Disclaimer : Naruto does not belong to me.
Warning : Skip the typos you'll find. AU, OOC.
Aku cuma author nyasar dari fandom sebelah yang lagi seneng2nya menjelajahi fandom lain :3 Ini juga pertama kalinya aku nulis fiksi pake Bahasa Indonesia yg biasa digunain sehari-hari. Jadi, maaf ya kalau agak aneh -_-v
Yoo. Happy reading, Minna! :D
Disorder Heaven
Chapter 1 : Welcome Back!
"Gaaraaaa!"
"Uzumaki, tolong jaga sikapmu," tegur seorang guru wanita pada muridnya yang berteriak tadi.
"Ahaha! Maaf, maaf," ujar si pemilik marga Uzumaki dengan tampang yang tak merasa bersalah.
"Sudahlah." Guru cantik itu lalu menghela napas sebelum kembali berujar, "Sebagian dari kalian pasti sudah mengenal Sabaku Gaara ini, bukan? Tapi lebih baik jika kau memperkenalkan diri secara formal, Gaara," jelas sang guru sambil tersenyum pada seorang murid laki-laki berambut merah yang ada di depan kelas.
"Sabaku Gaara. Mohon bantuannya," katanya datar.
"Oi, Gaara! Ayo duduk di sini!" ajak pemuda Uzumaki itu–lagi–sambil menunjuk sebuah bangku yang jelas-jelas sedang diduduki oleh siswa lain. Anak laki-laki bersurai orange di sebelahnya langsung mengerutkan alis seraya memberikan deathglare andalannya. Apakah dia baru saja diusir? Heck. Tidak lucu.
"Tidak, Naruto. Sudah ada Pain di situ," ujar Kurenai–wali kelas mereka yang memegang mata pelajaran matematika–sambil menggelengkan kepalanya. "Gaara, kau bisa duduk di belakang bangku Sasuke," lanjutnya lagi.
"Hn."
Dengan patuh, murid baru tadi pun melangkah ke tempat yang ditunjukkan sang guru, yang terletak di jajaran paling belakang dekat jendela. Tidak mengacuhkan teriakan temannya yang bernama Naruto tadi, Gaara segera menarik kursi lalu duduk di tempatnya. Kerutan penuh kekesalan terukir di wajah lelaki berisik itu yang sadar bahwa panggilannya diabaikan. Gaara hanya mendengus kecil melihat tingkah teman lamanya yang tak berubah sama sekali.
"Gaara, lama nggak ketemu," sapa seorang siswa berambut raven yang duduk tepat di depannya itu.
"Hai, Sasuke. Gimana kabarmu?" tanya Sabaku tadi sambil menopangkan dagunya pada kedua tangan yang ia lipat di atas meja.
"Ya, kelihatannya aja," jawab Sasuke seraya membalikkan tubuhnya, guna menatap kawan baiknya yang itu. "Kenapa balik lagi ke sini?" tanyanya lagi.
"Tau sendiri, lah. Kerjaan orang tua dipindah lagi," ujar Gaara malas sambil mengela napas.
"Kayak biasanya, eh? Kenapa kamu nggak ngasih tau kalau mau balik?" Walau terkesan datar, namun Sasuke sangat senang bahwa akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan Gaara.
"Kejutan! Haha, bukan." Sasuke memutar bola matanya malas, lalu Gaara melanjutkan perkataannya, "Ini juga mendadak, kok. Jadi kayaknya nggak terlalu penting deh kalian dikasih tau."
"Ck. Oh ya. Gimana kalau pulang sekolah kita main ke tempat biasa?"
"Okay, boleh juga."
"Pssst! Gaara, Sasuke!" panggil Naruto setengah berbisik. "Lagi pada ngomongin apa?"
Bukannya menjawab pertanyaan teman cerahnya itu, Sasuke dan Gaara malah kembali duduk dengan tegap sambil memperhatikan guru yang sudah mulai mengajar. Senyuman misterius yang tersungging di kedua wajah tampan itu membuat Naruto semakin kesal dibuatnya. Mungkin ia harus meminta penjelasan mereka saat istirahat nanti.
Pelajaran matematika pagi itu diikuti siswa dan siswi kelas 3-A dengan semangat. Mata pelajaran apapun yang diberikan pada jam-jam awal memang terasa menyenangkan karena konsentrasi para murid yang belum terpecah. Yah, kecuali jika memang ada di antara mereka yang sedikit malas atau mengantuk.
.
o(^_^)o
.
Kriiiing!
Akhirnya bel istirahat pun berbunyi, mengabulkan permintaan beberapa siswa di Konoha High yang mulai jenuh belajar. Hampir semua penghuni kelas berhamburan keluar untuk makan siang di kantin atau sekedar meregangkan tubuh sambil menghirup udara bebas. Begitupun halnya dengan segerombolan anak laki-laki di sini. Naruto, Sasuke, dan Gaara yang langsung beranjak dari bangku mereka.
"Hei! Tadi kalian ngomongin apaan, sih?" tanya Naruto ngotot.
"Berisik," kesal Sasuke yang rupanya mulai panas mendengar celotehan temannya itu. Gaara? Ia hanya tertawa tertahan dan berlalu.
"Tunggu kita, oi!" teriak Naruto lagi sambil berlari menyusul Gaara ke luar kelas, diikuti Sasuke di belakangnya yang masih berjalan dengan santai.
Kelas 3-A jadi terasa sepi setelah si cerewet berambut kuning itu pergi. Namun, masih ada beberapa siswa yang tinggal, termasuk gadis cantik bersurai indigo yang satu ini. Hyuuga Hinata namanya. Gadis manis dan pintar itu tetap setia duduk di bangkunya dan lebih memilih untuk membuka kotak makan yang ia bawa di dalam kelas. Kali ini hanya ada beberapa potong roti isi untuk makan siangnya.
"Sandwich lagi?" tanya seorang gadis yang duduk di sebelah Hinata.
"Gitu deh. Ayahku belum pulang. Jadi, aku nggak nyimpen banyak bahan makanan di rumah," ujar Hinata.
"Kamu mau coba ini?" tawar temannya ramah sambil menyodorkan kotak makan yang berisi berbagai macam sushi dan udang tepung.
"Wah! Kayaknya enak," kagum Hinata.
"Ambil aja. Yang banyak juga boleh, kok."
"Beneran? Makasih ya, Ino!" sahut Hinata dan langsung mengambil udang tepung yang terlihat renyah itu.
"Uhm, Hinata. Emang kapan sih ayahmu pulang?" tanya gadis bernama Ino tadi.
"Mungkin akhir minggu ini. Makasih ya udah khawatir," kata Hinata sambil tersenyum.
"Siapa yang khawatir sama kamu? Hahaha!" canda temannya yang berambut pirang itu. "Bercanda kok, Hinata," ujarnya lagi, mengoreksi ucapan sebelumnya.
"Iya, iya. Eh, kamu kenal sama anak baru yang tadi nggak?" tanya Hinata sambil mengambil sepotong roti isi yang tadi sempat diabaikannya.
"Gaara, maksudnya?" Ino memastikan. Hinata hanya mengangguk karena mulutnya sudah dipenuhi oleh makan siangnya. "Haa, aku lupa. Kamu kan nggak satu SMP sama kita, ya?" Kali ini Hinata hanya mengangkat bahunya sekali.
"Hmm, dia tuh temen kita waktu di SMP dulu. Tapi dia pindah ke Suna pas lulus," jelas Ino. Hinata masih memperhatikan seakan memberi tanda bagi Ino untuk melanjutkan ceritanya. "Dan sekarang, dia pindah lagi ke sini. Dan kamu lihat mereka tadi? Ya, mereka itu sahabatnya Gaara pas lagi di SMP. Mungkin mereka nganggep ini reunian. Hihihi," kata Ino sambil terkekeh.
"Apa Kak Neji juga deket sama Gaara?"
"Gimana, ya?" pikir Ino sambil menaruh jari telunjuk di dagunya. "Kayaknya enggak, deh. Sepupumu itu kan nggak suka bergaul sama anak kayak Gaara."
"Maksud kamu?"
"Tau sendiri, lah. Neji itu kan orangnya serius, pinter, dan nggak suka main. Nah, kalau Gaara? Dia bisa dibilang agak berandalan," bisik Ino tepat di kata 'berandalan'. "Huh! Dia juga sering ganti-ganti pacar." Senyuman Ino tiba-tiba memudar, mengingat kebiasaan buruk Gaara yang satu ini. Yah, dia juga pernah jadi salah satu korbannya.
"Masa, sih?"
"Beneran. A-aku juga pernah..."
"Pernah? Pernah apa?"
"Nggak jadi deh. Pokoknya Gaara itu nyebelin banget orangnya."
"Mmm.. Gitu, ya?" gumam Hinata tanpa sadar.
"Jangan-jangan kamu suka lagi sama dia," celetuk Ino.
Hinata langsung menggelengkan kepalanya cepat dengan wajah yang memerah. "Enggak, kok!"
Setelah ini, gadis dengan model rambut ponytail itu pasti akan terus menggodanya habis-habisan. Pasti.
.
o(^_^)o
.
Tiga puluh menit waktu istirahat telah selesai. Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Semuanya kembali ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Namun tidak dengan ketiga murid laki-laki yang masih betah menyantap ramen di kantin. Bibi penjaga kantin menegur Sasuke, Naruto, dan Gaara untuk segera menghabiskan makanan mereka. Sedikit kesal, ketiga murid tadi segera menyelesaikan makan siang itu lalu kembali ke kelas.
Malangnya nasib mereka karena guru sejarah yang terkenal galak–Kakashi–telah berada di dalam kelas. Sasuke segera meminta maaf, mewakili kedua temannya. Hari ini mereka beruntung karena sang guru tidak memberikan hukuman. Toh, mereka hanya terlambat beberapa menit saja.
Ketika Gaara tengah berjalan ke tempatnya, tak sengaja ia melihat sepasang lavender pucat yang tengah mengamatinya. Namun sang pemilik iris unik itu langsung mengalihkan pandangannya ke depan, membuat Gaara menyeringai.
"Hei, Sasuke. Kamu tau nggak siapa cewek itu?" tanya Gaara setelah duduk di bangkunya. Telunjuknya mengarah pada Hinata yang sedang asyik memperhatikan penjelasan Kakashi di depan.
"Hinata?"
"Bodoh. Aku nggak tau namanya," kesal Gaara pada Sasuke.
"Dasar. Dia, kan?" ujar Sasuke sambil menunjuk Hinata untuk meyakinkan Gaara.
"Hn. Jadi, namanya Hinata?"
"Ya. Hinata Hyuuga," ucap Sasuke.
"Dia Hyuuga? Apa dia saudaranya si ermm, Zoro, Jine, Niji, Ne-"
"Neji Hyuuga. Dia sepupunya," sela Sasuke.
"Ooh.. Pantes aja, warna matanya sama."
"Kenapa? Suka?"
"Nggak lah. Kalau dia yang suka, itu mungkin," katanya, Gaara.
"PD banget," ejek Sasuke. Gaara hanya mendengus kesal mendengar temannya itu.
Ketika Sasuke dan Gaara tengah sibuk mengobrol, sang guru tiba-tiba menyuruh salah satu siswi di kelas itu untuk mencatat materi pembelajarannya, karena ia harus menghadiri pertemuan mendadak dengan guru sejarah lain. Jadi, Kakashi memberi tugas pada murid-muridnya untuk mencatat tulisan yang ada di papan tulis selagi ia pergi.
Gaara menyeringai. Ini kesempatan bagus.
"Mau ke mana?" tanya Sasuke ketika melihat Gaara yang beranjak dari bangkunya.
"Liat aja," bisik pemuda bertato kanji 'ai' di dahi sebelah kirinya itu.
Gaara lalu menghampiri Ino dan meminta gadis Yamanaka itu untuk bertukar tempat dengannya selama Kakashi pergi. Tentu saja Ino tidak menolak. Siapa yang sanggup menolak permintaan Gaara, sang Sabaku bungsu yang tampan itu?
'Pasti Gaara mau ngapa-ngapain Hinata deh,' batin Ino.
Kini Gaara sudah duduk di tempatnya yang baru. Ia masih enggan untuk mencatat tulisan yang ada di depan. Sambil memainkan pulpennya asal, ia membalikkan tubuhnya ke arah kanan sambil tersenyum. "Hai, Hinata," sapanya.
"H-hai, Gaara," sapa balik Hinata sambil tersenyum kecil. Dirinya sempat merutuki Ino yang membiarkan saja si merah ini bertukar tempat dengannya.
"Lagi nyatet, ya?" tanya Gaara polos.
"Y-ya," jawab Hinata sedikit gugup. Namun batinnya menggerutu, 'Apa kamu nggak lihat kalau aku lagi nyatet?'
"Serius banget, sih?" godanya lagi.
"B-biasa saja, kok."
"Nggak usah malu-malu gitu kali," kata Gaara sambil terkekeh pelan. "Emang kamu jarang disamperin sama cowok ganteng, ya?"
Hinata terbatuk karena ludahnya sendiri setelah mendengar perkataan Gaara barusan. "Ukh.. A-apa?" tanya Hinata sambil menatap ke arah murid baru itu dengan tatapan miris.
Dalam hati, Sasuke dan Naruto sudah tahu pasti apa yang akan dilakukan oleh Gaara selanjutnya.
"Ah. Pulpenku jatuh ke bawah bangku kamu tuh," kata Gaara tiba-tiba.
"B-biar aku yang ambil–"
"Nggak usah! Maksudnya, aku bisa ambil sendiri," sela Gaara. Hinata hanya bisa tersenyum getir mendengarnya.
Pulpen biru yang sengaja–maksudnya tak sengaja dijatuhkan Gaara tadi–segera diambil oleh sang empunya. Ia keluar dari bangkunya lalu membungkukkan badannya untuk menjangkau benda kecil itu. Namun...
"G-Gaara?" panggil Hinata, merasa tak nyaman dengan posisi Gaara yang sangat dekat dengan kedua kakinya.
"Oh. Pink?" gumam Gaara.
"M-maksudnya?" tanya Hinata sambil memiringkan kepalanya.
"Kamu pake warna pink, kan?" ujar Gaara sambil tersenyum.
1 detik
2 detik
3 detik
"Gaara!" teriak Hinata marah sambil berdiri dari bangkunya. Gaara hanya menyeringai lalu kembali ke tempatnya semula, memberi tanda pada Ino untuk segera menyingkir dan kembali duduk di bangku sebelah Hinata. Naruto hanya menggelengkan kepalanya dan Sasuke hanya menghela napasnya ketika Gaara telah kembali duduk di bangkunya.
"Heh. Lihat, kan? Wajahnya aja langsung merah," bisik Gaara pada Sasuke sambil tersenyum bangga. Naruto yang melihat kejadian barusan tidak bisa menahan tawa karena kebiasaan konyol temannya itu yang belum berubah sama sekali.
"Sabaku Gaara, aku membencimu!" geram gadis berponi itu dalam hati.
To be Continued
.
.
AN
Okay, sampai di sini dulu ch 1nya :') Mohon maaf bila ada kesamaan alur atau permasalahan yang ada di fiksi ini. Semua itu merupakan ketidak sengajaan. Ini fiksi request dari temen sekolahku dan berhubung aku suka banget sama Hinata, jadilah ini. Maklumin juga ya kalu charanya OOC ._.v
Dan terakhir,
R
E
V
I
E
W
Jejak kalian di kotak review sangat berarti karena review kalian adalah SEMANGAT buatku! Sankyuu! o(^_^)o
Salam hangaaattt,
Kazuko Nozomi~
