

"Sugoi." Teriak mereka serempak sambil mengangkat kipas bertulis yang selalu mereka bawa kemanapun? Gaah fanatik yang aneh.

"Wah kalian selalu bagus." Puji Karin dengan mata berkaca-kaca.

"Ehm. Baiklah ucapkan selamat pada Uzumaki Naruto yang berhasil memenangkan pertandingan kendo antar sekolah regional. Selanjutnya dia akan mewakili sekolah kita dalam tingkat nasional." Teriaknya semangat.

Naruto berdiri,menunduk hormat."Arigatou gozaimasu untuk dukungan teman-teman semuanya." Katanya sopan sambil tersenyum manis membuat mata para wanita langsung berubah love-love dan jangan lupakan darah mengalir pelan dari lubang hidung.

Otomen Loving You

"Aa,kita juga kedatangan murid baru." Seru sang sensei.

Seorang gadis berjalan memasuki kelas sambil tersenyum.

"Ohayou, namaku Uchiha Sasuke mulai hari ini sekolah ini akan jadi sekolahku." Katanya sambil tersenyum."Yoroshiku onegai shimasu."

Naruto yang sedari tadi pandangannya ke depan sehingga matanya langsung dapat menangkap bayangan gadis itu. Matanya memicing mencoba mengingat siapa gadis ini.

"Ah kau yang kemarin kan." Serunya merasa senang setelah ingat dengan gadis itu.

Gadis itu menoleh."Ah kau yang tidak membawa payung itu ya?" Tanyanya sambil tersenyum dan menunjuk Naruto.

"Ah iya,gomen." Naruto menggaruk-garuk belakang kepalanya.

"Daijoubo."

Otomen Loving You

"Moe, sepertinya Uchiha-san dan Uzumaki-san sudah saling kenal?" Tanya Karin bersing a song.

"Sepertinya begitu." Jawab semua murid serempak namun terlihat lesu.

"Sepertinya mereka punya perasaan satu sama lain?"

"Sepertinya begitu."

"Sepertinya mereka punya hubungan khusus?"

"Sepertinya begitu."

"Bagus." Kata sang sensei berlenggak sok anggun menuju mejanya. Sepertinya semua jawaban murid tadi memang di setting oleh guru tersebut. Tapi tak disangka akibatnya adalah wajah Naruto yang merah merona.

.

.

"Ah nona sepertinya kita pernah bertemu." Kata Gaara santai sambil berdiri dari kursinya.

"Eh, nani?" Tanya Sasuke sambil tersenyum.

"Yah begitulah akan kuingat-ingat dimana. Sebelum itu bagaimana kalau nomor untuk berhubungan?"

"Ah begitu." Katanya sambil terkikik."0-2-3."

Semua murid laki-laki serempak mengambil ponsel mereka dan membukanya berdesak-desakan mendekati wanita cantik di depan.

"Ah sudah-sudah. Lebih baik kalian minta nomorku saja?" Tanya Karin sambil tersenyum genit.

"Ieee." Jawab para murid serempak.

TBC

Gyahaha ini fict kutulis dalam waktu 3 jam.*ngebut/emang jalan apa? Ni ide muncul gegara nonton serial drama Otomen Summer. Langsung ngebet pengen bikin fic ini karena mengelihat cowonya uke banget. Walaupun ini serial sebenarnya straight berhubung saya fujo ganti yaoi dan alurnya juga ide didalamnya juga akan saya bikin beda walaupun nantinya akan ada kesamaan. Maklum kan idenya berasal dari serial* ngeles banget bilang aja engga punya ide.

Kalau lagu jangan pernah dinyanyiin sayya ngarang sih.

Gomen juga banyak tentang pertandingan kendonya yang keskip soalnya aku engga ada yang tau tentang kendo. Kalau tau aku minta tolong dong kasih info ke aku soalnya nbku lagi engga bisa buat buka internet.

Yup sekian mohon tinggalkan reviewnya yua.

Kalau banyak yang review bakal 'di' lanjut.

Review please