Jam besar di sekolah itu berdentang sebanyak tujuh kali. Menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut akan dimulai sebentar lagi. Namun, hal itu tidak menyurutkan niat para siswa dan siswi untuk segera masuk kedalam ruangan kelas, duduk dengan manis, menunggu guru yang bersangkutan menggeser pintu ruangan kelas mereka dan mengajar seperti biasanya. Mereka masih sibuk saling mendorong satu sama lain, tak terkecuali siswi sekalipun. Mereka sangat ingin tahu, apa yang terpampang di majalah dinding pagi itu, sebuah berita yang sepertinya sedang hangat dibicarakan dari mulut ke mulut oleh beberapa siswa yang sudah beranjak kedalam kelasnya masing-masing.

Pemberitahuan Hukuman.

Lee Sungmin Kelas 2-4.

Siswi tersebut diskors selama satu bulan terhitung dari tanggal 29 Juni.

SM High School.

New Endless Love

©chengminss

Kyumin.

Warning : GS and OOC. dont like dont read.

All of them belong to themselves and GOD. I just borrow their name.

THIS FANFICTION IS REMAKE FROM COMIC "SENSEI I ONCE LOVED" BY SHIRAISHI YUKI. WITH A LITTLE DIFFERENT PLOT.

If your heart is weary, and your tears are all dried up. This feeling, is hard to relinquish or forget.

"Halo?"

"Lee Sungmin?" sapa seorang bernada riang di seberang sana. Sosok yang dipanggil Sungmin itu menyunggingkan senyumnya.

"Ada masalah apa hingga kau menghubungiku tengah malam seperti ini?" Sungmin terkikik kecil mendengar gerutuan demi gerutuan yang keluar dari bibir orang diseberang, Kim Ryeowook, sahabatnya.

"Ya! Lee Sungmin! Apa aku hanya akan menghubungimu jika aku berada dalam masalah?! Aku tidak pernah seperti itu!" Bantahan khas seorang Kim Ryeowook berhasil membuat Sungmin sedikit menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya. Ya, ia harus menjauhkan ponselnya, jika tidak ingin pergi ke dokter THT setelah ini.

"Aku hanya bercanda Kim Ryeowook. Kau ini berlebihan sekali." Cibir Sungmin. Belum sempat Ryeowook menyuarakan sanggahannya, Sungmin segera memotongnya."Katakan padaku, apa yang ingin kau bicarakan hingga menghubungiku tengah malam seperti ini?"

"Apa kau ada kegiatan hari Rabu besok? Aku ingin mengajakmu pergi main, bersama Eunhyuk juga!"balas Ryeowook cepat, seakan lupa apa saja kata-kata kotor di otaknya yang pantas ia suarakan pada Lee Sungmin tadi.

"Main?" tanya Sungmin. Berfikir sebentar, melirik langit-langit kamarnya yang berwarna biru awan."Tidak. Sangat merepotkan." Balas Sungmin akhirnya.

"Ya! Sampai kapan kau mau terus diam di rumah seperti ini?! Paling tidak, terimalah ajakan kami, kami hanya ingin mengajakmu bermain!" Teriakan Ryeowook benar-benar membuat Sungmin memutar otaknya dengan cepat, entah harus menerima ajakan tersebut atau menolaknya mentah-mentah seperti yang baru saja ia lakukan pada Ryeowook.

"Baiklah." Desahan nafas panjang dihembuskan Sungmin secara perlahan. Ia tahu, tidak akan ada gunanya jika ia terus seperti ini, tidak akan ada gunanya jika ia terus menutup diri. Ia harus menulis ulang cerita, dengan kertas yang baru, buku yang baru, dan pena yang baru.

Matahari memang sudah menampakkan sinarnya sedari tadi. Burung-burung gereja yang biasa bertengger di pinggiran jendela kamar sudah kembali terbang. Suasana seperti ini sudah bisa dikatakan bukan pagi hari lagi. Sungmin tahu, dan ia sudah berjalan menapaki jalanan perumahan disekitar tempat tinggalnya.

Ini adalah yang pertama kalinya bagi Sungmin. Keluar dari rumah yang selama ini menjadi tempatnya berlindung setelah hal itu terjadi. Hal yang mungkin tidak bisa Sungmin lupakan seumur hidupnya.

Menutup telinga rapat-rapat adalah hal yang harus dilakukan Sungmin. Sungmin tahu, ia akan mendapat banyak cemoohan dari orang-orang disekitarnya. Namun sekali lagi, ia sudah memantapkan hatinya dan hanya akan berusaha untuk menulikan kedua telinganya. Hanya itu yang bisa ia lakukan jika ia ingin kembali membangkitkan hatinya untuk kembali hidup.

"Hey. Barusan itu Lee Sungmin kan? Putri Tuan Lee?" Terdengar suara ibu-ibu yang sedang bergosip dibawah pohon maple yang tumbuh cukup lebat.

'Bersikap seolah telingamu tuli, Lee Sungmin.'Batin Sungmin. Namun telinganya tidaklah tuli dalam arti sebenarnya bukan? Setiap kalimat yang keluar dari mulut mereka, dapat diterima dengan baik di gendang telinga Sungmin.

"Sudah lama tidak terlihat. Kabar itu...katanya ia di skors dari sekolah." Sahut suara yang lain. Sungmin semakin cepat melangkahkan kakinya, meninggalkan tempat itu.

"Ohiya! Hari ini kan hari kerja, memakai baju bebas pula, mau kemana dia?"Sungmin semakin menjauh, hingga suara itu tidak terdengar lagi.

Bersabarlah Lee Sungmin, semakin lama, hal itu tidak akan kembali dipermasalahkan. Berita itu...akan segera dilupakan.

"Huff. Dingin." Sungmin duduk di halte bus sambil terus menggosok kedua telapak tangannya, dan segera membiarkan panas yang masih terasa akibat gosokan itu menjalar disekitar wajahnya. Sungmin menatap bus yang berhenti didepannya. Kapan bus selanjutnya akan datang..Cepatlah...

"Oh! Tunggu! Aku mau naik!"

ZRUKK

"Aduh!" Sungmin meringis merasakan rambutnya tersangkut dengan kuat pada sesuatu yang Sungmin tidak tahu itu apa. Kenapa bisa tiba tiba seperti ini...Menyebalkan!

"Oh! Maaf!" Suara bass itu kembali terdengar. Suara yang tadi sempat Sungmin dengar sebelum rambutnya tersangkut seperti ini.

Rambut Sungmin tersangkut pada zipper tas seseorang yang tidak dikenalnya. Ditatapnya sebentar wajah orang itu, yang membuat pagi Sungmin terasa sangat menyebalkan.

"Uwaa..Tersangkut dengan kuat...Bagaimana ini?!" Orang itu panik dan berusaha dengan cepat melepaskan beberapa helaian rambut Sungmin dari zipper tasnya. Namun sia-sia, rambutnya terlilit cukup banyak, dan semakin sulit untuk dilepaskan.

"Ada apa, anak muda? Ayo cepat!" Supir bus tersebut merengut kesal. Pagi ini agak dingin, mengingat hari ini Korea sudah memasuki musim salju.

"Oh! Maaf." Orang itu semakin panik dan tetap berusaha melepaskan lilitan rambut yang tersangkut.

"Lepaskan...tanganmu..." Sungmin mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang dibawanya.

"Eh?" Orang itu menatap Sungmin bingung.

CRESSHH

"Hei!" Ia berteriak kaget, memandang Sungmin dengan tatapan super terkejutnya.

"Begini lebih baik bukan?" tanya Sungmin, menyisakan beberapa potongan kecil rambutnya ditelapak tangan dan sebagian jatuh ke tanah. "Maaf ya." Sungmin meninggalkan orang yang masih bertahan dengan mimik super terkejut.

"Rambutnya digunting? Mengerikan sekali..." suara dari dalam bus menyadarkan orang itu untuk segera masuk kedalam bus. Ia duduk dan bus segera berjalan.

Ia masih melihat Sungmin berjalan menjauh dari halte bus. Orang itu tidak melepaskan pandangannya dari sosok Sungmin hingga sosok Sungmin seakan benar-benar menghilang dan tidak terlihat lagi dari sudut matanya.

Sungmin menatap lemas wajah-wajah yang sudah berdiri di hadapannya, dan segera menoleh malas ke arah dua yeoja disampingnya yang sudah meringis melihat tatapan tajam Sungmin, Ryeowook dan Eunhyuk.

"Apa ini yang kau maksud dengan 'BERMAIN' Kim Ryeowook?" Sungmin menekankan nadanya pada kata bermain. Sungmin tidak tahu apa-apa. Yang ia tahu, ia hanya akan diajak bermain bersama kedua temannya. Ia tidak tahu...bahwa ia akan dibawa ke arena kencan buta seperti ini. Apakah ini maksud kata 'bermain' dalam artian mereka?

"Waaaa! Jangan marah!" teriak Ryeowook kalut. "Aku mengerti alasanmu tidak mau ikut acara kencan buta seperti ini. Tapi kupikir, sudah waktunya untu mencari cinta baru bukan?" lanjut Ryeowook pelan. Sangat pelan, hingga Sungmin harus menajamkan telinganya.

"Aku tidak akan memaksa!" Eunhyuk menggamit telapak tangan kanan Sungmin yang dingin. "Kami hanya ingin kau sedikit melupakan masa lalu." Eunhyuk tersenyum tulus. Sungmin tahu, Ryeowook dan Eunhyuk melakukan semua itu demi dirinya. Mengerti dirinya yang masih sulit untuk sekedar membuka diri. Selalu ada, meskipun ia sedang berada di level terbawah dalam hidupnya.

"Bolehkah...aku panggil Minnie?" seseorang bersuara membuat Sungmin dan kedua sahabatnya menoleh. Seorang namja berpewarakan tinggi, tampan, dan memakai kacamata yang sekiranya Sungmin adalah kacaata minus. Berpakaian modis layaknya anak-anak muda jaman sekarang.

"Ah...ya..." Sungmin hanya bisa menjawab iya hingga akhirnya namja tersebut menggandeng tangan mungil Sungmin untuk pergi dari tempatnya berdiri dan mengelilingi beberapa wahana taman bermain yang luas ini.

"Kau terlihat lebih dewasa dari umurmu. Aku tidak menyangka kau adalah anak SMA." Namja itu membuka pembicaraan sambil tersenyum manis kepada Sungmin.

Maksudmu...Aku tua? Begitu?Sungmin menggerutu dalam hatinya.

"Mungkin...karena pernah melakukan hal yang orang dewasa lakukan?" Kalimat tersebut seakan menohok hati Sungmin untuk yang kesekian kali. Sungmin menoleh kearah namja yang berani mengutarakan itu secara langsung dihadapannya.

"Banyak orang tahu...Siswa yang hampir pernah melakukan hal yang tidak senonoh di ruang kesenian. Lee Sungmin..."

"Ah maaf. Sepertinya aku ada urusan mendadak. Aku pergi dulu. Sampaikan permintaan maafku pada Ryeowook dan Eunhyuk." Sungmin tersenyum kecil dan berjalan berbalik arah. Rambut panjangnya sedikit berkibar. Rasa sakit itu kembali menyeruak keluar dari dalam relung hatinya. Mengapa namja brengsek itu harus membahas apa yang sebenarnya sangat ingin Sungmin lupakan?

Riuh ramai menyertai perjalanan pulang Sungmin disertai dengan pemandagan sunset yang begitu memukau. Sungmin melangkahkan kakinya menuruni bus dan berjalan menuju rumahnya. Guratan mukanya benar-benar menyiratkan bahwa ia memang sedang tidak dalam keadaan yang baik. Kejadian di taman bermain tadi sukses membuat moodnya turun drastis. Sungmin sungguh menyesal menuruti permintaan kedua sahabatnya, jika pada akhirnya hal inilah yang terjadi.

"Hei.." Sebuah suara kembali menghentikan langkah kaki Sungmin. Familiar dengan suara tersebut, Sungmin menolehkan kepalanya dan berusaha mencari asal suara.

"Aku disini!" Secara tiba-tiba seorang namja tinggi muncul tepat dihadapan Sungmin. Sungmin yang terkejut memundurkan tubuhnya, melangkahkan satu kakinya ke belakang untuk menjaga keseimbangan. Sedangkan namja tinggi itu hanya tersenyum lebar melihat wajah terkejut Sungmin.

Wajah terkejut Sungmin perlahan memudar, digantikan dengan tatapan kesal. Tanpa memperdulikan namja itu, Sungmin berbalik dan mengacuhkan namja yang bahkan tidak dikenalnya. Untuk apa membalas sapaan orang tak dikenal jika hal tersebut hanya akan membuka kesempatan untuk melakukan tindak kriminal. Bukankah kita harus terus waspada dalam keadaan apapun? Meskipun masih siang bolong, tapi tidak seharusnya seorang perempuan membalas sapaan laki-laki yang tidak dikenalnya.

"Tunggu...Hei.." Melihat Sungmin yang tidak perduli dan mengacuhkannya, namja itu bertindak lebih gesit dengan menggenggam tangan kanan Sungmin, mencegah yeoja berambut panjang itu pergi. Sungmin kembali terkejut dan reflek menghempaskan genggaman tangan tersebut. Rahangnya mengatup rapat dan bunyi gemeletuk gigi terdengar. Tangannya mengepal erat hingga buku-buku kukunya memutih. Raut wajahnya sudah tidak dapat diartikan, rona merah terlihat kemudian. Bukan merah yang terlihat merona, melainkan merah karena darah nya naik ke ubun-ubun. Yeoja itu benar-benar dalam puncak kekesalannya.

"Apa yang kau lakukan, huh?!" bentak Sungmin. Namja itu menyeka sedikit keringatnya yang sedikit mengucur di sela-sela rahangnya. Cuaca cukup dingin mengingat Korea yang sedang mengalami musim dingin.

"Kejadian tadi pagi...Aku merasa tidak enak." Namja itu bersuara sambil menatap manik mata Sungmin lekat-lekat. Perlahan Sungmin meluruh meninggalkan wajah marahnya.

'Namja ini...Yang tadi pagi? Zipper tasnya..' Sungmin berfikir keras mencoba mengingat-ingat apa yang sudah terjadi tadi pagi, dan berusaha pula untuk mengingat wajah namja tersebut.

"AHH! Rambutnya jadi tidak rapih!" Namja itu menyentuh helaian rambut Sungmin yang terlihat mencuat, terlihat lebih pendek dari rambut disekitarnya.

Kemudian, hening.. Keduanya terdiam.

"Hei..." Namja itu berhasil membuat Sungmin menghadap kedua matanya kembali. Masih dengan menyentuh beberapa helaian rambut tersebut, ia kembali bersuara. "Kau ini bodoh, ya?"

"Bo-bodoh?! Apa yang kau katakan?! Tidak sopan!" Sungmin mengalihkan wajahnya menghindari kedua mata namja itu. Terlihat kesal, namja itu benar-benar keterlaluan mengatainya bodoh.

"Kalau begitu, kita impas." Namja itu meletakkan kedua tangannya didepan dada. "Kau memotong rambutmu dihadapanku, aku benar-benar terkejut." Lanjutnya.

"Ah..." Sungmin menunduk, membiarkan helaian rambutnya menutupi sebagian pipinya. "Pasti kau terkejut melihatnya, ya. Aku merepotkan orang lain lagi. Maaf membuatmu merasa tidak enak."

Namja itu terdiam. Ada apa dengan yeoja dihadapannya? Yang tadi masih bisa mendengus marah, sekarang terlihat begitu melankolis? Suasana canggung tercipta. Keduanya masih senantiasa terdiam, melayang pada pikiran masing-masing.

"Hei. Kau ada waktu?" Sungmin menoleh begitu namja tersebut kembali mengajaknya berbicara. Sungmin mengangguk pelan. "Kalau begitu, tunggu disini." Namja itu menggiring Sungmin ke kursi panjang halte dipinggir jalan. Sungmin hanya diam dan menurut.

Tak lama kemudian namja itu kembali dengan secangkir coklat hangat di tangannya, menyodorkannya pada Sungmin. "Ini, untukmu." Sungmin menerimanya dengan hati-hati, kemudian namja itu duduk disamping Sungmin. "Bukan sebagai ganti rugi, sih. Itu permintaan maaf atas rambutmu."

Sungmin menoleh dan menatap namja yang terus berbicara tanpa menghadap lawan bicaranya.

"Maaf, aku hanya menemukan itu disekitar sini. Pokoknya, aku minta maaf." Ujar namja itu.

Sungmin merengut. Ia berfikir, apakah namja itu menunggunya disini untuk bertemu dengannya lagi? Untuk meminta maaf? Meskipun cuaca sangat dingin? Bahkan namja itu berlari untuk mengejar Sungmin yang hampir hilang tenggelam dalam lautan manusia yang berlalu lalang?

"Ini...Silahkan." Sungmin menyodorkan kembali secangkir coklat hangat ditangannya, yang sudah disesapnya sedikit pada namja itu. "Cuaca sedang sangat dingin kan?" Sungmin dapat merasakan uap-uap yang keluar dari mulutnya setiap ia berbicara.

Namja itu secara sengaja kembali menggamit telapak tangan Sungmin. Sungmin kembali dibuat terkejut dengan sikapnya yang tiba-tiba. "Aku...Seharian ini berfikiran tentangmu. Apa kita bisa bertemu lagi disini? Di halte ini?" tanya namja itu. "Aku...ingin tahu lebih banyak tentangmu." Lanjutnya.

Sungmin menunduk. "Itu...Mungkin agak sulit. Aku tidak selalu menunggu di halte ini." Ujar Sungmin. "Apalagi berjanji dengan orang yang tidak dikenal." Ungkapnya jujur.

"Gidarilkkeyo. (Aku akan menunggumu)"tegas namja itu. "Aku akan menunggumu sampai kau datang."

Sungmin tertegun.

"Namaku Cho Kyuhyun. Ingat baik-baik ya!" kata namja itu lagi. "Aku tunggu kau disini." Namja itu tersenyum manis, kali ini terlihat lebih manis dibanding senyuman lebarnya.

TBC

A/N :

Annyeong chingudeul! Chengmin balik lagi dengan username baru: chengminss, hohoho. Ini masih prolog, jadi jangan protes kalo ini kependekan yaaa! Memories lagi ngestuck, akhirnya sempetin waktu yang terbuang buat bikin fanfic remake. Ada yang udah pernah baca komiknya? Komik Shiraishi Yuki emang daebak banget!

New Endless Love (NEL) akan dibuat dengan sedikit chapter. Ini hanya fanfic remake, jadi alur juga mengikuti cerita asli meskipun ada beberapa bagian yang diubah

Sekaligus pemberitahuan, chengminss akan pindah dari ffn menuju wordpress dan aff. Silahkan hubungi twitter ku jika ingin pemberitahuan lebih lanjut. Ada di bio yaaa^^

Jangan khawatir karena fanfic NEL ini sekaligus salam perpisahan buat temen-temen ffn semua^^ NEL akan diupdate disini sampai ending kok, setelah itu, chengminss akan benar-benar pindah ke wp dan aff^^

Enjoy this fict, guys!^^

Best regards,

Chengminss