Cerita ini terinspirasi dari novel Sunshine Becomes You karya Ilana Tan. Dan saat kupikir seru juga kalo dijadiin mungkin tidak akan banyak dirombak, hanya menghilangkan beberapa scene dan menutup alur yang hole, dan mungkin perubahan akan sedikit terjadi di endingnya. Maaf jika tidak sesuai selera anda.

Naruto © Masashi Kishimoto

Sunshine Becomes You © Ilana Tan

Aka Oni © Keiko Murasaki

Rate : T

Warning : semua yang jelek, yang abal ada di sini

.

.

.

Don't like, don't read!

Happy reading, guys!

.

.

.

Pagi itu cuaca sangat indah. Matahari tidak bersinar terlalu terik, awan berarakan, intinya hari ini benar-benar cerah. Secerah hati seorang pemuda berambut kuning jabrik ini. Headset berwarna orange bertengger di kepalanya. Ia berjalan sambil bernyanyi-nyanyi kecil.

'Lebih baik aku ke apartemen si aneh itu, setidaknya memastikan kalau dia masih hidup' Ia menyebrang jalan dan masuk ke sebuah apartemen elit.

Tanpa berfikir panjang, pemuda itu masuk ke lift dan menekan tombol 5

Ding

Pemuda berambut jabrik tadi keluar dan mencari kamar nomor 156. Ia menekan bel beberapa kali dengan tidak sabar. Intercom diangkat.

"Siapa?" terdengar suara berat dari dalam

"Adikamu!" sahutnya semangat.

Pintu kamar dibuka, terlihat seorang pemuda yang sangat amat mirip dengannya berdiri di depan pintu dengan T-Shirt putih dan celana coklat kain selutut wajahnya tampan, namun tampak kusut tak karuan.

"Apa maumu kesini?" Tanya Namikaze Minato kepada adiknya- Namikaze Naruto dengan malas.

"Memastikan kalau kau MASIH hidup" jawabnya seraya melepaskan headsetnya.

"Masuk!" perintah Namikaze Minato

Mereka memasuki sebuah apartemen yang luas dan sebenarnya bagus. Hanya saja apartemen ini terlalu berantakan. Buku, kertas, pulpen, dan kaset bergeletakan dimana-mana. Naruto menghempaskan dirinya ke atas sofa berwarna soft blue dan mencari posisi yang nyaman di sana.

"Mau minum apa?" Tanya Minato seraya beranjak ke dapur.

"Jus Jeruk" Ucap Namikze bungsu itu sambil mengambil majalah ada di meja ruang tamu. Majalah yang tidak pernah disentuh oleh Minato seumur hidupnya.

"Hanya ada air es" teriak Minato dari dapur

"Yasudah" sahut Naruto sembari membolak-balik halaman majalah yang tidak pantas dibaca itu.

Tidak sampai 2 menit, Minato sudah kembali dari dapur dan membawa 2 gelas air es.

"Jadi, kenapa kau bisa di Jepang?" Tanya Minato

" Aku sudah pulang dari L.A kemarin siang. Dan aku sengaja tidak memberitahumu agar menjadi kejutan" kata Naruto sambil menenggak setengah dari air di gelasnya.

"Aku tidak terkejut sama sekali. Ah ya, bagaimana dengan lomba Bboy mu itu? kalian menang?" Tanya Minato sambil terus mengamati tingkah laku adiknya yang mengenaskan itu, wajah bocah 18 tahun itu bersemu merah dan sesekali terkikik.

"Tentu saja kami menang -ttebayou! Nevermore memang paling hebat -ttebayou!" ucapnya sangat amat semangat. Ia memang mengikuti perlombaan break dance di L.A bersama crew nya 'Nevermore' atau lebih beken dengan nama NvM.

"Bagaimana dengan dirimu? Kau pasti masih sibuk dengan persiapan konsermu minggu depan di Canada?" Tanya Naruto sambil memandangi piano besar berwarna hitam yang terletak di tengah ruangan.

"Begitulah…" ucap Minato malas

"Hei Nii-chan, kau tampak tidak bersemangat?"

"Aku memang tidak bersemangat"

"Aku tau, kau sangat amat sibuk dengan persiapan konsermu itu, tapi ayolah kau juga harus bersemangat. Kau harus keluar dari apartemen membosankan ini bersamaku!" perintah Namikaze Naruto itu sembarangan

"Aku tidak berminat…" ucap Minato malas

"Minat atau tidak kau tetap harus ikut pergi bersamaku, maksudku ayolah aku masih peduli padamu daripada kau mati karena jenuh disini? Oh tidak-tidak aku tidak mau kau mati sebelum menikah dan memberiku keponakan laki-laki yang lucu" ucap Naruto dan langsung mendapat death glare dari Minato. Ia mendesah pelan dan berjalan menuju kamarnya.

"Kau mau kemana?" Tanya Naruto seraya meletakan majalah mesum pemberian ayahnya yang notabene sangat mesum itu.

"Ganti baju, kenapa? Kau mau ikut?" Minato menyeringai, jiwa usilnya mulai tumbuh kembali.

"Hiii… Dasar kau homo!" Naruto bergidik ngeri. Minato hanya tertawa melihat kelakuan adik sematawayang nya itu.

5 menit kemudian, Minato sudah keluar dengan kemeja putih dan celana jeans biru. Rambutnya tertata lumayan rapih, karena pada dasarnya rambut Minato memang sudah acak-acakan. Aroma nya juga berbeda, ia memakai cologne yang wanginya berbeda. Belum pernah ada orang yang aromanya sama dengan Minato.

"Kunci mobil?" Tanya Naruto sambil beranjak dari tempat duduknya yang nyaman.

Minato menatap tajam Naruto

"Kau mau menghancurkan Ferrari ku, hah?" hardik Minato sinis

"Tentu saja tidak Minato-nii! Aku suda 18 tahun dan aku sudah punya SIM! Aku sudah berkali-kali mengendarai mobil dan belum pernah menghancurkan mobil!" Naruto berusaha meyakinkan.

Minato menghela nafas panjang, dan dengan sangat terpaksa ia melemparkan kunci mobil Ferrari nya dengan pasrah dan ditangkap Naruto.

"Hehehe… akhirnya!" Bocah itu hanya cengengesan tidak jelas.

"Jangan hancurkan mobilku!" ucap Minato tegas.

"Tidak akan!" ucap Naruto mantab, "atau tidak tau…" sambungnya dengan volume suara yang sangat kecil, seperti bergumam. Minato lantas menatap tajam adiknya.

"Aku menyetir!" ucapnya tegas

"Tapi-"

"Tidak ada tapi=tapian!"

.

.

.

"Jadi kita mau kemana?" Tanya Minato seraya menyalakan mesin mobilnya.

"Sarapan pagi di dekat latihan danceku" Kata Naruto sembari memasang sabuk pengaman.

Dahi Minato berkerut "Remix Dance Company? Bukannya tidak ada makanan enak di dekat situ? Ke tempat lain saja"

"Bukan, bukan disitu, tapi di tempatku mengajar" ucap Naruto bangga.

"Apa? Kau? Mengajar? Oh astaga! Bagaimana nasib muridmu?"kini Minato seakan mendengar berita bahwa 'Namikaze Minato, seorang pianis murahan!' sungguh ia terkejut mendengarnya. Ia tidak habis pikir, kenapa adiknya bisa mengajar? Naruto itu sangat tempramen, bisa-bisa Naruto mempraktekan gerakan karatenya untuk menghajar anak-anak yang sulit diajar.

'Kurasa murid Naruto adalah manusia paling tidak beruntung sedunia' batinnya meringis.

"Ya, aku mengajar di Deep Blue Dance Company. Astaga tanggapanmu sangat berlebihan Minato-nii! Murid-muridku baik-baik saja, malah mereka senang diajar denganku, katanya aku sangat humoris dan, bodoh…" ucap Naruto dari nada yang sangat bersemangat ke nada yang sangat minder. Jelas saja, jika ada guru seperti itu, pasti ia sudah ditindas oleh muridnya setiap hari.

"Oh astaga, apa yang bisa membuatmu mengeajar disana? Maksudku ya, sejak kapan kau suka mengajar?" Tanya Minato heran seheran herannya Namikaze Minato bisa heran. Dan mungkin ini perasaan heran yang paling heran dalam sejarah hidupnya,

"Hmm… kenapa ya? Mungkin karena ada Kushina…" jawabnya malu-malu

"Apa? Siapa?" Tanya Minato seraya memutar stir mobilnya ke kanan

"Kushina-chan, dia baik, can- HEI HEI BELOK KIRI BUKAN KE KANAN MINATO-NII!" Teriak Naruto histeris atau lebih tepat terkesan lebay melihat sang kakak memutar stir ke kanan.

"Kau telat, biarlah lagi pula kita bisa memutar balik di depan. Ah ya kau belum menyelesaikan jawabanmu"

"Oh iya, ehem… dia baik, cantik, pandai menari, walau terkadang sangat galak dan terkesan bodoh. Dia juga tomboy, tapi aku menyukainya. Sangat." Ucap Namikaze Naruto sambil tersenyum, semburat merah tipis terlihat jelas di atas wajahnya yang berkulit tan itu.

"Marganya apa?" ucap Minato sambil memutar stir mobilnya ke arah kiri.

"Uzumaki, Uzumaki Kushina"

"Dia apa?" Tanya Minato santai

"KAU GILA YA? JELAS-JELAS DIA MANUSIA!" Teriakan histeris nan gila nan lebay bergemuruh di dalam mobil Minato.

"Aku juga tau dia manusia, baka! Tapi maksudku, dia itu dancer sepertimu atau apa?" Minato tampak menahan emosinya yang telah dibangkitkan oleh adik tercintanya itu.

"Penari kontemporer yang sangat berbakat" jawab Naruto bangga

"Oh. Jadi kita makan dimana? Sebenarnya ini sudah bukan jam sarapan, Naruto"

Naruto melirik jam tangannya "Oh iya, yasudah kita sekalian makan siang di restoran upper western tepat di sebelah Deep Blue, makanan disana sangat lezat"

"Terserah kau saja"

.

.

.

"Jadi, makanan apa yang enak disini?" Tanya Minato sambil menatap interior restoran ini yang benar-benar bergaya barat.

"Pollo all'arrabbiata disini sangat enak" kata Naruto sambil membolak-balik halaman menu

"Yasudah cepat pesan, aku lapar!" perintah Minato tidak sabaran sambil mengetuk-ngetuk telunjuknya ke meja. "Baiklah…"

20 menit kemudian pesanan mereka datang. Pollo all'arrabbiata di upper western memang sangat lezat, dengan mencium aromanya saja semua orang pasti sudah tergoda untuk memakannya.

Minato memotong daging ayam itu dengan perlahan dan memakannya.

"Bagaimana?" Tanya Naruto penasaran. Ia hanya ingin memastikan jika seleranya itu se'level' dengan selera nii-chan tercintanya itu.

"Lumayan" jawab Minato setelah potongan daging ayam itu telah habis. Naruto tersenyum puas dan mulai menyantapnya bersama Minato.

Pollo all'arrabbiata dengan ukuran yang terbilang cukup besar untuk 2 orang itu akhirnya habis dalam waktu 30 menit.

.

.

.

"Jadi setelah ini kita mau kemana lagi?" Tanya Minato yang kini telah berada di luar restoran bersama Naruto.

"Deep Blue, disebelah aku mau mengenalkanmu pada Kushina"

"Aku tidak berminat" ucap Minato datar

"Ya, ya kau memang selalu tidak berminat, tapi aku akan selalu memaksamu. Oh iya, kita jalan kaki saja" kata Naruto sambil mulai melangkahkan kaki ke arah kanan.

"Memangnya siapa yang mau naik mobil, baka!"

Mereka berjalan memasuki tempat latihan dance yang sangat besar itu dan menuju ke arah tangga.

"Jadi kelasmu ada di atas, eh?" Tanya Minato dan mulai melangkahkan kaki menaiki anak tangga pertama, kedua, dan kini telah sampai ke anak tangga ke 8.

Tapi tanpa disangka seorang gadis muda berlari kencang dari arah atas dan tanpa sengaja gadis itu terpeleset keset 'welcome' yang terletak di meja tangga. Dan tidak lama lagi keset 'welcome' itu akan berganti nama menjadi keset 'sialan'

"AWAS!" Teriak gadis itu histeris sebelum ia jatuh terjungkal bersama Minato. Naruto yang masih berada di anak tangga pertama beruntung masih dapat menghindar.

BRUGH!

"Ah…" Rintih gadis dengan rambut merah darah sepinggang dan kaus polo ungu serta celana training itu.

"Kushina-chan! Kau tidak apa-apa?" Tanya Naruto panik sambil berlari menghampiri Kushina.

"Ah… Aku tidak apa-apa, Naruto-kun…" gadis bermata violet itu mulai berusaha bangkit dari posisi terjatuhnya yang menindih Minato. Tapi ingat mereka tidak berciuman, sekali lagi tidak berciuman

Ehem…

"Kita harus ke rumah saki sekarang!" Teriak Naruto histeris tanpa mempedulikan atau setidaknya melirik Minato sama sekali.

"Tidak Naruto tidak perlu ke rumah sakit segala. Aku baik-baik saja!" cegah Kushina

"Kita harus ke rumah sakit, sekarang!" ucap suara baritone yang sangat dikenal Naruto.

"Aku tidak apa-apa, sungguh!" Kushina berusaha meyakinkan

"Bukan kau, tapi aku!" ucap Minato sambil meirntih pelan dan terus memegangi tangan kirinya yang sakit

!

"Nii-chan!"

.

.

.

"Nii-chan bagaimana tanganmu?" Tanya Naruto histeris begitu melihat kakaknya keluar dari ruang pemeriksaan.

" Terkilir sangat parah. Tulangnya bergeser sedikit. Dan aku tidak bisa menggerakan tanganku selama minimal 2 bulan!" Minato tampak frustasi sekarang. Nada marah terdengar jelas dari kalimatnya tadi

"APA? Bagaimana dengan konsermu?" Tanya Naruto panic

"Tidak tau, itu urusan Fugaku" ucap Minato datar, tapi masih terdengar nada marah dari perkataannya.

Kushina yang sedaritadi hanya terdiam dan menunduk, kini mengangkat wajahnya menatap Minato. Betapa kagetnya dia, ternyata Minato memang sudah menatapnya dengan sangat tajam seolah berkata 'kubunuh-kau!'

Kushina bergidik ngeri. Lalu dengan suara bergetar ia berusaha memberanikan diri untuk meminta maaf "Maafkan aku, aku ti-"

"Naruto ayo pulang" sela Minato cepat sebelum Kushina menyelesaikan kalimatnya

"Hei Minato-nii, Kushina hanya ingin meminta maaf!" Naruto berusaha membela Kushina.

"Aku tidak butuh permintaan maaf darinya!" teriak Minato sinis

"Maaf, aku pulang dulu…" suara Kushina bergetar, ia langsung berlari ke arah pintu keluar . Matanya berembun, air mata memenuhi pelupuk matanya. Ia tidak bisa melihat dengan jelas, tapi ia tidak peduli, ia tetap berlari hingga hilang dari pandangan.

"Naruto ayo pulang" Minato berjalan keluar dari rumah sakit sambil terus mengumpat dalam hatinya, merutuki nasibnya yang benar-benar tidak beruntung dan juga merutuki Kushina.

'Gadis sialan. Bukan. Setan merah sialan!'

TBC

.

.

.

A/N : Horee! Selesai juga ini fic. Yang karate is the part of my life aja belom selesai, udah cari masalah saya -_- Oh iya, ini saya mau nanya persetujuan kalian dulu, silahkan pilih lewat review atau pm ya, mau happy ending, atau sad ending? Those all your choice!

Mind to review?

Regards

Keiko Murasaki