'YOU ARE MINE'

MarkHyuck Mainpair

MarkRen / NoMin Slight

bxb, boys love, yaoi

typo(s)

drama, angst (gagal), hurt-comfort (gagal)

Summary : Entah apa namanya, tapi ini jelas terjadi. Nyata dan tidak tahu kapan akan berujung.

desclaimer : ASLI AKU PINJEM AJA KOK MEREKA EHEHE INI CERITA JUGA MURNI DARI OTAK KOTORQ HEUHEUHEU

.

.

.

.

Malam terus menyapa, waktu juga hampir menunjukkan dini hari namun lelaki dengan setelan jas mahalnya masih bergegas memasuki gedung bertingkat belasan tersebut dengan tergesa seakan tak ada hari esok untuk dia temui. Sepatu pantofel mahal nya mengetuk lantai dengan nyaring memasuki lift, menekan tombol berangka 7 dengan terburu-buru dan menunggu dengan wajah gusar tapi tak menghilangkan ketampanannya.

Ting

Pintu lift terbuka perlahan, dengan segara lelaki tersebut berjalan keluar tanpa menoleh sedikitpun, tujuannya hanya satu yaitu pintu berwarna coklat tua bernomorkan 233. Dengan perlahan ia membuka pintu tersebut dan masuk kedalamnya tak lupa melepas sepatu yang sedari tadi membungkus kakinya. Ia berjalan terus ke dalam dan menemukan pintu bercat coklat yang lebih muda dari pintu depan dan membukanya perlahan, berharap tak membangunkan yang ada di dalam.

"Mark-"

Ya, lelaki itu bernama Mark, Mark Lee. Tampan, kaya, dan tentunya masih muda, berusia 27. Direktur utama di Lee Company, bergerak dibidang perhotelan mewah yang tersebar di seluruh Korea Selatan, juga dibidang fashion dengan mengepakkan sayapnya di USA dan tentunya Korea Selatan sendiri. Benar-benar penuh percikan harta.

"Dari mana? Apa kau terbangun?" Mark menghampiri pemuda yang memanggilnya tadi dengan segera.

"Aku mengambil air di dapur dan yah aku belum tidur" Pemuda bersurai gelap itu menundukkan kepalanya, ada gurat lelah di wajah seputih porselen miliknya.

"Maafkan aku, aku tau kau menungguku. Aku bahkan sudah memintamu untuk tidur lebih dahulu, tapi kau selalu keras kepala." Mark berkata dengan mengusap pipi pemuda yang lebih pendek darinya dengan pelan.

"Iya aku tau, tapi aku tidak bisa. Aku selalu terbayang apakah kau sudah selesai disana? Apakah kau sudah makan, apakah kau sudah membersihkan dirimu, dan banyak lagi 'apakah-apakah' yang lain. Aku benar-benar memikirkanmu"

Terdengar tawa kecil Mark, "Astaga Renjun, aku sudah berkata padamu untuk tidak mengkhawatirkanku, tapi kau terlalu keras kepala. Kalau begini aku jadi ingin memelukmu. Kemari aku akan memelukmu" Mark merentangkan kedua tangannya, menunggu sambutan kedua lengan milik Renjun.

Renjun memeluknya erat di pinggang dan menyenderkan kepalanya tepat di pundak kanan Mark membuat yang dipeluk merasakan nyaman dan tenang diwaktu yang bersamaan.

"Kau selalu berkata padaku untuk pulang lebih awal, tapi kau selalu bertindak sebaliknya. Aku benci itu" Renjun melepaskan pelukannya dan menatap Mark dengan pandangan sedikit kecewa.

"Renjun, kita sudah sering membahasnya bukan? Aku memiliki pekerjaan lebih akhir-akhir ini, apalagi pembukaan cabang di Chicago seminggu lagi, itu benar-benar menyita waktuku. Kumohon mengertilah Renjun" Mark berkata dengan pelan berharap Renjun mau memahaminya, sungguh apa yang dikatakan Mark memang benar adanya. Pembukaan cabang sebentar lagi jadi sudah dipastikan tak ada waktu untuk berleha bagi seorang Direktur muda seperti Mark ini.

Renjun menghela nafas pelan, dia sudah tahu alasan yang akan Mark katakan tapi, "Baiklah aku mengerti" dia hanya berusaha tetap tenang.

Mark tersenyum cerah, mendekatkan dirinya kearah Renjun dan menciumnya tepat di dahi, lama, sangat lama, bahkan sampai Renjun membuka mata dan bergerak sedikit gelisah. Mark menjauhkan kepalanya dan kembali menatap Renjun yang sudah lebih dulu menatapnya.

"Jja~ mari kita tidur, aku tahu kau benar-benar mengantuk, tapi biarkan aku membersihkan diri terlebih dahulu" Mark menarik perlahan tangan Renjun dan yang ditarik hanya mengikuti dengan perasaan yang tidak menentu.

'Aku percaya padamu, Mark'

..

2 minggu sudah terlewati, terhitung dari hari dimana Mark pulang larut untuk terakhir kalinya karena setelahnya Mark pulang tepat waktu.

Pagi ini Mark terbangun tepat disamping Renjun yang masih terlelap. Wajahnya benar-benar terlihat lelah Mark jadi tidak tega membangunkannya, jadi dia berniat untuk menarik selimut itu naik sebatas leher agar Renjun tetap terlelap, lalu dengan perlahan Mark turun dari ranjangnya menuju nakas besar di sudut ruangan dan mengambil ponselnya untuk melihat notifikasi yang masuk dan membacanya dengan perlahan.

Matanya bergerak menelusuri seluruh pesan dan email yang masuk secara detail, sebagian besar berisi mengenai pekerjaan beberapa sisanya hanya ucapan selamat atas dibukanya cabang baru di Chicago seminggu yang lalu.

Mata Mark terus membaca sampai pesan terakhir yang ada di kotak masuknya membuatnya mengembangkan senyum. Tak menyangka ekspektasinya berubah menjadi realita.

[From. Hxxx]

'Apakah kau serius waktu itu? Kalau iya, aku menerima tawaran makan malammu, Mark.'

Dengan segera Mark mengetikkan pesan balasan kepada si pengirim dengan raut wajah sulit diartikan.

[To. Hxxx]

'Aku serius. Bertemu di XXQ Cafe pukul 7, aku menunggumu.'

Setelahnya Mark bergegas ke dapur, dia akan membuat sarapan kali ini karena hatinya tiba-tiba menghangat, entah kenapa. Mark memasak sembari bersenandung kecil yang terdengar begitu bahagia, membuat Renjun yang sudah bangun sedari tadi hanya memperhatikannya memasak dengan penuh pertanyaan. Sepertinya Mark bahagia ya.

Renjun memilih untuk mendekati Mark yang sibuk membuat sarapan. Dia berjinjit dan mendekatkan bibirnya untuk meraih pipi kiri Mark dengan tiba-tiba.

Cup.

"Morning Mark"

"Morning too~ apa yang ingin kau makan untuk sarapan kali ini?" Mark berkata dengan mata yang terus terfokus pada penggorengan.

"Apa saja yang kau masak akan aku makan"

"Baiklah kalau begitu, kau mandilah dulu biarkan aku menyelesaikan ini" Mark berkata dan diakhiri kecupan di pipi Renjun sebelum kembali fokus pada masakannya.

"Baiklah aku mandi dulu, byee Mark" Mark menyahut dengan deheman dan kembali memfokuskan dirinya ke penggorengan.

"Sarapan kali ini benar-benar luar biasa, kau memasak banyak sekali dalam hitungan menit. Eyyy apa yang terjadi?" Renjun mengerling dan sedikit menggoda Mark. Mark hanya terkekeh dan duduk di seberang Renjun.

"Aku hanya merasa senang pagi ini, jadi aku memutuskan untuk memasak banyak. Kau suka omellet telur buatanku dan juga beberapa bacon panggang. Semuanya untukmu" Mark berkata dengan wink khasnya, membuat Renjun tak dapat menyembunyikan rasa senangnya. Sudah lama dia tidak merasakan quality time di pagi hari bersama Mark seperti ini, ingin rasanya tak ada hari esok.

"Kau ingin kemana hari ini? Aku akan mengantarmu" Mark berkata dengan mata yang terfokus pada piring penuh omellet di depannya.

"Sepertinya butik. Kemarin eomma meneleponku dan meminta kita untuk segera mengunjungi butik dan memesan beberapa tuxedo untuk pertunangan kita. Dan yah aku hanya berkata iya"

"Baiklah tapi jangan sampai malam, aku harus menemui seseorang malam ini"

"Siapa? Apakah client?"

"Bukan, hanya teman biasa"

"Boleh aku ikut?"

"Tidak, kau di rumah saja. Ini urusan lelaki" Mark berkata dengan sedikit nada mengejek.

"Yak! Kau lupa kalau aku ini juga lelaki" Renjun mengerucutkan bibirnya.

Mark tertawa sebentar dan melanjutkan ucapannya, "Kau lelaki diluar tapi wanita didalam" dan sedikit menggoda Renjun tentu saja.

"Terserah kau sajalah Mark" Renjun menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan jalan pikiran Mark, apa yang salah dengan Renjun? Dia juga lelaki, sama seperti Mark, apa yang ada dibalik celananya sama seperti milik Mark juga kok. Begitu saja pakai berkata 'urusan lelaki', Renjun semakin tidak mengerti.

.

.

Panamera Porcshe hitam milik Mark berhenti tepat di depan cafe yang dijanjikannya bersama seseorang tadi pagi. Stylenya kali ini benar-benar berubah 180 derajat dari biasanya. Sweater hitam, celana ripped jeans, dan sepasang sneakers putih miliknya, tak lupa snapback putih juga terpasang apik di kepala sang Direktur Utama Lee Company tersebut.

Kaki jenjangnya melangkah mantap menuju sudut ruangan, tepat di sebelah sana sudah duduk lelaki manis dengan rambut dark orange miliknya sedang menunduk -bermain ponsel-. Mark tersenyuman kecil dan mempercepat langkahnya.

"Haechan?" Mark memanggil lelaki tadi dengan senyum cerah yang disembunyikannya.

Yang dipanggil mendongakan kepalanya dengan mata yang membola -terkejut- saat tahu siapa yang berdiri dihadapannya.

"Hey, kau kenapa? Seperti melihat hantu saja"

"Ah tidak-tidak. Aku hanya terkejut"

"Terkejut? Memang apa ada yang salah?" Mark meneliti kembali penampilannya dari bawah sampai atas, dia rasa tidak ada yang salah.

"Ah tidak Mark, tidak ada yang salah. Duduklah dulu, dan mari kita pesan makanan, aku lapar by the way"

"Ide bagus" Mark mengangguk setuju dan duduk di hadapan Haechan sembari melepaskan topi dan meletakkannya di meja.

"Sudah lama kau menunggu?" Mark memulai pembicaraan selagi menunggu pesanan mereka datang.

"Belum, baru juga datang. Aku sengaja kemari lebih awal agar aku bisa menunggumu"

"Kenapa menungguku? Harusnya aku yang menunggumu seperti pesanku tadi pagi. Makanya, saat aku sudah melihatmu duduk disini aku langsung ingin berlari" Mark tertawa kecil dan Haechan juga ikut tertawa.

"Kau berlebihan Mark, benar-benar tidak berubah ya" Haechan berkata pelan dengan mata lurus menatap Mark, yang ditatap hanya menatap balik tanpa tau arti dibalik tatapan tersebut.

0000

"Apa kau mau berkeliling sebentar setelah ini?" Mark menatap Haechan yang sibuk dengan chocolate pudding miliknya.

"Berkeliling? Boleh saja. Asal kau membelikanku es krim" Haechan berkata dengan mulut yang penuh pudding.

"Ayolah Haechan~ ini sudah malam, kau tidak seharusnya makan es krim di malam hari. Di luar dingin, kau bisa sakit"

"Tapi Mark aku sangat ingin es krim"

"Tidak bisa, kau harus menurut."

Haechan merengut tidak suka, bibirnya mengerucut dan sedikit omelan kecil keluar dari sana membuat Mark mengusak gemas kepalanya.

"Baiklah baiklah, 1 mangkuk es krim dan berhentilah merajuk" Seketika Haechan bisa tersenyum lebar, kapan lagi dia mendapat es krim favoritnya secara percuma 'kan?

Mark dan Haechan berjalan beriringan di tepi sungai Han. Katanya, Haechan rindu tempat ini maka dari itu ia meminta Mark untuk berkeliling di sungai Han saja dan Mark menyetujuinya, jadilah mereka berdua berada disini.

Angin berhembus pelan di sekitaran sungai Han, semakin menambah kesan dingin di sekitar. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, jadi banyak pengunjung yang sudah kembali ke rumah mereka, hanya tinggal beberapa orang saja yang masih setia di sungai Han termasuk Mark dan Haechan tentu saja.

Mark berdehem untuk membasahi tenggorokannya, dia merasa ada sesuatu yang mencekik lehernya sehingga sulit untuk berbicara. Dia gatal tentu saja karena berdiam-diaman seperti ini bukan tipe Haechan, jadi Mark berinisiatif memulai pembicaraannya bersama Haechan.

"Haechan, aku ingin bertanya padamu"

"Tanya saja" Haechan menyahut dengan santai.

"Mmm..." Mark terlihat menimang sesuatu, ragu akan pertanyaannya, "...bagaimana perasaanmu?"

Haechan yang kurang mengerti maksudnya hanya menoleh dengan dahi berkerut meminta Mark untuk berkata lebih jelas.

Mark yang tahu maksud Haechan hanya tertawa pelan dan kembali berkata, "Maksudku, bagaimana perasaanmu saat bertemu denganku setelah beberapa waktu tidak berjumpa?"

"Maksudmu, perasaanku bertemu denganmu saat launching brand terbarumu waktu itu?" Haechan bertanya dengan mulut menggembung, astaga lucunya.

"Iya, dan juga detailnya Haechan" Mark berkata dengan senyum diakhir.

"Ahh baiklah-" Haechan mengerti maksud Mark, dia kembali berucap dengan sedikit antusias mengingat ini pertemuannya dengan Mark secara eksklusif. "Aku senang bisa melihatmu, aku bahkan terkejut saat melihatmu tadi Mark. Kau tahu, kau benar-benar berbeda saat kita bertemu pertama kalianya waktu launching brand fashionmu di Chicago seminggu yang lalu. Kau dengan setelan jas formalmu benar-benar terlihat matching-"

"Jadi maksudmu aku yang sekarang ini tidak matching? Begitu?" Mark memperlihatkan wajah tidak sukanya.

"Bukan begitu Mark" Haechan menghentikan langkahnya membuat Mark juga ikut berhenti.

"Kau benar-benar matching. Sejujurnya, kau membuatku ingin menangis. Kau mengingatkanku saat kita masih remaja, dengan pakaianmu seperti ini, snapback putih favoritmu, kau benar-benar terlihat seperti Mark yang dulu aku kenal-

"-Mark yang dulu selalu menghiburku, dan Mark yang dulu kekasihku, bukan seorang Mark si Direktur Utama" Haechan berkata dengan air mata di pelupuknya. Hatinya menjerit pilu.

Mark tertegun, melihat Haechan berkaca-kaca membuatnya merasa payah. Dia tidak suka dengan Haechan yang bersedih apalagi menangis, dia tidak suka dan dia sangat benci itu.

Mark menarik Haechan mendekat, memegang kedua pundaknya dengan erat, menyalurkan sesuatu yang dia rasakan. Mark menatap manik hitam tersebut dengan memuja berharap melalui tatapan ini maksudnya akan tersampaikan.

Mark mengambil nafas perlahan dan menghembuskannya, bersiap mengutarakan apa yang selama ini mengganjal hatinya dalam sekali waktu.

"Haechan-ah, ini aku Mark, Mark teman kecilmu, Mark si penggemar musik rapp. Mark si penyuka semangka. Mark si ceroboh, usil, bodoh, dan tentunya penyuka senyum manis Haechan-" Mark menarik nafas dalam dan kembali berucap.

"-Juga Mark, kekasih Haechan"

Seketika itu juga tangis Haechan pecah, air matanya keluar tanpa permisi. Dan dia menangis dihadapan Mark tak peduli angin terus berhembus dingin.

...

..

.

TBC / END

Holaa gaesss Aku kembali membawa ff gajeeeeh wkwkw

Gimana? Gimana?

Kasih review plisss

Ini asli karya dari otak bodohku okay T.T

Sebenernya udah lama idenya ada cuma baru sempet nulisnya beberapa waktu lalu hikss TT.TT

Please GIVE ME SUPPORT :vv

..

..

~MARKMARKHYUCK~