Summary : Neji sudah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Ia menyesal. Sangat menyesal. Namun saat ia berusaha untuk memperbaiki semuanya, ia sadar bahwa ia sudah terlambat. NejixTen

Disclaimer : Tokoh disini hanya milik mister tuan bapak ayah Masashi Kishimoto-sensei.

Warning : Saya baru pertama kali bikin penpik romance. Mau coba aja. Jadi pasti di penpik ini banyak suatu kesalahan, keganjilan, keanehan, kekurangan, kejelekan, de el el yang saya mohon untuk dikoreksi para senpai. Arigatou.


NEJI menghela nafas putus asa. Ia menatap seseorang di pintu keluar itu lama. Menatapnya sedih. Apa yang baru saja dia lakukan? Hanya karna egonya, dia membuat kebahagiaan hidupnya langsung hancur hanya dalam sejam! Ia terus menatap orang itu tanpa berkedip. Merasa menyesal telah melakukan suatu kesalahan terbesar dalam hidupnya. Tapi penyesalan selalu terlambat. Sekarang apa yang harus dia lakukan?

Neji ingin menghentikan orang itu dan meminta maaf. Tapi bibirnya kelu dan kakinya tak bisa bergerak. Ia tak tahu kenapa tiba-tiba dia seperti ini. Ini bukan seperti dirinya yang biasa.

Dan seiring dengan lamanya Neji berpikir, kini Neji sudah terlambat. Terlambat. Ia terlambat untuk menyesali apa yang baru saja dia lakukan. Kini ia tidak bisa melakukan apa pun lagi. Ia hanya bisa menatap orang itu keluar dari ruangan sambil berbalik menatapnya sedih sebentar. Ah… mata itu… Neji menjambak rambutnya sendiri, frustasi.

Tapi ia sudah terlambat. Terlambat dalam memperbaiki situasi buruk ini. Terlambat untuk menyadari bahwa orang itu menangis untuk dirinya. Terlambat untuk memanggil orang itu. Terlambat untuk memanggil Tenten.

Neji berjalan masuk ke bangunan Konoha Senior High School dengan wajah kusut. Ia masih memikirkan apa yang terjadi kemarin malam. Atau lebih tepat disebut tadi malam? Entah, dia tak mau memikirkan itu.

Yang jelas semalam dia tidak bisa tidur sama sekali. Insomnia-nya memang selalu kambuh jika ada masalah yang membuatnya berpikir terlalu keras. Neji memegang kepalanya, sakit sekali. Tapi dia tak mau kalo mesti pergi ke UKS. Lebih baik dia pura-pura tidak sakit saja agar semua menjadi lebih mudah.

Neji lalu masuk ke kelasnya, kelas XI-1. Ia masuk tanpa mengucap salam apa pun dan langsung menaruh tas di tempat duduknya. Sambil menyempatkan diri untuk melirik gadis itu. 'Ah… dia sudah bisa tersenyum rupanya. Bagus lah…' batin Neji sembari ikut tersenyum sedikit.

"Ah! Ohayou gozaimasu, Neji!" seru Kiba yang baru datang. Ia segera menaruh tas di samping tempat duduk Neji. Neji yang sedang melamun menatap Tenten, langsung tersadar dan menoleh ke arah Kiba.

"Ohayou, Kiba." Ujarnya singkat lalu kembali sibuk menatap Tenten. Kiba hanya mengerutkan alis melihat Neji yang tidak seperti biasanya lalu mengedikkan bahu.

"HEEEY!! Ohayou, minna-san!!" tau-tau datang suara berisik diiringi sebuah teriakan 'Jangan berisik dobe! Dasar norak kau!' yang terdengar dari arah pintu masuk kelas XI-1. Kiba dan Neji sontak langsung menoleh ke arah suara itu berasal. Mereka melakukan gerakan itu lebih karna reflek, bukannya memang mereka mau.

Kiba dan Neji lalu melihat sesosok makhluk berambut kuning lancip-lancip seperti landak diikuti dengan sesosok makhluk berambut hitam jegrak ke belakang layaknya orang sehabis terkena angin puting beliung masuk ke dalam kelas.

Neji hanya melengos mendengar keberisikan kecil yang sudah pasti berasal dari duo sahabat NaruSasu. Hehh… seharusnya tadi dia tak usah capek-capek menoleh hanya untuk melihat hal nggak penting kayak begitu. Uh, menganggu konsentrasinya saja. Maka Neji pun kembali pada lamunannya menatap Tenten seperti semula.

Sementara itu Kiba langsung bergabung bersama Naruto dan Sasuke yang juga kebingungan dengan tingkah laku Neji pagi ini.

"Eh, si Nene kenapa?" Tanya Naruto dengan panggilan khasnya untuk Neji kepada Kiba. Sasuke ikut mengangguk ingin tahu.

"Hn. Ada apa dengan Neji?" tanyanya kemudian. Masih dengan Kiba sebagai objek pertanyaan.

Kiba mengedikkan bahunya tanda tak tahu, "Nggak tau tuh kenapa. Dari gue dateng aja udah begitu kelakuannya. Sibuk ngelamun mikirin Tenten kaliii…," tebaknya asal. Naruto dan Sasuke mengerutkan kening.

"Lah ngapain dia ngelamunin Tenten?? Udah jelas, Tenten ada di depannya!!" ujar Naruto membantah dugaan asal Kiba sambil menunjuk ke arah Tenten yang sedang tertawa-tawa bersama teman-temannya.

Sasuke mengangguk pula, "Ya. Lagipula biasanya Neji pagi-pagi kayak gini, pasti udah sibuk ngobrol sama Tenten. Tapi kenapa hari ini mereka kayaknya adem ayem aja ya? Ngelirik satu sama lain pun, enggak." Analisa Sasuke. Kiba mengangkat bahunya lagi. Ia benar-benar kehabisan ide kenapa Neji bisa sampai seperti itu.

Tahu-tahu terdengar suara grasak-grusuk dari arah pintu kelas XI-1 lagi. "Hei, enak aja! Gue duluan yang masuk eni pintu!!" teriak suara cempreng seorang cewek.

"Eh apaan? Gue duluan yang masuk eni pintu! Apaan lo maen serobot-serobot aja?" seru suara satunya lagi tak mau kalah. Sekarang terdengar suara-suara seperti tanda-tanda kalo pintu ruang kelas akan jebol. Maka serta merta Naruto, Kiba, dan Sasuke bersegera menuju pintu tersebut. Sedangkan Neji tak mau repot-repot melakukan sesuatu yang tidak penting.

"Heh, Sai, Ino! Jangan berebut masuk pintu mulu kek! Kayak anak kecil aja! Cuma masuk pintu aja, elo berdua rebutan. Ck, nggak abis pikir gue, kenapa kalian selalu berantem kayak gini tau-tau bisa jadian." Ucap Naruto menghentikan perang mulut dan badan antara Sai-Ino.

"Hn." Komentar Sasuke membenarkan apa yang dikatan Naruto barusan. Sai dan Ino hanya nyengir kuda bersamaan.

"Eh, cinta mana ada rasanya kalo enggak berantem?" kata mereka kompak sambil segera berlalu dari hadapan Naruto-Sasuke-Kiba dan mengambil tempat duduk bersama.

Naruto, Sasuke, dan Kiba hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar komentar mereka yang kompak itu. Yah, Sai dan Ino adalah pasangan yang termasuk unik di Konoha SHS ini. Bagaimana tidak? Mereka itu pasangan yang punya hobi bertengkar satu sama lain tapi sedetik kemudian langsung berganti jadi hobi kompakan.

Tau-tau Kiba tersadar akan sesuatu, "Eh Sas! Elo nggak dateng barengan si Sakura? Tumben!" ucapnya sambil menepuk pundak Sasuke yang sedang melap kacamatanya.

Sasuke menoleh sebentar lalu kembali memfokuskan pandangannya pada kacamata yang sedang dibersihkannya. "Tadi Sakura telpon. Katanya hari ini dia bakalan telat banyak gara-gara mau ziarah ke makam sepupunya yang baru meninggal."

Kiba dan Naruto (yang juga tidak tahu akan berita itu) meng-oh bersamaan. "Innalillah." Ucap mereka berdua saat tersadar ada kata meninggal pada kalimat Sasuke barusan. Mereka kemudian menghampiri Sai dan Ino untuk mengobrol.

Ino lalu bertanya, "Eh si Neji kenapa tuh? Bengong mulu dari tadi?" tanyanya yang diangguki Sai.

Kiba, Sasuke, dan Naruto serentak mengedikkan bahu sambil berucap, "Kami juga nggak tau! Apa kalian bisa cari tau dia kenapa?"


SAKURA, Ino, Hinata, dan Tenten memakai piyama mereka lalu bergegas menuju tempat tidur di Asrama Putri bagian Eastern Moon Dorm. Ya, Konoha SHS memang mempunyai fasilitas yang sangat lengkap. Salah satu diantaranya adalah asrama ini. Asrama di Konoha SHS dibagi menjadi Asrama Putra dan Asrama Putri yang masing-masing dibagi lagi menjadi dua bagian yang dilengkapi dengan fasilitas memadai. Kantin 24 jam juga termasuk fasilitas asrama Konoha SHS.

Asrama Putri pertama, Western Cloud Dorm. Yaitu asrama tempat tinggalnya para siswi Konoha SHS yang berasal dari luar Negara Jepang. Asrama Putri kedua, Eastern Moon Dorm. Yaitu tempat tinggal untuk para siswi Konoha SHS yang berasal dari dalam negara sendiri.

Namun, Konoha SHS bukannya membatasi pergaulan anak-anak luar negeri dan dalam negeri. Tapi untuk memudahkan dalam pemakaian bahasa. Kebanyakan para siswi dari luar negeri tidak bisa bahasa Jepang. Maka mereka dikelompokkan dengan anak-anak yang sama seperti mereka. Tapi dalam pergaulan, tak ada pembatasan.

Begitu juga yang terjadi pada Asrama Putra yang dibagi menjadi Southern Sun Dorm dan Northern Star Dorm. Di Asrama Putra, siswa-siswa Konoha SHS yang berasal dari luar negeri ditempatkan di Northern Star Dorm dan sebaliknya, untuk para siswa yang berasal dari dalam negeri ditempatkan di asrama Southern Sun Dorm.

Sakura, Ino, Tenten, dan Hinata naik ke tempat tidur mereka yang bertingkat dua. Bagian bawah tingkat, tempat bagi Sakura dan Ino. Sedangkan bagian atas ditempati oleh Hinata dan Tenten. Tempat tidur mereka sendiri adalah tempat tidur king size yang ukurannya sangat besar. Sehingga walaupun mereka tidur berdua, tempat tidur itu tetap akan terasa lapang.

Tapi hari ini mereka ingin mengobrol terlebih dahulu sebelum tidur. Maka ditemani dengan empat cangkir teh apel hangat dan empat potong apple pie, mereka mengobrol menanti pagi.

"Jadi, si Lee kemaren jatoh dari tangga gara-gara nginjek kulit pisang? Hyahaha lucu banget pasti!" Tanya Ino semangat pada saksi mata kejadian itu, Hinata. Hinata mengangguk membenarkan.

"Aku kasian banget lihat Rock Lee jatoh ngejengkang gitu. Pengen nolongin tapi segan ah. Soalnya waktu itu Naruto-kun lagi ngegandeng aku. Dan dia pasti merasa aneh kalo aku tiba-tiba ngelepasin tangannya hanya untuk nolongin Lee." Kata Hinata kemudian. Tidak sengaja dia telah menyebarkan rahasianya.

Sakura yang sadar akan hal itu langsung menyahut, "Lho, lho lho? Tunggu bentar, kok kamu sama Naruto gandengan? Jangan-jangan…. Cieeee!!" seru Sakura sambil tersenyum lebar ear to ear pada Hinata. Wajah Hinata langsung berubah kayak apel malang yang merah.

"Eh…" Hinata kebingungan membela diri. Sementara semuanya langsung ber-cie-cie menggoda Hinata yang baru saja jadian dengan Naruto kemarin lusa. Semuanya, kecuali Tenten.

Tenten hanya terdiam memandang kosong ubin pastel di hadapannya. Berlaku seolah-olah ubin itu adalah objek paling menarik yang pernah dilihatnya. Sakura dan Ino yang sudah berhenti menggoda Hinata menatap Tenten kebingungan. Mereka bertanya pada Hinata yang kemudian menggeleng tidak tahu apa-apa.

"Mmh… sejak kemarin Tenten-chan sudah begitu. Di kelas dia hanya bicara jika ditanya dan senyum serta tertawanya terdengar terpaksa sekali. Seperti sedang memendam sesuatu." Lapor Hinata yang duduk sebangku bersama Tenten. Sakura dan Ino saling tatap kebingungan sampai Ino kemudian mengingat sesuatu.

"Eh? Neji juga sama lho! Murung banget. Kayak nggak ada semangat buat idup." Ucap Ino yang membuat Sakura dan Hinata mengerti semuanya.

"Eh… jadi begitu ya… Ya ampun Tenten dan Neji… mereka sama nggak jujurnya." Ucap mereka bertiga cukup keras. Tapi itu pun tak cukup keras juga untuk menyadarkan Tenten dari lamunannya.


CHAPTER ONE THE END.

Ehm, pertama kali buat penpik kayak gini. Ternyata susah banget ya? Uh, musti berpikir lebih ekstra dibanding bikin penpik humor. –menurut saya sih-

Jadi saya mohon gomen sebanyak-banyaknya kalo banyak kekurangan disana-sini. Kalo penpik saya kali ini tidak menarik sama sekali. Malah chapter pertama-nya pendek banget lagi. Hiksuuu!! Gomen-ne!!

Ohya, kalo ada yang bersedia, saya butuh dua orang OC disini. Satu cowok, satu cewek. Kalo untuk peran, saya belum bisa kasih tau. Hehe… kalo ada yang berminat, kasih tau gender, nama, ciri-ciri, dan sifat lewat REPIEW ya… dibutuhkan banget nih! Inti cerita bisa nyampe kalo ada dua OC itu! Ngomong-ngomong emang yang baca penpik saya ada yang cowok ya? –ditimpuk-

Arigatou!! Ditunggu REPIEW-nya!!