Naruto © Masashi Kishimoto

I don't take any profit by publishing this fict

AU/OoC

SasuHina

Home

"Eh?" Hinata mengerjapkan mata berkali-kali sampai akhirnya dia sadar, dia tidaklah sedang bermimpi.

Hyuuga sulung menatap bingung pada pemandangan dari titik dirinya berdiri. Ada rumah yang berjajar rapi di depannya. Rumah itu memiliki desain yang sama, hanya memiliki dua lantai dan terlihat minimalis. Jarak antara rumah yang satu dan rumah yang lain kurang lebih lima meter.

Gadis beriris lavender benar-benar tidak mengerti. Setahu dan seingatnya, dia baru saja kembali dari sekolah. Selepas tiba di rumah, sang gadis bergegas naik ke lantai atas tempat kamarnya berada. Selesai melepas kaos kaki dan seragam, Hinata lekas-lekas membuka laptop. Gadis yang tahun ini genap berusia enam belas tahun tengah menggandrungi internet. Nyaris siang-malam tangannya tak lepas dari keyboard. Hinata hendak membuka akun jejaring sosialnya ketika sebuah pesan muncul di sudut kanan layar. Seperti biasa, selalu ada pengembang yang melakukan promosi software atau website mereka. Setelah itu, Hinata hanya mengetik "iya" dan melakukan registrasi.

Kenapa dia tiba-tiba berada di kota aneh ini? Belum habis kekagetan Hinata, kini seorang wanita tiba-tiba muncul di depannya. Wanita untuk muncul dari permukaan jalan dan mengenakan pakaian aneh, seperti android.

"Selamat datang di situs jejaring sosial bernama Home. Terima kasih sudah melakukan registrasi. Anda terdaftar dengan nama akun 'Hinata'. Home adalah jejaring sosial berbasis sistem VMMORPG yang memungkinkan pengguna masuk ke dalam dunia digital. Sekarang, silakan pilih avatar Anda."

Setengah takjub, Hinata tidak tahu kenapa saat ini dia seakan berada di dalam sebuah toko pakaian. Ada variasi pakaian yang menarik dan Hinata ingin mencoba seluruhnya. Pemandu itu bilang, Hinata harus memilih avatar untuk berada di sini. Sosok seperti apa yang ingin Hinata tampilkan? Hinata kebingungan.

Cukup lama, sang Hyuuga akhirnya memilih yukata berwarna putih untuk dikenakan. Tak lupa, sepasang geta menjadi alas kakinya. Tsumami kanzashi dari untaian kelopak lili imitasi menghiasi rambut sepunggung sang gadis. Menatap cermin, Hinata cukup puas dengan avatar dirinya.

"Sudah selesai?" Sang pemandu bertanya, yang dijawab dengan anggukan kecil oleh Hinata.

Gadis berambut indigo dan pemandu kembali menjejakkan kaki di tempat semula.

"Pilihan selanjutnya adalah mengundang teman Anda untuk bergabung di situs ini. lewati?"

Hinata kembali mengangguk.

"Baiklah. Apakah Anda ingin diperkenalkan mengenai rumah Anda?"

Anggukan kesekiankalinya dan Hinata telah berada di depan sebuah rumah.

"Rumah ini berfungsi sama dengan profile Anda. Anda bisa menambah hiasan rumah Anda dengan melakukan upgrade. Selama berada di sini, nama akun Anda akan muncul di atas kepala Anda agar pengguna lain bisa berkenalan dengan Anda. Anda pun dapat melihat username di atas kepala mereka. Jika jaringan internet sedang buruk, Anda akan keluar dari Home secara otomatis. Anda bisa melakukan log out dengan menekan layar hologram kotak kecil yang selalu berada di depan dada Anda. Tolong gunakan password yang kuat agar tidak ada hacker yang mencoba membobol rumah Anda. Jika baterai Anda dalam kondisi harus diisi, akan ada pemberitahuan melalui layar hologram kecil di depan Anda. Layar tersebut bisa dibilang setting yang Anda butuhkan selama di sini. Apakah sekarang Anda ingin saya pandu berkeliling rumah untuk memperkenalkan diri?"

Gadis SMA itu terperanjat. Namun, Hinata tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Tempat ini luar biasa dan Hinata ingin merasa nyaman tinggal di sini. Mengangguk, sang pemandu yang lantas memperkenalkan diri sebagai "Anko" lantas menarik tangan Hinata untuk mendatangi rumah pertama. Lavender membulat saat pintu rumah dibuka. Sesosok mangkuk ramen berjalan keluar. Mangkuk ramen itu memiliki dua kaki, dua tangan, mata, hidung, mulut, dan telinga. Melongok ke atas kepala mangkuk ramen, Hinata tahu bahwa username sosok aneh di depannya adalah "Ramen Rasengan".

"Oh! Kau orang baru, ya?!" Sosok itu melihat ke bagian atas kepala Hinata dan mulai mengeja username sang gadis. "Namamu … Hinata?"

"I-iya, Ramen-kun."

Sosok mangkuk bernama Ramen tertawa kecil. Dia menjabat tangan Hinata lalu mengayunkannya kencang-kencang. "Salam kenal! Semoga kau merasa nyaman berada di sini, Hinata!"

Hinata menarik napas lega. Meski berpenampilan aneh, teman pertamanya di Home rupanya ramah dan menyenangkan. Bagaimana dengan penghuni rumah kedua?

"N-namaku Hinata. S-salam kenal!" Untuk penghuni rumah kedua, Hinata berinisiatif memperkenalkan diri terlebih dahulu. Gadis itu membungkuk dalam-dalam dan menegakkan tubuh seketika saat melihat sang penghuni. Tak kalah aneh dengan Ramen, penghuni rumah kedua mengenakan kostum ayam berwarna putih. Persis seperti ayam yang menjadi maskot salah satu restauran cepat saji di kotanya, maksudnya kota di dunia nyata.

Lavender Hinata kembali membaa username di atas kepala manusia berkostum ayam.

"Mulai saat ini, mohon bantuannya, Chidori-chan!" Gadis manis itu tersenyum lebar.

Tidak mendapat reaksi berapi-api seperti yang dia harapkan, Hinata menjadi salah tingkah. Hinata pikir, mungkin saja penghuni kedua memiliki perangai seperti penghuni pertama. Namun, jauh berbeda.

"A-ah, iya. Mohon bantuannya juga, Hinata-san." Sosok ayam itu terlihat menggaruk bagian tengkuknya dengan canggung.

Hinata kali ini yang terkesiap. Suara ayam itu jelas suara milik laki-laki! Hinata menambahkan suffiks "chan" karena nama sang ayam adalah "Chidori". Persis seperti nama perempuan.

"M-maafkan aku. Kupikir, kau adalah perempuan!"

"… Tidak masalah." Hinata terperangah saat melihat warna wajah sang ayam berubah kemerahan entah bagaimana. Mungkin Chidori bukan pemuda dingin seperti kesan pertama yang Hinata dapatkan darinya. Lebih tepatnya, pemuda itu adalah pemuda pemalu yang canggung.

Begitulah. Hinata berkenalan dari rumah ke rumah. Sejauh ini, baru ada empat penghuni yang Hinata kenal, yakni Ramen-kun, Chidori-kun (Hinata harus mengganti suffiks untuk memanggil sang pemuda), Cherry Blossom (yang memiliki avatar gadis cantik berambut merah muda), dan Toneri (yang sayangnya sedang tidak online saat itu). Hinata tidak meneruskan perkenalannya karena berpikir bahwa alangkah lebih menyenangkan jika sang gadis bisa mengenal penghuni lain seiring waktu. Keputusan itulah yang membawa Hinata kembali ke rumahnya tepat setelah Shizune undur diri.

Suara ketukan pintu lantas membuat Hinata beranjak dan lekas memutar kenop. Gadis manis itu cukup terkejut ketika mendapati Chidori tengah berdiri di depan rumahnya.

"Maaf mengganggu." Chidori tampak malu-malu saat Hinata mempersilakannya masuk.

Keduanya kini duduk di ruang tamu. Shizune sempat memberitahu bahwa di sini Hinata bisa melakukan belanja untuk dirinya di Home dan dirinya di dunia nyata. Namun, mereka tidak bisa makan, minum, atau menjawab panggilan alam di sini.

Memecahkan keheningan, Hinata membuka suara. Hinata selalu seperti ini setiap di dunia maya, dia menjadi lebih aktif dan lebih banyak bicara. Mungkin diam-diam dia merasa lebih nyaman berkomunikasi di dunia maya ketimbang di dunia nyata.

"Aku sangat terkejut bisa menemukan situs Home. Awalnya, aku hanya tidak sengaja mengakses sesuatu lalu beberapa hari kemudian ada promosi mengenai situs Home ini."

Chidori mengangguk setuju. "A-aku juga sangat terkejut … sama seperti Hinata-san."

"Aku belum mengerti banyak hal. Chidori-kun sudah lama berada di sini, bukan? Bisakah kau mengajariku cara hidup di sini?"

"Tentu saja." Chidori tersenyum tipis. "Kaupunya akun jejaring sosial lain seperti Race Book atau Fine? Home berfungsi sama seperti itu. Situs ini bekerja seperti jejaring sosial biasa. Bedanya, kau tidak perlu mengetik apa pun. Kau hidup di sini."

"Begitukah? Kurasa, aku akan mempelajari Home secara cepat. Aku tertolong sekali karena mengenal penghuni yang baik seperti kalian, terutama Chidori-kun."

Manusia berkostum ayam tercengang dan mengibaskan kedua tangannya, membuat Hinata meloloskan tawa kecil. Obrolan mereka berdua lantas berlangsung cukup lama, yang didominasi dengan tanya-jawab seputar situs ini. Pada akhirnya, Chidori pamit karena ada sesuatu yang harus dikerjakannya di dunia nyata. Hinata menutup pintu perlahan dan menampakkan air muka sumringah. Gadis itu mengira-ngira seperti apa sosok Chidori di dunia nyata. Sosok Chidori terlalu manis bagi Hinata. Pemuda berkostum ayam itu mudah canggung, mudah salah tingkah, dan terlihat sangat pemalu. Mungkin di dunia nyata, pemuda itu adalah pemuda introvert berkacamata yang selalu sendirian. Terkadang sang pemuda mungkin diajak bermain oleh teman sebayanya. Namun, dia akan menolak sambil bersikap malu-malu dan meneruskan membaca buku. Membayangkannya saja sudah membuat Hinata tergelitik untuk kembali tertawa kecil.

Hinata melihat jam yang selalu bergerak di layar hologram, memastikan dia tidak lupa waktu berada di dunia maya ini. Sang gadis memiliki beberapa tugas untuk diselesaikan dan harus dia kumpulkan esok hari. Oleh karena itu, Hinata memilih menekan tombol log out. Sekelebat waktu dan dia kembali berada di kamar aslinya.


Untuk kali pertama, Hinata menguap saat berjalan di lorong kelasnya. Semalam, Hinata kembali log in di Home. Gadis itu sedikit kecewa karena ternyata Ramen dan Chidori sedang offline. Namun, kekecewaan itu tergantikan saat Cherry mengajaknya berbelanja bersama. Cherry membutuhkan hiasan rambut untuk dipakai di dunia nyata. Menurut informasi sang gadis, ada banyak online-shop yang menggunakan Home. Itulah sebabnya, Hinata menemukan banyak sekali toko, bahkan ada pusat pertokoan segala di sana. Benar-benar seperti kota sungguhan! Keseruan yang membuat Hinata begadang semalaman dan didera rasa kantuk luar biasa pagi harinya.

Ketika perjalanan pulang, Hinata harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak kehilangan konsentrasi dan menubruk apa pun di depannya. Memilih menyegarkan mata, sang gadis menghampiri vending machine stasiun sebelum keretanya sampai dan memilih sekaleng kopi dingin.

"Sakura, ayo cepat!" Seorang gadis berambut pirang berlari melewati Hinata. Tampaknya sang gadis nyaris ketinggalan kereta.

Namun, bukan itu alasan kenapa Hinata terbelalak lebar saat ini. Alasan dirinya tidak berkutik sedikit pun adalah sosok yang berlari menyusul gadis pirang. Gadis itu memiliki rambut merah muda sebahu yang menari seiring gerakan kakinya. Hiasan rambut berbentuk bunga matahari terpasang di sisi kanan kepalanya. Hinata menyadari bahwa hiasan itu adalah hiasan yang dibeli Cherry saat mereka berdua berbelanja bersama.

'Cherry?!' Batin Hinata terkejut.

Hinata mengikuti arah sang gadis. Keduanya telah masuk ke dalam kereta dan Hinata bahkan tidak bisa mengeluarkan suaranya untuk berteriak. Gadis berambut indigo takut dia memanggil orang yang salah. Namun, dia yakin bahwa gadis tadi adalah Cherry! Cherry sepertinya memang menggunakan avatar sosok asli.

Hyuuga sulung menghela napas. Apakah dia bisa bertemu kembali dengan gadis tadi? Hinata ingin berteman dengan Cherry di dunia nyata. Mereka berdua memiliki kesukaan yang sama dan Cherry merupakan gadis ramah yang dikenalnya di Home. Kembali meneguk kaleng kopi, sang gadis terdiam saat mendengar suara ribut-ribut menuju ke arahnya.

"Sasuke-kun, maukah kau berkencan denganku?"

"Tidak! Sasuke-kun harus berkencan denganku!"

"Sasuke-kun, aku akan membuatkan bekal untukmu!"

"Mana sudi sasuke-kun memakan bekal buatanmu!"

Bola mata sang gadis menatap beberapa siswi SMA tengah mengerumuni seorang pemuda berambut hitam dengan tubuh tinggi dan atletis. Pemuda itu tampak tidak tertarik dengan gadis-gadis yang berusaha menarik perhatiannya. Dia terus berjalan menuju peron. Hinata tidak terlalu tertarik dengan keramaian yang disebabkan sang pemuda dari sekolah lain beserta penggemarnya. Meski dalam hati, pemandangan itu mengunci penglihatannya. Siapa pun tidak mungkin tidak berdebar melihat paras sang pemuda, pikir Hinata. Namun, Hinata tidak ingin bertingkah berlebihan, apalagi menjadi salah satu dari penggemar sang pemuda. Dunia mereka jauh berbeda. Pemuda seperti itu pasti sangat populer di mana saja. Hinata bukannya tidak populer. Gadis itu pun memiliki beberapa penggemar karena wajah manis, kebaikan, dan kepintarannya. Namun, tidak sampai menimbulkan kegaduhan seperti pemuda tampan tadi.

Kepala Hinata kembali mengarah ke depan. Kegaduhan yang laksana badai itu sudah berlalu. Sepertinya gadis-gadis itu ikut masuk ke kereta yang ditumpangi sang pemuda. Namun, itu bukanlah urusan Hinata. Yang menjadi urusan Hinata adalah bahwa dia ingin kembali ke rumah dan membuka situs Home. Dia ingin lekas bercengkrama dengan Cherry, Toneri yang belum dilihatnya, Ramen, dan … Chidori. Hinata bisa saja membuka situs itu di sini. Namun, Shizune bilang situs tersebut adalah situs istimewa dan rahasia. Kecuali menemukan sendiri atau diajak bergabung oleh pengguna lain, tidak banyak orang yang bisa membuka akses menuju Home.

Sosok sang gadis beranjak ketika mendengar pengumuman bahwa keretanya segera datang. Gadis itu lantas membuang kaleng kopi yang masih bersisa ke tempat sampah terdekat.

Hinata berusaha mengulum senyum seraya berjalan menuju peron. Dirinya tengah membandingkan pemuda tampan tadi dengan imajinasi sosok Chidori di dunia nyata.

'Chidori mungkin saja menatap iri pada kepopuleran pemuda barusan dan merutuki sifat pemalunya,' pikir Hinata.

'Aku … ingin segera kembali ke Home.'

To be continued


—Terima kasih sudah membaca fanfik ini!

(Grey Cho, 2016)