Kuroko no Basuke is belong to Fujimaki Tadatoshi
An Akakuro Fiction by Akira Scarlet
.
.
AK14 Matrix
Au!Future
.
.
"I don't want to let go of myself
I don't want to ruin myself anymore
Memories that aren't ending even when it's over
I have no confidence to win over it."
.
Bagian Satu: Pencuri Nakal Yang Jenius
.
"Selamat datang di upacara kelulusan Akademi Teknologi Tinggi Negara."
Suara tangan bertepuk terdengar riuh memenuhi ruangan sebesar dua kali lipat lapangan yang kedap suara tersebut. Terdapat lebih dari separuh penduduk kota berdiam disana. Menghadiri acara paling bergengsi, paling megah, paling menarik sepanjang tahun. Upacara kelulusan akademi terbaik di dunia.
"Tidak perlu berbelit-belit. Mari kita mulai."
Cahaya dipadamkan. Lampu sorot yang bergerak lincah layaknya mobil mainan yang dikendalikan oleh remote control memfokuskan cahayanya pada satu titik. Panggung mewah berbasis teknologi canggih tempat sumber suara berbicara. Mendadak suasana menjadi hening. Sehening berada disebuah taman pemakaman saat tengah malam. Sekuriti di sisi ruangan berjaga, khawatir ada hal tidak diinginkan muncul tepat pada saat peristiwa paling penting.
"Sebagai pembuka kami sepakat untuk memberikan pengumuman yang paling kalian semua nanti-nantikan. Yaitu pengumuman murid paling berbakat dan pintar. Murid yang meraih nilai tertinggi dalam ujian kelulusan tahun ini."
Beberapa pasang mata mendelik iri pada siapapun yang akan menerima predikat murid terbaik kali ini. Sementara yang lain menatap panggung dengan raut wajah penasaran, menanti siapa murid yang beruntung yang akan naik ke atas panggung.
"Lulus dengan nilai sempurna tak bercela. Pemuda berusia dua puluh tahun ini selalu menonjol semenjak duduk di sekolah dasar karena kepintarannya. Ia pantas disebut jenius muda berbakat. Kami memanggilnya untuk naik ke panggung, bukan untuk menganugerahinya predikat jenius, tapi untuk menghargai segala usaha dan kerja kerasnya meraih nilai sempurna pada angkatan ini. Silahkan sambut..Akashi Seijuurou!"
Tepukan tangan kembali bergema riuh. Beberapa saat…namun yang dipanggil tak kunjung datang.
"Kepada Tuan Akashi harap naik ke atas panggung."
Tetap tidak ada yang berubah. Yang dituju tidak kunjung naik.
Rahang kepala sekolah selaku pembawa acara mengeras. Wajahnya nyaris merah padam menahan emosi. Diremasnya kertas jadwal acara dengan kekuatan penuh.
"Pemuda sialan itu..Akashi Seijuurou!" batinnya dalam hati.
.
.
Kedua pemuda tersebut menuruni undakan setengah berlari. Seragam akademi masih terpasang dengan rapi dikedua tubuh mereka. Bahkan sebenarnya mereka masih berada dalam komplek sekolah.
"Apa kau yakin ingin membolos seperti ini Akashi? Tidak takut akan diadili jika tertangkap?"
Pemuda bersurai merah yang tadinya sedang berlari menghentikan langkahnya. Ia mendelik dan menatap temannya dengan wajah malas, "Tidak. Sejak dulu aku memang tidak berniat untuk menerima embel-embel tidak berguna seperti itu. Buang waktu."
"Lalu apa yang akan kita lakukan malam-malam seperti ini? Disaat semuanya berada dalam aula kau menyuruhku untuk memakai seragam dan menyelinap ke komplek sekolah?"
"Aku butuh bantuanmu Nijimura. Memakai seragam itu sewaktu kau sudah lulus kan membawa kenangan. Lagipula disaat seperti inilah kita harus bekerja. Saat semuanya sedang menikmati upacara tidak berguna itu, keamanan melonggar. Sekolah berteknologi ini sedang lengah. Sebagai murid teladan tentu kita harus mengambil kesempatan emas semacam ini bukan?"
Nijimura menggeleng-gelengkan kepala. Mereka berjalan di atas lapisan kaca bening pengganti keramik dasar di koridor lantai tiga. "Hanya kau. Bukan kita. Aku tidak pernah mengusulkan ide gila ini. Dan seandainya kau bukan adik kelasku yang berharga, aku tidak akan pernah berada disini."
Akashi tertawa pelan. "Oh berharga? Kau mengatakan aku berharga? Betapa tersanjungnya aku mendengar kau mengatakan hal seperti itu."
Langkah mereka terhenti mendengar suara makhluk hidup lain berjalan tidak jauh dari tempat mereka. Nijimura menarik Akashi menyandar pada dinding yang menjorok ke dalam. Mereka bersembunyi diantara tumpukan kardus bekas yang menggunung tak terpakai.
"Sedang lengah pun mereka masih mengadakan patroli," bisik Nijimura pelan.
"Mungkin mereka dapat memperkirakan adanya tamu tak terduga seperti kita," balas Akashi.
Keduanya terdiam hingga cahaya dari petugas patroli itu menjauh. Menjauh hingga tidak terlihat lagi. Setelah itu baru keduanya bernapas lega.
"Ayo lanjut," Akashi berdiri dan kembali berjalan. Nijimura mengikuti.
Perjalanan mereka berhenti ketika sebuah papan bertuliskan "Ruang Laboratorium" yang ditulis besar-besar dengan tinta hitam terlihat. Nijimura menarik knop pintu. Tapi pintu itu tidak bergerak sedikitpun.
"Dikunci," ujarnya.
"Tentu saja. Tidak mungkin peralatan berbahaya dibiarkan tanpa pengawasan," Akashi melepas ransel tua bermotif loreng tentara miliknya. Ia mengeluarkan sebuah kotak yang berisi benda-benda berwarna perak yang jarang dilihat Nijimura.
"Apa yang kau bawa?"
"Sebagai murid baik, meresapi didikan hingga ke bagian terdalam tentu aku ingat kata-kata kepala sekolah yang termasyur, selalu sedia payung sebelum hujan. Berjaga-jaga sebelum terjadi sesuatu. Dikutip dari buku peribahasa kuno abad dua puluhan. Dan itulah yang aku lakukan."
"Jadi kau membawa payung?" tanya Nijimura tersenyum. Ia menyandarkan diri pada dinding sembari memperhatikan Akashi yang sibuk bekerja.
"Bukan bodoh. Mendadak aku jadi bingung bagaimana predikat yang katamu agung itu dapat jatuh ditanganmu tahun lalu," Akashi mengeluarkan sebuah kawat dari besi dan memasukannya ke dalam lubang kunci, "Aku tahu kalau lab akan dikunci, jadi dibanding mencuri kuncinya dari petugas keamanan aku menggunakan cara tradisional. Membuka kunci menggunakan kawat."
"Memangnya bisa?"
Klek. Pintu terbuka. Akashi yang berjongkok berdiri sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Sindiranmu tidak beralasan."
Lalu Nijimura masuk ke dalam ruang laboratorium dengan wajah kesal.
Akashi menyalakan lampu begitu mereka berdua berada di dalam. Peralatan tinggi dan tak ternilai harganya berjejer rapi memenuhi ruangan tersebut. Ruangan tersebut didominasi oleh warna perak. Tak heran mengingat hampir semua barang disana terbuat dari nikelanium – bahan baku setara perak yang mirip dengan besi.
"Well, apa yang akan kita lakukan disini? Bereksperimen secara illegal?"
"Bukan. Kita akan melakukan hal yang lebih ekstrim," Akashi menyentuh barang-barang disana secara perlahan. "Mencuri sesuatu."
Nijimura terbelalak mendengarnya.
"Mencuri? Selama ini aku kira kau gila tapi ternyata kau lebih parah dari itu. Mencuri disini tidak segampang kedengarannya tau!"
"Aku tahu," Akashi mengangguk lalu menatap Nijimura dalam. Pemuda tinggi bersurai hitam itu tertegun melihat ekspresi temannya yang berubah 180 derajat. Tatapannya saat ini begitu dalam. Seolah menyiratkan kesedihan yang menyayat hati.
"Sistem keamanan sudah diretas kemarin. Seharusnya kita aman. Aku mengajakmu untuk berjaga-jaga karena kau pandai berkelahi," Akashi terkekeh pelan. Sementara Nijimura masih tidak mengerti mengapa Akashi begitu berniat untuk melakukan hal ini. Pemuda itu tidak pernah memberitahunya mengenai hal ini, jadi Nijimura sama sekali buta memperkirakan apa yang akan dilakukan Akashi selanjutnya.
"Ingat penemuan yang aku ceritakan padamu lima tahun lalu? Aku berjanji akan membuat sesuatu yang para peneliti hebat zaman maju seperti ini pun tidak berhasil membuatnya."
Nijimura terdiam. Lima tahun bukan waktu yang singkat. Pada saat itu ia mengira cita-cita Akashi hanya sebuah candaan tak berdasar. Ia lupa kalau Akashi tidak pernah bercanda.
"Cyborg. Manusia setengah robot yang mempunyai perasaan layaknya manusia," Nijimura menyilangkan tangan. "Kau masih berniat untuk membuat itu?"
"Ya," jawab Akashi mantap. "Headline koran minggu lalu menuliskan kalau peneliti telah gagal membuat robot berperasaan untuk yang ke seribu kalinya. Sudah dua abad berlalu sejak percobaan pertama. Membuat robot itu tidak semudah kelihatannya. Apalagi yang memiliki hati."
Sebuah benda berbentuk balok yang dilindungi oleh kotak kaca menyita perhatian Akashi. Benda itu senada dengan warna rambutnya. Dan itulah yang dicari Akashi sedari tadi.
"Chip memory? Kau ingin memasukan memori ke dalam robot ciptaanmu?" tanya Nijimura. Sekarang ia semakin tidak mengerti arah pikiran Akashi.
"Lima tahun aku berusaha membuat cyborg yang sempurna. Satu langkah lagi maka akan selesai," sepelan mungkin Akashi mengambil chip tersebut dari dalam kotak. Tadinya ia mengira akan ada alarm yang menyala, tapi semuanya tenang-tenang saja.
"Nijimura..apa aku pernah bercerita padamu alasan aku begitu berusaha membuat cyborg itu?" Akashi mengeluarkan benda yang persis dengan apa yang dicurinya. Lalu perlahan dimasukannya ke dalam kotak.
"Tidak. Hingga detik tadi aku masih mengira kau hanya bercanda."
"Kuroko Tetsuya," sebuah nama terucap dari mulut Akashi. Nama yang tidak pernah diucapkannya selama ini. Nama yang membuat baik Nijimura maupun Akashi dihinggapi suasana canggung. "Ia meninggal karena kesalahanku. Dan hanya ini yang dapat aku lakukan untuk menebusnya."
"Hei, jangan bilang kalau kau.." Nijimura mungkin senang bergurau, tapi ia tidak bodoh. Kalimat terakhir Akashi membuat semuanya jelas.
"Ya Nijimura, aku ingin membangkitkannya," Akashi selesai menaruh chip imitasi ke dalam kotak. "Aku membuatnya menjadi cyborg. Melahirkannya kembali. Agar ia dapat bersama denganku selamanya."
Nijimura tidak diberi kesempatan menjawab, karena terdengar suara seruan diluar sana. Memberitahukan kalau petugas melihat ruang laboratorium yang terbuka.
.
.
To Be Continued
.
A/N
Setelah semi hiatus untuk beberapa bulan saya kembali dengan fic terbaru /bukannya menyelesaikan fic yang udah ada/ bergenre Sci-fi. Sebelumnya mohon maaf untuk yang menanti fic mc lainnya, sedang dalam tahap pengerjaan.
Bait pertama untuk bagian ini adalah potongan lirik dari lagu Kpop VIXX yang berjudul Error.
Saya ingin mengucapkan terima kasih pada siapapun yang telah menominasikan salah satu fic saya di IFA 2015. Saya jujur kaget melihat penname saya nongol di peringkat 9 kategori Sci-fi. Meski tidak lolos tahap berikutnya tapi saya senang melihatnya xD
Lalu untuk fic ini, kritik dan saran sangat membantu.
See you next chapter^^
Sign,
Akira Scarlet
