Author : XikaNish
Main cast : Xi Luhan | Oh Sehun
Other cast : Xi-Shin (oc) | Xiumin
Genre : Bully | romance | kekerasan | nc-17 (ada kemungkinan 21)
Length : multi chapter
Rating : M
Musim semi sedang menerpa Korea Selatan. Pohon-pohon sakura menampakan daunnya yang cantik disekitar jalanan. Menenangkan sekali saat pertama kali melihatnya. Apalagi pemandangan seperti ini mengingatkan kita pada beberapa tempat dalam dongeng-dongeng. Indah sekali.
Semua orang Korea bahkan turis-turis mengakui keindahan yang ditampilkan pohon-pohon yang sering dianggap sebagai ciri khas orang Jepang.
Disalah satu pohon sakura yang letaknya paling terpencil, terlihat sosok lelaki manis keturunan China. Ia mengelus batang pohon yang sudah banyak goresan-goresan, membuat pohon itu terlihat sangat jelek dibandingkan pohon lainnya.
"Sudah sangat lama sekali aku tidak berkunjung. Aku merindukan tempat ini. Setelah sekian lama, aku ingin meminta maaf pohon sakura. Gara-gara aku kau jadi sangat jelek." Sebuah penyesalan terlontar begitu saja, bahkan tanpa bisa dicegah sebuah senyuman terus hadir diwajahnya. Ia mengalihkan fokusnya kesebuah ukiran huruf hangul yang tertulis 'Luhan'. Namanya.
"Aku akan segera bekerja. Sepertinya sangat menyenangkan untuk merasakan hidup baru. Semoga saja aku akan mendapatkan hal yang baik." Lelaki itu seakan-akan mengatakan semua kepada makhluk hidup. Tapi ia sudah biasa berbicara sendiri seperti ini.
"Luhan gege!" sebuah panggilan cempreng yang ia kenal memengaruhi pendengarannya. Ia menoleh, mendapati sang adik berlari dengan kekuatan penuh.
"Eh, Xi-Shi…" gadis manis yang beranjak remaja menghampirinya, sangat buru-buru. Setelah mendekat, gadis itu jadi ngos-ngosan karena berlari dari rumahnya hingga sampai ketempat yang ia tuju. "Ada apa?"
"Sudah, hah… hah… gege… hah… hah… disini." Dengan nafas yang masih putus-putus, ia berbicara.
"Iya kenapa?"
"Ada yang menelfon. Dari Xiumin gege." Lapor gadis bernama Xi-Shi.
"Apa ini soal pekerjaan?" Xi-Shi mengangguk. "Katanya wawncara besok lusa, jadi gege harus mempersiapkan diri." Lelaki manis itu membulatkan matanya. Masa depan sudah didepan mata. Ia hanya harus melangkah kedepan. Dan ia sudah siap.
.
.
"Jangan gugup Luhan. Ingat semua jawaban yang sudah kau siapkan. Selalu tenang. Ingat semua itu!" ocehan Xiumin seakan angin lalu bagi Luhan. Xiumin itu aneh. Yang diwawancarai saja santai-santai, sedangkan dia repot sendiri.
"Tenang Xiumin! Aku tidak gugup sama sekali. Jadi jangan terlalu heboh sendiri." Xiumin sadar jika ia sangat berlebihan sekarang. Mau bagaimana lagi, Luhan itu sahabat lengketnya.
"Fighting Luhan!" Xiumin mengepalkan tangannya. Tidak berbeda dengan Luhan juga.
"Fighting!" itu mantra kesukaan Luhan. Bahkan hingga mendarah daging di tubuhnya. Karena kata itu menjadi patokannya selama ini.
Dengan langkah percaya diri, Luhan memasuki ruangan yang akan membuatnya merassatertekan setiap detik. Ruangan yang akan menyidangnya habis-habisan. Luhan siap. Apapun yang terjadi Luhan siap.
Karena disinilah masa depannya akan segera ditemukan.
.
Xiumin menunggu diluar ruangan. Keadaannya sekarang bisa dikatakan setengah tidur. Ditemani musik yang ia dengar melalui eraphone, membunuh rasa bosan. Lagu-lagu balada menjadi lagu tidurnya, tidak heran daritadi lelaki imut itu terus-terusan menahan kantuk. Matanya saja sudah berkedip-kedip.
KRIET!
Pintu ruangan temoat dimana Luhan di 'eksekusi' terbuka. Xiumin tidak sadar jika Luhan sudah keluar, terlalu larut akan musik yang ia dengar. Bakan tanpa disadari Luhan sudah berada didepannya, menatap maklum.
"Xiumin…" panggilnya pelan dengan sedikit menggoyangkan bahu Xiumin. Xiumin membuka matanya, terbangun.
"Sudah selesai?" lelaki imut itu langsung menguap lebar-lebar, menggerakan badanya kekiri dan kekanan. Luhan mengangguk.
"Apa mereka menyulitkanmu?"
"Lumayan."
"Bagaimana kalau kita makan siang dulu. Pasti sekarang kau sangat pusing mendengar ocehan mereka." Tawaran yang sangat menarik. Wajah Luhan mengekspresikan bahwa dirinya sangat tertarik. Ia juga lapar sekarang.
Diperjalanan menuju restoran, Xiumin banyak bercerita mengenai perusahaan milik kakak ibunya, atau lebih tepatnya perusahaan yang akan segera memperkerjakan Luhan jika ia lulus dalam tes wawancara.
Xiumin mulai bercerita mengenai seorang Direktur Utama yang masih muda. Yang tak lain adalah sepupu Xiumin sendiri. Cepat atau lambat, ia akan segera dipromosikan sebagai Presiden Direktur jika ia mampu. Luhan yang jadi pendengar setia, hanya akan merespon dengan kalimat-kalimat pendek, atau tidak dengan seruan seperti : "Oh", "Benarkah?", "Begitu, ya?"
"Lu, kau harus ingat sistem di perusahaan ini. setelah diterima kerja di perusahaan kami, mereka akan bertemu direktur utama untuk dimasukan kebagian-bagian yang kosong. Tidak secara asal,tapi betul-betul dicermati. Tapi yang kuharapkan kau tidak jadi sekretaris."
Luhan lumayan bingung kenapa Xiumin tidak ingin ia menjadi sekretaris. "Kenapa? memang ada yang salah dengan pekejaan itu?"
"Tidak ada sih," kilah Xiumin. "Sepupuku itu sangat pemarah dan kejam. Banyak yang tertipu dengan wajah tampannya. Mereka kiraorangtampan itu tidak boleh kejam? Bahkan selama tiga tahun menjabat jadi direktur, sudah hampir lima belas kali ia mengganti sekretaris. Yang paling lama hanya smpai enam bulan."
Mendengar cerita Xiumin, Luhan bergdik ngeri sendirir. Tapi, sekejam apa yang dimaksud Xiumin. Ia bahakan terbiasa menerima perlakuan kejam sejak sekolah menengah atas.
Tapi yang satu ini ia harus menghindarinya. Daripada masa lalu terulang kembali di masa depannya yang diharapkan cemerlang.
Luhan tidak mau.
.
.
Dunia seakan runtuh saat Luhan yang tertawa karena kehebohan tokoh kaetun ditelevisi mendapat telepon dari Xiumin. Mengabarkan jika Luhan lulus. Dan besok ia harus bersiap-siap bertemu sang direktur utama.
Luhan melompat kegiangan saat mendengar kabar baik tersebut. Mengganggu Xi-Shi yang asyik menonton tv. Berkali-kali Luhan menghalangi pandangan adiknya dari muka tv.
"Gege!" kesabaran Xi-Shi menghilang. Tapi bukannya berhenti melompat-lompat, ia malah menarik tangan adiknya hingga berdiri dan mengajaknya ikut lompat-lompatan. Berbagi kebahagiaan bersama.
.
.
Sejak Xiumin mengatakan mengenai watak sang direktur utama, Luhan belajar untuk tidak jadi yang paling mencolok. Ia merasa prestasinya juga biasa saja. Luhan bepikir, karena direktur utama masih muda, ia cenderung memilih seorang wanita. Apalagi Luhan melihat ada seorang wanita cantik dans eksi. Kandidat terkuat.
Baginya tidak ada kemungkinan 0,1% ia bisa jadi seorang sekretaris. Lebih baik menjadi pegawai biasa daripada sekretaris direktur utama.
Luhan juga menjaga sikap dan penampilan agar tidak mencolok amat. Pokoknya hari ini sikapnya biasa saja!
Diantar Xiumin keruangan direktur utama bersama lima pegawi beru lainnya, Luhan langsung ggup. Bahkan saat pintu ruangan itu terbuka, Luhan seperti susah untuk melangkah masuk. Seperti biasa, Xiumin menyemangatinya. Luhan mulai berani masuk.
Lelaki itu lumayan ngeri melihat hampir seluruh perabotan hingga cat dinding berwarna putih. Bagaimana mengatakannya, ya? Sejak menjadi korban pembullyan, Luhan sering disiksa di ruangan yang isinya putih bersih. Makanya ia tidak suka dengan ruangan yang sepenuhnya putih.
Mereka berbaris rapi, sedangkan sang direktur utama duduk membelakangi mereka. Luhan mengambil posisi dibagian paling akhir, ujung kiri tepatnya.
Sang bos memberikan instruksi untuk mengenalkan dirinya. Pegawai baru yang berada di ujung kanan mulai mengenalkan dirinya. Luhan bersyuku aa pegawai baru seorang wanita. Apalagi pegawai baru ayng lain terlihat hebat dan cerdas. Ia merasa minder.
Setelah pegawai keempat memperkenalkan dirinya, sekarang adalah giliran Luhan. lelaki manis itu menarik nafas dan membuangnyaperlahan. Luhan langsung membuka suara.
"Anyeonghaseyo, jeoneun Xi Luhan imnida. Saya lulusan dari Tsinghua university." Tidak lupa dirinya menundukan badan sebagai tanda hormat. Saat ia menundkan badannya, Luhan merasa jika kursi yang dipakai sang os bergerak memutar. Entah knapa ia merasa, direktur muda itu menatapnya. Luhan tidak 'ge-er'. Tapi gugup.
Dengan perlahan, ia menegakan adannya. Dan satitulahLuhan hampir serangan jangtung. Bahkan ia merasakan jiwanya meninggalkan tubuh. Ia bertatap muka dengawn wajah tampan itu. wjah yang selalu terbayang dimimipi buruknya. Sorot tatatapan tajam seakan mengulirinya habis-habisan. Tubuh tinggi tegap yang membuatnya merasa seperti kurcaci.
Badannya bergetar, bahkan sekarang ia menjadi kaku untuk bergerak. Ia masih merasa sangat takut sekarag. Sama seperti lima tahun yang lalu.
"Rupanya aku tidak perlu berbasa-basi lagi untuk mendapatkan sekretaris." Suara menakutkan it kembali menerpa Luhn. Perasaannya langung idak enak.
"Kau… Luhan-ssi.." ia bahkan tanpa sadar menahan nafasnya. "Selamat karena telah terpilih menjadi sekretaris Oh Sehun!"
Bagi Luhaan itu terdengar seperti : "Selamat datang di hari penuh penderitaan, Xi Luhan!"
TBC
fanfiction ini sempat publish di blog pribadi. sengaja aja post di sini.
