Salam kenal, saya AuRi Penghuni baru di fandon KnB. Setelah setahun lebih hiatus dari dunia tulis-menulis saya mencoba kembali membawa sebuah karya sederhana. Maaf kalo alur sedikit berantakan, sudah lama sekali tak membuat cerita. Paling tidak semoga tulisan ini bisa sedikit menghibur.

** catatan : Anggap saja Mpreg sudah biasa di dunia ini, GoM sekolah di Teiko dari SMP hingga SMA (saya suka seragam putih biru hitamnya) dan Kagami juga masuk ke Teiko saat SMA.

.

.

.

'Kecelakaan' dalam tanda kutip tentunya.

Tidak mengherankan jika hal itu dialami oleh Aomine Daiki yang terkenal mesum dan suka membawa majalah porno bergambar gadis berdada tumpah-tumpah kemanapun dia pergi. Atau pada Kise Ryouta sang model terkenal, dengan jumlah fansgirl bejibun dan punya banyak pacar sexy yang rela diperlakukan apa saja.

Tapi kenyataanya masalah ini malah menimpa sang murid teladan Akashi Seijuuro. Ketua OSIS, kapten Klub Basket, selalu ranking satu dalam peringkat paralel kelas, punya wibawa, menjadi kesayangan para guru dan diidolakan sebagai sosok anak sempurna bagi para orang tua. Rupanya pepatah lama 'air tenang menghanyutkan' memang benar adanya.

Apalagi jika dikaitkan dengan seorang pemuda dengan hawa keberadaan super tipis bernama Kuroko Tetsuya, dibalik muka teflon minim ekspesi. Seringkali jalan pikiran dan perilakunya benar-benar diluar dugaan. Sungguh tidak pernah disangka, saat masih duduk di kelas 2 SMA dan umurnya baru 17 tahun dia akan berkata "Aku hamil, Seijuuro-kun."

.

'Baby Accident'

AkaKuro fanfiction

By. AuRi

Kuroko no Basuke Fujimaki Tadatoshi

Chapter 1. Pernyataan

.

Mata dwiwarna melebar, hanya bisa menatap pemuda di hadapannya dalam diam, kehilangan kata-kata. Meski sudah mengenal pemilik rambut biru muda itu sejak kelas 2 SMP, tetap saja banyak hal tak terduga yang dia temukan.

Hembusan nafas panjang terdengar, memecahkan suasana sunyi di ruangan ketua OSIS yang mewah dan serba merah, "Aku paham jika kau marah aku melarangmu minum vanila milkshake, tapi jangan bercanda seperti itu Tetsuya."

Meski ekspresi muka masih sedatar triplek, namun kilat kesungguhan terpancar di mata beningnya "Aku sudah mencoba sebelas tespack yang berbeda, dan semua hasilnya positif ". Sebuah bungkusan plastik cukup besar dikeluarkan dari saku celana, isinya ditumpahkan diatas meja kayu jati berpelitur merah tua.

Berbagai bentuk benda terbuat dari plastik keluar, ada yang persegi, ada yang berbentuk pipih panjang, semuanya sama menampilkan hasil dua garis merah atau tanda plus berwarna pink. Kesimpulannya satu, POSITIF - HAMIL.

Menjatuhkan pantatnya diatas kursi putar empuk yang juga berwarna merah, Akashi Seijuurou memijit pangkal hidung sambil memejamkan mata. Melihat reaksi itu Kuroko Tetsuya langsung angkat bicara "Seusai pertandingan tiga bulan lalu aku sudah bilang tidak mau, karena kita tidak membawa pengaman. Tapi Seijuuro-kun terus memaksa"

"Itu karena kupikir kau sudah rutin meminum obat pencegah kehamilan."

"Jadi sekarang Seijuuro-kun menyalahkanku? Karena aku lupa meminum obatnya?" kali ini dengan nada bicara yang tinggi, sepasang alis biru muda mengerenyit tajam.

Mata merah dan emas sontak terbuka, menjulurkan tangannya untuk meraih jemari pucat yang terasa dingin dipegang, "Tidak Tetsuya... dalam masalah ini aku yang salah karena sudah ceroboh..." dan jari dingin itu mengepal.

Akashi menarik tubuh Kuroko dengan kuat, membuatnya tepat terjatuh di pangkuan. Kursi empuk berderit karena terlalu sering digunakan untuk menyangga beban berat dua manusia, Suara yang keluar biasanya terdengar merdu dengan ritme stabil, tiap mereka menyalah gunakan fungsi kursi untuk tujuan kenikmatan duniawi. Tapi kali ini saat kursi itu benar-benar digunakan sesuai fungsinya deritan itu terdengar mengganggu.

Dua lengan kurus melingkar di leher, kepala berambut halus dibenamkan di pundak. "Aku bingung... Ini sangat menakutkan..." tubuh dalam pelukannya terasa bergetar.

Akashi mengusap punggung itu lembut, mengecup helai rambut beraroma vanila penuh sayang. "Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja Tetsuya, aku akan tanggung jawab..."

Sekarang semua jelas bagi sang kapten, kenapa belakangan ini kekasihnya sering sekali muntah, terlihat pucat lesu, selalu mengeluh sakit perut sehabis latihan. Semula dia kira penyebabnya adalah konsumsi berlebih minuman dingin manis penuh lemak yang bernama Vanila Milkshake. Ternyata selama ini dugaanya salah, sungguh Akashi merasa gagal sebagai seorang pacar yang baik, karena bahkan tidak menyadari perubahan pada tubuh kurus Kuroko.

Beberapa menit berlalu, mereka tetap dalam posisi yang sama. Dalam diam mencari rasa nyaman dan aman pada diri sang terkasih. Meski begitu otak Akashi terus berpikir tentang rencana kedepan, perlahan telapak tangannya menelusup masuk kedalam blazer Kuroko.

Mengelus, mencoba merasakan perubahan pada perut yang ternyata masih datar, untuk sementara tidak akan ada yang menyadari jika si rambut biru muda itu sedang hamil. Berarti dia masih punya waktu beberapa bulan untuk menyusun rencana dan persiapan, sampai nantinya perut Kuroko akan mulai terlihat bulat berisi.

Memikirkan ada bayi didalam perut sang kekasih entah kenapa membuat sebuah pemikiran muncul di otak cerdasnya 'Jika kami punya anak, maka Tetsuya tidak akan pernah bisa berpisah denganku. Selamanya akan ada disampingku!' mengeratkan pelukannya, Akashi mulai menyeringai lebar.

Hingga si biru muda kembali membuka mulutnya "Kurasa sebaiknya dikeluarkan saja,"

Seketika nafas Akashi tercekat "Maksudmu aborsi?" sepasang mata berbeda warna terbelalak lebar, "Kau serius?" tanyanya tidak percaya. Pundaknya terasa diremas kencang dan sosok dalam pangkuanya mengangguk.

"Sebelum perutku semakin membesar dan semuanya akan jadi lebih sulit..." gumam kuroko lirih, menggigit bibir dan menunduk dalam.

"Apa kau tahu itu akan sangat berbahaya? Kau paham resikonya?" entah kenapa mendengar sang kekasih ingin menggugurkan anak mereka membuat dada Akashi sesak.

"Aku takut Seijuuro-kun... kalau terus begini aku tidak sanggup... aku belum siap melahirkan anak ini... ki... kita masih sekolah..." dari suaranya saja bisa jelas terdengar betapa putus asa dan bingungnya Kuroko Tetsuya. Wajah yang biasa datar tanpa ekspresi, kini tampak menderita, basah oleh air yang meleleh dari kedua mata.

"Sssh... jangan bicara seperti itu Tetsuya, melihatmu seperti ini membuat hatiku sakit." Kedua tangan digunakan untuk menangkup wajah, berusaha menghapus air mata dari pipinya. Tapi pemilik rambut biru muda itu terus menangis bahkan mulai terisak keras.

Akashi kembali merengkuhnya erat "Jangan menangis... aku pasti akan mencari jalan terbaik untuk kita... aku ada bersamamu, kita hadapi ini bersama. Percayalah padaku ya?". Kuroko cuma bisa mengangguk, tanpa bicara apapun lagi balas memeluk kekasihnya dengan sangat erat.

Sementara Akashi Seijuuro merasa dunianya sudah jungkir balik. Meski ingin langsung menolak ide itu, namun kondisi emosi Kuroko saat ini tidak memungkinkan untuk diajak bicara. Tetapi dia akan tetap mencari cara, agar Kuroko mau dan siap untuk mempertahankan anaknya. Karena sang bayangan yang telah menjadi miliknya tidak akan pernah Seijuuro lepaskan.

.

.

Sore itu untuk pertama kali setelah beberapa minggu, Akashi memanggil semua anggota GoM++ untuk berkumpul. Butuh dua tanda plus demi mewakili Momoi Satsuki dan Kagami Taiga yang sudah menjadi anggota reguler kelompok anak berbakat yang juga berstatus sebagai pengikut bos Akashi.

Mereka diundang untuk sebuah rapat penting, lokasinya di ruang ketua OSIS yang sudah dirombak seperti kantor CEO perusahaan besar. Lengkap dengan sofa panjang berlapis kulit, karpet bulu halus, hiasan lukisan bergaya Renaissance, lemari pendingin di sudut ruangan berisi berbagai jajanan dan sajian makanan kecil. Satu set peralatan minum teh dari porselen terbaik tertata apik diatas meja kayu jati asli, menyebarkan bau harum Darjeeling yang menggoda.

"Tumben memanggil kami kemari Akasichii, ada apa gerangan? Dimana Kurokochii?" tanya model berambut pirang sambil berkeliling meneliti seluruh ruangan, mencari keberadaan sang phantom yang tampak absen.

"Kalau kau mau menyuruhku lebih rajin datang ke latihan klub basket, aku menolak. Sekarang aku sudah bergabung dalam Klub tidur siang diatas atap." ujar pemuda berkulit gelap yang sekarang bertambah gelap gara-gara sering kepanasan saat tidur siang sekaligus berjemur di atap sekolah.

"Hah! Dasar Ahomine, pasti kau tak berani datang ke klub basket karena kalah dariku kan!" Kagami Taiga berteriak keras sambil menyeringai lebar.

"Apa katamu Bakagami!? Apa aku salah dengar? Kalah darimu? Jangan mimpi!" dan kedua ace terkuat tim basket Teiko ribut berdebat.

"Heii! bisakah kalian berdua berhenti betengkar!?" protes Momoi Satsuki satu-satunya gadis diruangan, tapi dia tidak diperdulikan hingga akhirnya memilih untuk ngambek di ujung sofa.

Murasakibara Atsushi tampak tidak perduli pada semua keributan itu, karena sedang asyik mengamati isi kulkas. Memilah jajanan yang enak, tapi memutuskan untuk mengambil semuanya lalu mulai makan dengan penuh hidkmat.

Sementara Midorima Shintarou tampak gelisah, sambil membenarkan letak kacamata dia angkat bicara "Apapun alasanmu memanggil kami kemari tolong cepat sampaikan, aku sudah janji dengan Takao dan dia sedang menungguku... Bukan berarti kami kencan ya, dia yang memohon padaku untuk menemani belanja, nondayo..."

WUSHH! JLEBB!

Sebuah gunting merah melayang menancap diatas meja, tepat diantara cangkir teh yang berjajar rapi. Membuat lubang cukup besar diatas permukaan kayu mengkilap, namun Akashi tidak perduli jika meja mahal itu rusak, tatapan matanya mengintimidasi.

Menyadari sang bos mulai kesal, keenam kepala berbeda warna langsung terdiam, duduk rapih diatas sofa siap mendengarkan perintah. Takut bila ujung runcing gunting menancap dan membuat bocor isi kepala.

"Aku memanggil kalian kemari karena ada hal penting yang ingin kubicarakan, tidak... lebih tepatnya jika aku ingin minta pendapat dan bantuan kalian..."

Seketika wajah kelima pemuda memucat, minta bantuan? Biasanya itu berarti memberi tugas yang sangat berat hingga membuat mereka mau mati. Sedangkan minta pendapat? Jangan sampai mereka salah bicara, jika tidak gunting pasti menyambar. Hanya satu-satunya gadis diruangan itu yang tampak tenang memperhatikan dengan penuh minat.

Melihat raut pucat mereka Akashi menghela nafas panjang. "Tenang saja, aku tidak akan memberi kalian hukuman. Karena masalah ini sangat penting dan berkaitan erat dengan Tetsuya."

Mendengar nama sang phantom disebut, lima pemuda merasa lega. Karena jika berkaitan dengan Kuroko, sang raja merah biasanya akan menjadi lebih lunak. "Tapi semua pembicaraan yang kalian dengarkan hari ini adalah rahasia, jika tidak..."

CKRISS!

Akashi mengambil gunting yang tadi menancap di meja, menggerakannya perlahan sambil tersenyum lebar, sukses membuat semuanya mengeluarkan keringat dingin.

.

Singkat cerita, Akashi menceritakan masalah yang dialami. Mulai dari Kuroko yang ternyata sedang hamil dan keinginanya untuk aborsi. Sukses membuat enam manusia dihadapannya menjadi kaku membeku, bahkan seorang Murasakibara sampai berhenti mengunyah dengan mulut ternganga lebar.

Hingga sebuah suara tangisan pecah "Huweeeee Kurokochiiiii... Malangnya nasibmu! oooh tidak! Kau sudah dinodai oleh manusia terkejam yang ada didunia ini!"

"Bukan itu masalahnya Baka! Bagaimana aku tidak tahu kalau Tetsu sudah berbuat sejauh itu!? Kalau aku tahu, pasti akan kuajari cara agar dia tidak kebobolan!"

"Kuroko... Astaga, bagaimana bisa aku kalah jauh darinya, bahkan pacar pun aku tidak punya..." gumam Kagami yang merasa sangat ngenes karena jomblo.

"Chk... Sudah kuduga peruntungan Aquarius memang sedang buruk akhir-akhir ini, seharusnya dia selalu siap dengan lucky item setiap hari."

"Wah, Akachin dan Kurochin mau punya bayi? Pasti yang lahir nanti akan sangat gembul dan lembut..." ujar Murasakibara yang entah kenapa mulai ngiler, mungkin karena dia membayangkan bayi yang lembut seperti marsmalow.

GABRUGH!

Tapi yang paling mengejutkan dan membuat Akashi urung menancapkan guntingnya dikepala para bawahan adalah, pingsannya seorang Momoi Satsuki hingga jatuh terguling di lantai. Semuanya menjadi panik, apalagi saat melihat dari hidung gadis itu mengeluarkan darah segar.

"Sepertinya ini terlalu berat untuk otak fujoshi Satsuki," gumam Aomine sambil mengorek kuping dengan jari kelingking.

~Bersambung~

Maaf kalau masih banyak kesalahan untuk chapter satu ini, jadi mohon kritik dan saranya.

Salam AkaKuro

AuRi15