Ketika penderitaan dan kesedihan datang. Bersyukurlah. Karena itu artinya, kebahagiaan akan menjumpaimu setelah ini. Teruslah berjuang demi hidupmu, demi mimpi-mu dan demi cinta-mu.
Jika kau yakin dia takdirmu. Tetaplah percaya. Dan teruslah percaya akan hal itu. Karena itu yang akan membuatmu tergerak untuk menemukan cinta sejatimu itu…
Love, Love, Love!
Naruto selalu milik Masashi Kishamoto
Story by EmJe
Rated T
SasuSaku
Warning : Typo, OOC.
"Dokter, aku mohon selamatkan adikku, dok!" pinta lelaki yang tengah gusar tersebut, bisa kupastikan dia adalah anggota keluarga dari seorang pasien yang baru saja memasuki ruang UGD. Pasien tersebut mengalami pendarahan di otaknya akibat kecelakaan hebat yang terjadi beberapa saat yang lalu. Wajahnya berlumuran darah. Kondisinya kritis. Dokter segera menanganinya.
Di ruang tunggu, Nampak pemuda tadi. Ia masih menunggu. Cemas, gusar dan khawatir dengan kondisi pasien yang sekarang tengah berjuang antara hidup dan mati. Ia duduk. Pandangannya kosong. Berkali-kali ia melihat arlogi yang menghiasi tangannya. 01.13 A.M.
Drep drep drep drep..
Suara langkah kaki dari arah kanannya mengalihkan perhatiannya. Seorang wanita cantik datang menghampirinya. Itachi yang melihatnya kemudian bangkit berdiri membungkukan badannya ke arah wanita itu.
Itachi hanya diam. Dia menatap wanita tersebut. Wanita itu tampak panic. Matanya sudah berkaca-kaca. Itachi tak tahu harus mengatakan apa.
"B-bagaimana, bagaimana keadaan Sasuke?" suara wanita itu terdengar bergetar.
Menyadari arti kebisuan Itachi wanita itu akhirnya menangis. Tak kuasa Itachi melihat wanita yang disayanginya itu menangis, ia kemudian memeluk wanita itu, berusaha menenangkannya. Wanita itu masih menangis dipelukan Itachi.
"Ibu, tenanglah. Sasuke pasti selamat. Sasuke pasti kuat melewatinya," Itachi mengelus punggung wanita yang merupakan ibunya tersebut.
Mikoto terus menangis. Dia begitu mengkhawatirkan Sasuke.
"Ibu, kumohon tenanglah," Itachi melepaskan pelukannya. Ia mengusap air mata yang sedari tadi membasahi pipi lembut ibunya itu.
Mikoto masih terisak. Itachi mendudukannya ke kursi.
"Ibu tunggu di sini sebentar. Aku akan carikan minum untuk ibu," ucap Itachi.
Mikoto hanya menahan lengannya. Ia menggelengkan kepalanya. Itachi mengerti. Ibunya lebih membutuhkannya disini. Lalu Itachi duduk di samping Mikoto. Menunggu Sasuke menjalani operasi.
1 setengah jam kemudian…
Ceklek.
Suara pintu terbuka, dokter pun keluar dari ruang operasi tersebut. Nampak Itachi dan Mikoto langsung bangkit untuk menanyakan keadaan Sasuke sekarang.
"Operasi berhasil. Tapi kami belum bisa memastikannya sampai pasien siuman. Kepalanya mengalami benturan dan pendarahan hebat. Kita harus menunggunya siuman." Jelas dokter yang telah menangani Sasuke itu.
Mikoto hanya mengangguk kecil. Setidaknya Sasuke sudah berhasil melewati masa kritisnya.
"Ikut aku ke ruanganku. Ada yang ingin aku diskusikan denganmu," ucap dokter paruh baya itu kepada Itachi. Dokter itu kemudian pergi, dengan diikuti Itachi dari belakang.
Mikoto langsung melihat keadaan Sasuke. Ia duduk di samping tempat tidur Sasuke. Menggenggam tangan anaknya erat seolah ia tak ingin kehilangan anak yang disayanginya itu.
Sasuke, dia masih sangat muda. Usianya baru 18 tahun. Dan Itachi 23 tahun. Suami Mikoto sudah meninggal saat Sasuke berumur 5 tahun. Bisa dibayangkan, Sasuke dan Itachi tumbuh tanpa sosok seorang ayah. Itulah yang membuat kedua pemuda ini sangat melindungi Mikoto.
.
.
.
Di ruang Dokter Jiraiya.
"Kondisi adikmu sudah sangat parah. Aku tak tahu bagaimana dengan ingatannya, benturan yang sangat keras saat kecelakaan tersebut. Tulang kakinya mengalami retakan, untung tak parah. Tapi ini menyebabkan ia kesulitan untuk berjalan. Jadi dia harus menjalani terapi nanti," ujar dokter.
"…" Itachi hanya diam. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menunduk lemas.
"Kau harus berdoa demi kesembuhan adikmu ini. Sasuke pasti akan pulih," dokter berusaha menenangkan.
Itachi mengangguk. Setidaknya ia masih bisa melihat adiknya hidup. Urusan nantinya tinggal menunggu Sasuke pulih dari tidur panjangnya.
.
.
.
3 hari kemudian…
Jari-jari tangan Sasuke mulai sedikit bergerak. Mikoto yang sedari tadi ada di ruangannya pun menyadarinya. Sasuke akan siuman.
"Sasuke, kau sudah sadar nak?"
"Sasuke," panggil Mikoto berkali-kali.
Sasuke perlahan membuka kelopak matanya yang masih agak berat. Wajarlah. Ia sudah tertidur cukup lama. Sasuke masih bingung, ia tak sadar kalau ia ada di rumah sakit sampai ia menyadari pergelangan tangannya yang dipenuhi jarum suntikan infuse.
Sasuke menatap intens wajah Mikoto yang mulai berkaca-kaca. Mikoto memeluk anaknya, anak yang sangat disayanginya itu. Ia merasa lega, Sasuke sudah siuman.
Itachi yang baru memasuki ruangan Sasuke dirawat, kaget. Ia terkejut melihat kondisi adiknya. Kemudian berlari ke arah Mikoto dan Sasuke.
"Kau baik-baik saja Sasuke?" tanya Itachi
.Mikoto melepaskan pelukannya dari Sasuke.
Suasana hening. Sasuke masih belum berkata apa-apa. Wajahnya datar.
"Hn."
"Syukurlah," Itachi merasa lega bahwa adiknya tidak mengalami gegar otak yang sudah pernah dikhawatirkan oleh dokternya.
"Aku ingin pulang," pinta Sasuke.
"Tapi kau masih harus menjalani perawatan, Sasuke," ucap Mikoto.
"Aku ingin pulang," paksa Sasuke yang hendak bangkit dari tempat tidurnya itu. Tapiiiiii…
"Ahhhh," rintih Sasuke. Dia merasa sakit. Kakinya terasa sakit. Sasuke hanya menatap Itachi. Seolah Itachi harus menjelaskan padanya apa yang terjadi pada diri Sasuke. Kenapa kaki Sasuke tak bisa digerakkan. Kenapa? Kenapa rasanya sangat sakit?
"Dokter bilang, tulang kaki mu mengalami retakan. Tapi kurasa bukan retakan biasa. Dokter harus memeriksanya lagi," jelas Itachi.
Menyadari kondisinya sendiri, Sasuke menunduk lemas. Nampak frustasi.
"Tinggalkan aku sendiri. Aku ingin sendiri," pinta pemuda mata onyx tersebut.
"Ibu masih ingin menemanimu, nak,"
"AKU BILANG AKU INGIN SENDIRI!" bentak Sasuke. Tanpa menatap Mikoto dan Itachi. Dia hanya menunduk. Bisa dirasakan Sasuke menyembunyikan air matanya. Sakit.
Mikoto terkejut dengan perlakuan Sasuke itu. Tapi berusaha memahami bahwa putra bungsunya ini sedang depresi dengan kondisinya saat ini.
Itachi dan Mikoto pun membiarkan Sasuke sendirian di ruangannya.
.
.
.
Keesokan harinya. Di taman rumah sakit. Nampak Sasuke sedang duduk di kursi roda. Wajahnya datar. Pilu. Itachi ada di sana, menemaninya. Tak ada perbincangan. Mereka berdua saling diam membisu.
Drrrttttt…. Drrrttttt.. Drrrttttt…..
Getaran yang berasal dari ponsel Itachi mengalihkan perhatian mereka. Ada panggilan masuk dari kantor.
"Hn," ucap Itachi melalui sambungan telfon.
"Apakah tidak bisa di-cancle dulu?" Ia masih berbincang dengan penelfon tersebut.
"Baiklah, aku akan segera kesana sekarang. Kau bisa katakan pada klien-nya untuk menunggu sebentar," jelas Itachi pada sekretaris pribadinya yang baru saja menghubunginya itu.
Piiip.
Sambungan telfon terputus.
Itachi menatap Sasuke. Dia bingung. Dia tak bisa meninggalkan Sasuke sendirian di sini. Tapi dia juga harus pergi, ada urusan kantor yang penting. Mikoto sedang istirahat di rumah. Ia tak mau ibunya sakit karena sudah menjaga Sasuke semalaman. Makanya Itachi meminta Mikoto untuk istirahat di rumah.
"Pergilah," ucap Sasuke datar.
"Tapi kau…" ucapan Itachi menggantung.
"Aku sudah dewasa. Aku bisa menjaga diriku sendiri,"
"…." Itachi diam.
"Aku akan baik-baik saja," Sasuke berusaha meyakinkan Itachi.
"Hn, aku segera selesaikan urusan perusahaan. Kalau ada apa-apa hubungi aku," ujar Itachi pada Uchiha kedua itu.
"Hn,"
Itachi pun bergegas pergi meninggalkan Sasuke yang masih berada di halaman belakang rumah sakit.
Sasuke diam. Tak ada yang tahu apa yang tengah dipikirkan pemuda bermata onyx ini. Wajahnya datar. Senyumnya hilang. Wajar saja, karena kakinya mengalami cedera yang bisa dikatakan cukup parah hingga ia tak bisa berjalan dulu. Harus menjalani terapi. Tapiii…
Yang membuat Sasuke sedih adalah, bahwa ia tak bisa mengikuti pertandingan basket pekan ini. Padahal pertandingan pekan ini sangat penting. Demi masa depannya. Ini impiannya. Karena pertandingan ini merupakan seleksi dimana pilihan-pilihan atlet berkompeten akan dikirim ke Amerika untuk menjalani pelatihan intens di sana. Sayang, Sasuke tak bisa mengikutinya padahal ini impian dia. Impian dia sejak kecil. Tapi, dia merasa harus mengubur impiannya ini sampai tahun depan, di mana mungkin akan ada kesempatan ini lagi.
Sasuke masih melamun. Di balik pohon yang rindang. Sampai akhirnya dia dikejutkan oleh suara seorang perempuan…
"Aaaahhhhh sebentar. Aku beluuuuuuuuuuummmmmmm," teriak perempuan yang tiba-tiba berlari ke arah Sasuke ini. Sasuke tak mengerti maksud gadis yang tiba-tiba duduk jongkok di samping kursi roda Sasuke
Gadis itu unik. Rambutnya seperti gulali. Manis. Berwarna merah muda pucat. Dia sangat cantik. Tapi apa yang dia lakukan di sini?
"Hei, menyingkir dari kursi rodaku!" bentak Sasuke pada gadis yang masih duduk jongkok di balik kursi roda Sasuke.
"Sssssssttttttt," gadis itu hanya meletakan satu jari dimulutnya tanpa menatap sumber suara tadi. Menyuruh Sasuke untuk tak bersuara.
"Gadis bodoh," ketus Sasuke yang lantas mendorong kursi rodanya untuk berniat meninggalkan gadis aneh itu. Tapi sayang gadis itu menahan kursi roda Sasuke, dan membuat Sasuke tak bisa bergerak dari tempat itu. Sasuke menoleh.
"Iiiihhh. Kau ini bisa diam tidak sih. Aku sedang bersembunyi!" bentak gadis bermata emerald itu. Sakura bangkit dari duduknya, ia berdiri. Menatap mata onyx Sasuke. Emerald bertemu dengan Onyx.
"Kau ini gadis yang aneh. Untuk apa kau bersembunyi di tempatku. Mengganggu saja!" Sasuke tak kalah ketus.
Ini menyababkan keduanya bertengkar. Dan~
"Kak Sakuraaaaaaa, ketemu!" teriak anak-anak kecil yang baru saja berlari ke arah Sakura untuk memeluknya –err lebih tepatnya menangkapnya. Anak-anak itu –dan Sakura mengenakan baju yang sama dengan Sasuke. Itu artinya, mereka adalah pasien di rumah sakit ini.
Sakura yang menyadari kebodohannya itu menepuk jidadnya sendiri.
"Ini gara-gara kau! Dasar pantat ayam! Coba kau tidak menggangguku yang sedang bersembunyi. Aku tak akan kalah main petak umpet ini," omel Sakura.
"Petak umpet? Kau bermain petak umpet bersama anak-anak kecil itu? Dasar orang aneh,"
"Apa!? Kau bilang aku aneh? Kaulah yang aneh! Rambutmu saja seperti ekor ayam. Dan sikapmu sangat menyebalkan. Kau aneeeeh. Orang paling aneeeeeeeeh!" teriak Sakura. Sambil mencondongkan wajahnya ke arah Sasuke. Hingga menyisahkan jarak 5 centi dari wajah bermata onyx tersebut.
"Hei nona. Kau yang lebih aneh. Kau tiba-tiba bersembunyi di balik badanku. Kau mengusikku. Menyebalkan. Kau tau jidatmu itu seperti lahan parkiran!" bentak Sasuke tak kalah gerangnya.
Mereka berdua bertengkar. Tak sadar anak-anak tadi berserta penghuni rumah sakit lain yang sedang berada di taman memerhatikan dua remaja itu. Sasuke dan Sakura sama-sama keras. Tak ada yang mau kalah. Mereka sama-sama terlihat geram dengan ulah masing-masing.
5 menit mereka saling tatap. Tatapan picik dan marah.
Tatapan saling sengit. Mulut Sakura seperti menggumamkan kata-kata, tapi tak terdengar apa yang ia gumamkan. Karena ia hanya berkomat-kamit. Seakan sedang memantrai pemuda yang ada di depannya ini.
Sasuke yang sudah mulai bosan bertengkar. Dia memutuskan untuk menggiring kursi roda yang didudukinya ini untuk pergi dari hadapan gadis aneh ini.
"Heh. Pergi kemana kau? Urusan kita belum selesai. Kau harus minta maaf dulu padaku, bodoh!" teriak Sakura sambil menghentak-hentakkan kakinya di tanah.
Sasuke masih terus berjalan. Meninggalkan Sakura yang masih geram. Tanpa menjawab ucapan sang gadis aneh itu.
"Heiiiiiiiiiiiiiiii bodoooooooooooooooohhhhhhhhh h!"
BUG~
Semua orang yang melihat kaget. Termasuk Sakura yang nganga melihat lemparan sandalnya itu tepat mengenai kepala belakang Sasuke yang sedang berjalan meninggalkannnya.
"Opppsss," Sakura menutup kedua mulutnya.
Sasuke mengambil sandal yang sudah dijadikan senjata untuk memukul kepalanya itu. Dia berbalik. Menatap wajah Sakura yang sudah keringat dingin. Sasuke terlihat datar. Tapi Sakura merasa pemuda yang sedari tadi bertengkar dengannya itu akan mulai mengamuk dan membunuhnya. Hahaha tinggi sekali jangkaun imajinasi gadis berambut soft pink ini.
'Sakura tenanglah. Jangan panik' dalam benak Sakura.
'Oke, mulai menghitung, Sakura'
1
2
3
"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaa," Sakura berlari gesit saat Sasuke mulai berniat menghampirinya.
Dia was-was dengan pemuda yang baru ditemuinya beberapa saat lalu. Karena ulahnya yang membuat pemuda itu geram. Ada sedikit rasa bersalah di hati Sakura. Tapi yang saat ini ada di benaknya adalah 'kabur' menyelamatkan diri dari amukan si rambut pantat ayam.
"Sial," desis Sasuke yang tak bisa mengejar Sakura. Melihat kondisi kakinya yang masih bertumpuh pada kursi roda.
.
.
.
Inilah awal perjalan kisah Sasuke dan Sakura…
To be continued…
Segitu dulu aja yah, ^^
Maaf kalau OOC atau banyak typo bertebaran. Mohon kritik dan sarannya dalam
.
Trimakasih buat yang sudah baca, apalagi yang sudah review.. Sangat sangat sangat berterimakasih Xd
Masih niubie hahaha XD Oke siippp sekian dulu saja. Aku tak mau bawel berlama-lama Hahaha.
Jaaaaa neeeeeee ^^
*kecup basah* wkwkwk xD
