hai, minna! saya kembali lagi dengan cerita baru. semoga suka^^

warning : AU , Typo(s) beredar , OOC , etc. Don't Like ? Don't Read !

genre : romance & drama

rate : T

.

Naruto © Masashi Kishimoto

This fict © Sevi Suryani

.

masih banyak kekurangan didalam fict ini, jadi mohon bantuannya ya,^^V

Happy reading;)

.

Loving You?

.

#Chapter 1 : awal pertemuan.

.

.

.

Seorang gadis terlihat sedang mengendarai sepeda berwarna pink bermata emerald dengan tergesa-gesa, wajah cantiknya yang panic, dan juga keringat yang bercucuran di wajahnya –namun tidak mengurangi kecantikannya. Surai merah mudanya itu diikat berantakkan dan poni yang bertengger di sisi kanan dan kiri wajahnya juga terlihat sangat berantakkan.

Gadis itu terus melajukan sepeda pink itu sampai akirnya tiba di depan sebuah gerbang yang sudah mau ditutup oleh seorang pria paruh baya berseragam satpam,

"JANGAN TUTUP GERBANGNYA! HEY! KAU TAK DENGAR?! AKU BILANG JANGAN TUTUP GERBANGNYA!" teriak gadis bersurai merah muda itu kepada pria berseragam satpam. Sontak saja pria itu mendengar suara teriakkan gadis tadi langsung menghentikkan kegiatan menutup gerbangnya.

"ARIGATOU JII-SAN!" teriak gadis itu saat sudah menjauh dari satpam. Sedangkan satpam itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan melanjutkan kegiatannya untuk menutup gerbang itu.

.

.

Tok tok !

Suara ketukkan pintu di kelas XI- A menghentikkan kegiatan seorang pria yang sedang menjelaskan pelajaran dikelas terhenti. Pria berambut abu-abu yang melawan gravitasi, pria itu juga memakai masker yang menutupi setengah hidung dan seluruh mulutnya, kedua irisnya juga berbeda warna. Setelah meneriakkan kata 'masuk' terlihatlah seorang gadis bersurai merah muda yang berpenampilan berantakkan, oh tidak, tapi. Sangat. Berantakkan.

"Kau? Haruno, benar?" Tanya pria itu. Sedangkan yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya dan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

Pria itu menghela nafas, lalu berbicara,

"Hhh, baru hari pertama saja sudah terlambat. Baiklah, kau kumaafkan kali ini. Aku Kakashi. Hatake Kakashi wali kelasmu sekarang, aku juga mengajar pelajaran matematika. Kau bisa memulai perkenalanmu."

Gadis Haruno itu mengangguk singkat dan langsung berucap,

"Hajimimashite, watashiwa Haruno Sakura, desu. Pindahan dari Suna, mohon bantuannya." Ucap gadis itu sambil membungkukkan badannya 180 derajat.

"Hanya itu?" Tanya Kakashi. Sakura pun mengangguk.

"Baiklah kalau begitu," Kakashi memberi jeda pada ucapannya, matanya yang berbeda warna itu terlihat menjelajahi setiap sudut ruangan tersebut, hingga akhirnya terhenti di sebuah bangku kosong di belakang, lalu melanjutkan ucapannya, "Kau bisa duduk disaamping Yamanaka. Yamanaka, angkat tanganmu."

Dan terlihatlah seorang gadis berambut pirang dengan model a la ponytail yang memiliki iris aquamarine yang indah mengangkat tangannya dengan malas. Sakurapun berjalan kearah bangku kosong di samping gadis Yamanaka tadi.

Selama berjalan kebangkunya, banyak sekali yang menatap Sakura dengan pandangan tidak suka, merendahkan, sangar, dan masih banyak lagi tatapan-tatapan yang tidak mengenakkan hati. Namun, sakura tidak menggubrisnya, ia hanya berjalan santai dengan wajah datar.

"Ne, saya akan melanjutkan penjelaskan yang tadi, Haruno, saya harap pelajaran ini sama dengan di sekolahmu, supaya kau tidak bingung mengikutinya." Kata Kakashi saat melihat Sakura sudah duduk di kursinya.

.

.

.

Tetttt! Tett!

Suara bel istirahat terdengar, dan seketika itu seluruh siswa-siswi Konoha International High School berhamburan keluar dari kelas dengan berbagai tujuan. Ada yang menujukafetaria sekolah,perpustakaan sekolah, ke taman belakang sekolah, dan masih banyak lagi. Kebanyakkan murid menuju tempat yang ramai, tapi tidak untuk siswi merah muda yang satu ini, dia memilih untuk keatap, di mana jarang sekali ada yang ketempat itu.

Krieet

Pintu atap dibuka oleh Sakura, dia menongolkan kepalanya untuk melihat keadaan atap, setelah kiranya atap itu sepi, ia masuk sambil membawa kotak bento di tangannya. Sakura duduk di sebuah bangku kayu panjang yang ada di dekat pagar pembatas, kebetulan bangku kayu itu menghadap kearah pagar pembatas yang otomatis menghadap pemandangan kota Konoha.

Dari sini Sakura bisa melihat gedung-gedung pencakar langit, rumah-rumah penduduk Konoha, aktifitas warga Konoha juga bisa terlihat dari sini. Yah, walaupun hanya seperti titik-titik berjalan. Sakura membuka kotak bentonya dan langsung melahap isinya dengan lahap.

.

Setelah selesai menghabiskan bekalnya, Sakura segera menutup kotak bentonya itu, tetapi ia tidak segera bangkit untuk kembali ke kelas. Ia hanya diam dan menekuk lututnya, menyembunyikan wajahnya di lututunya itu. Dan tak lama, suara isakkan kecil terdengar dari mulutnya.

Ya, Sakura menangis. Entah, menangis karena apa, yang jelas sekarang ia terlihat rapuh, pundaknya gemetar semakin kencang begitu pula dengan isakkannya yang semakin kencang tanda bahwa tangisan gadis itu semakin kencang. Suara itu, terdengar sangat memilukan.

"Kaa-san.." gumamnya di tengah-tengah tangisannya dengan suara yang gemetar.

"Kaa-san, hiks..mengapa? Mengapa Kaa-san pergi? Hikss" gumamnya lagi. Dan kini, isakkannya semakin kencang.

Sakura terus-terusan menggumamkan kata 'Kaa-san' dan 'mengapa' berkali-kali dengan nada yang memilukan.

Krieettt..

Pintu terbuka, dan masuklah seorang pemuda tampan berambut raven dengan model yang tidak biasa, bermata onyx tajam dan berwajah datar, tetapi itu malah memberi kesan cool pada dirinya.

"Hikss.. Kaa-san.." telinga pemuda itu menangkap suara isakkan sesorang, setelah mengedarkan pandangan keseluruh tempat ini, matanya berhenti dibangku kayu panjang dekat pagar pembatas. Karena terdorong rasa penasaran, pemuda itu berjalan mendekati asal suara tersebut, dan terlihatlah seorang gadis yang sedang menekuk kedua lututnya dengan wajah yang disembunyikan di lututnya.

Sasuke –nama pemuda itu– berjalan kearah bangku itu, dan berhenti di belakang bangku, ia diam sambil melihat gadis yang sedang meringkuk sambil menangis itu, sampai pada akhirnya ia berdehem,

"Ehem."

Sakura mengangkat kepalanya ketika mendengar suara deheman seseorang, dan benar saja ketika ia mengangkat kealanya dan menoleh kebelakang, terlihat seorang pemuda tampan dengan onyx nya yang tajam. Emerald bertemu onyx. Keduanya terdiam dengan mata yang saling menatap satu sama lain, hingga akhirnya Sakura tersadar dan segera mengelap wajahnya yang basah akibar airmatanya lalu bangkit dari duduknya, mengambil kotak bentonya lalu segera berlari keluar atap.

Gadis aneh, batin Sasuke.

.

.

Sakura keluar dari toilet dengan penampilan yang sedikit lebih rapi dari pada saat ia masuk kelas. Kini rambut merah mudanya dikuncir tinggi dengan rapi dan poni yang bertengger manis di samping kiri dan kanan wajahnya. Bekas air mata sudah tak terlihat lagi di wajahnya karena tadi ia basuh dengan air.

Sakura terus berjalan kekelas, sampai di kelas, ia melihat teman sebangkunya yang dipanggil Yamanaka tadi sedang berbincang entah tentang apa dengan kedu temannya. Yang satu gadis berambut cokelat yang dicepol dua, dan yang satu lagi berambut indigo panjang yang terurai indah, tetapi ada yang aneh dengan gadis indigo itu, matanya. Ya, matanya, seperti tidak memiliki pupil yang terlihat hanyalah bola matanya yang serupa dengan mutiara.

Mereka bertiga terlihat sangat seru berbincang-bincang tentang fashion dan segala macamnya tentang kosmetik. Sedangkan Sakura yang melihatnya hanya diam di ambang pintu dan menatap malas ketiga gadis yang sekarang malah cekikikkan tidak jelas –menurut Sakura.

Sakura berjalan kearah bangkunya dan berdiri di belakang gadis bercepol dua yang kebetulan duduk di bangkunya. Tapi sepertinya para gadis itu tidak melihat keberadaan Sakura di antara ereka, hingga akhirnya Sakura berdehem,

"Ehem." Tapi gadis-gadis itu masih sibuk cekikikikkan tidak jelas dan itu membuat Sakura kesal. Dengan wajah yang ditekuk akhirnya Sakura berdehem sekali lagi, dan itu berhasil ! mereka berhenti cekikikkan.

Ketiga gadis itu menoleh kearah suara, dan terlihatlah Sakura dengan wajah yang sedang muram. Hening sejenak, dan itu membuat Sakura kesal karena para gadis itu tidak bubar sama sekali. Dengan perasaan yang sangat-sangat kesal, Sakura berkata

"Bisakah kau menyingkir dari kursiku? Aku ingin duduk di situ."

Dan akhirnya, mereka bertiga bangkit dari duduknya, Sakura sudah merasa lega. Tetapi, rasa leganya hilang saat ia melihat Yamanaka dkk itu malah menghampirinya. Mereka berhenti di depan Sakura dan menatap Sakura dengan tatapan menilai, melihat Sakura dari atas sampai bawah keadaan kelas yang sangat sepi membuat Sakura merasa seperti diintimidasi. Hingga akhirnya tiga gadis yang berdiri di depan Sakura tersenyum. Dan gadis bercepol dua membuka suara,

"Hai Haruno-san, aku Tenten. Ryuu Tenten." Ucap gadis bernama 'Tenten' seraya membungkukkan badannya sedikit.

"Ha-Haruno-san, aku Hinata. Hyuuga Hinata. Salam kenal." Kata Hinata sambil menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya. Sepertinya gadis ini sangat pemalu. Sedangkan gadis Yamanaka hanya diam, sampai Tenten menyenggolnya dengan sikutnya. Gadis pirang itu memutar bola matanya bosan.

"Baiklah, aku Yamanaka Ino." Ino berkata dengan malas.

"Kau? Haruno? Putri dari Haruno Kizashi pemilik Suna International Hospital, benar?" Tanya gadis bermata aquamarine itu melanjutkan perkataannya tadi.

"Benar, bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Sakura dengan nada yang datar, dan tampang malasnya.

" 'Bagaimana aku bisa tahu' katamu? Kau tak tahu kalau aku ini putri tunggal dari pemilik Yamanaka Corp? jadi, tentu saja aku tahu tentang hal seperti itu. Pengetahuanku itu luas, nona. Dan, hei! Oh, apakah kau juga tidak tau kalau ayahmu itu sangat terkenal?" Tanya gadis bernama lengkap Yamanaka Ino itu bertubi-tubi dengan nada yang terdengar sangat antusias dan dengan senyum mengembang.

"Ne, aku tahu kalau tou-san ku terkenal. Tapi, aku tidak tahu kalau bisa sampai terkenal di Konoha. Sebaiknya kalian minggir karena aku ingin duduk." Jawab Sakura masih dengan nada malasnya seraya berjalan kearah kursinya dan melewati Ino, Tenten, dan Hinata tanpa menyadari tatapan yang dilemparkan oleh ketiga orang tersebut. Dan otomatis Ino menghilangkan senyumnya yang tadi sempat mengembang itu.

"Hei kau, Haruno! Tidak sopan sekali kau! Aku ini sedang berbicara padamu, ternyata kelakuanmu sebagai Haruno memang harus dipertanyakan ya. Setahuku keluarga Haruno itu sangat ramah, tidak dingin sepertimu." Omel Ino tidak jelas, tetapi Sakura terlalu malas untuk meladeni ataupun sekedar mendengarkannya, ia memilih untuk diam dan memasang earphone di telinganya.

Ino yang melihat kelakuan Sakura sangat marah, baru kali ini dia dikacangi oleh seseorang. Hingga akhirnya bel masuk berbunyi dan Ino menghentikan omelan tidak jelasnya lalu duduk kembali di tempat duduknya , karena Orochimaru-sensei masuk. Hinata dan Tenten saling berpandangan, lalu keduanya menggedikkan bahu dan duduk di tempat duduk mereka.

Namun, tanpa disadari oleh siapapun, Ino melirik kearah Sakura lalu menyeringai, setelahnya ia memasang wajah angkuhnya dan mengarahkan matanya ke depan.

.

.

.

SKIP TIME

.

.

.

Sakura merebahkan dirinya di kasur Queen sizenya dan memejamkan matanya, ia sangat lelah, padahal baru hari pertamanya sekolah. Tapi, rasanya sangat menyebalkan. Bahkan Sakura sendiri saja tidak yakin kalau ia bisa betah dan tenang bersekolah di sana.

Drrtt Drrtttt

Getaran handphone yang ada di saku rompinya membuat Sakura membuka matanya. Lalu ia mengeluarkan handphone bersarung warna pink metalicnya dari saku rompi sekolahnya. Ternyata itu pesan masuk, ia pun membuka isi pesannya.

'From : Saso-nii (family)

Saku-chan, nanti malam nii-san akan ke Konoha karena urusan di Suna sudah selesai. Oh iya, tolong beritahu Tou-san tentang ini ya, sedaritadi aku hubungi ponselnya sibuk terus. Arigatou Saku-chan.

Bye.'

Sakura yang membaca isi pesan dari Nii-san nya itu hanya menghela nafasnya bosan. 'Dasar baka aniki' batin Sakura, lalu melempar handphonenya itu asal-asalan di tempat tidurnya. Ia mengedarkan matanya keseluruh sudut ruangan yang baru semalam ia jadikan kamar untuk tidurnya ini.

Ya, Sakura baru tiba di rumah ini semalam, dan itu membuatnya lelah saat bersekolah tadi. Ditambah dengan Tou-sannya yang berangkat pagi-pagi sekali sehingga ia berangkat sekolah sendiri menggunakan sepeda. Sebenarnya Sakura sama sekali tidak tahu apa alasan Tou-sannya itu mengajaknya pindah ke Konoha. Awalnya Sakura menolak untuk pindah, namun, pada saat itu ia melihat Tou-sannya memohon dengan sangat akhirnya pun ia meng-iyakan ajakan Tou-sannya. Jika boleh jujur, Sakura sangat sangat sulit dan sangat terpaksa meninggalkan mansionnya yang berada di Suna itu. Walaupun, mansionnya di Suna itu sedikit lebih besar dari mansion yang ada di Konoha ini.

Namun, bukan itu yang membuatnya sebegitu terpaksanya dan sulitnya pindah ke Konoha. Yang membuatnya sulit untuk pindah ke Konoha adalah, karena banyak sekali kenangan di Suna, hey! Bayangkan saja, sudah sejak bayi Sakura tinggal di mansion Haruno yang ada di Suna itu. Mana mungkin Sakura dapat dengan mudah melupakan semua kenangan yang ia lalui selama 16 tahun hidupnya. Dan, apalagi di mansion di Suna itulah ia menyaksikan Kaa-san tersayangnya itu meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Memang, memang belum lama Kaa-san Sakura meninggal, baru sekitar tiga bulan yang lalu, dan itu masih membuat Sakura belum bisa benar-benar melupakannya. Ya, memang tidak seharusnya dilupakan, namun, ia masih belum mengikhlaskan Kaa-sannya pergi secepat itu. Huh, mengingat tentang itu membuat mata Sakura kini mulai menghangat dan merasa sedikit basah. Oh tidak! Ia tidak boleh menangis. Kaa-sannya tidak mengajarinya menjadi gadis cengeng, Kaa-sannya hanya mengajarinya menjadi gadis yang kuat, pandai, dan selalu menjadi kebanggaan orang tua.

Tetapi, ia ternyata memang tidak bisa menahannya, dan tanpa persetujuan Sakura air matanya mengalir dengan derasnya yang disusul dengan isakkan-isakkan kecil yang keluar dari mulutnya. Sakura merasa gagal, tidak bisa, dan payah karena tidak bisa mengikuti seperti apa yang diajari dan diamanatkan oleh Kaa-sannya. Sampai akhirnya Sakura merasa lelah dan mengantuk, dengan perlahan ia memejamkan matanya dan memasuki alam tidur.

.

.

.

"Sakura.." sebuah suara berat yang berasal dari seorang pria paruh baya berambut cokelat tebal dan berjenggot yang kelihatannya sangat terawat. Pria paruh baya itu sedang duduk di pinggir tempat tidur berukuran Queen size milik sang putri tercintanya. Kizashi –nama pria paruh baya itu– mengguncangkan tubuh anaknya yang sedang tertidur pulas itu sambil memanggil nama anaknya supaya bangun.

"Sakura, ayolah bangun. Sudah waktunya makan siang, sayang. Jangan buat Tou-san pusing kalau nanti kau sakit." Ujar sang kepala keluarga Haruno ini.

"Engg.." suara erangan keluar dari mulut Sakura. Ia membuka matanya secara perlahan-lahan untuk menyesuaikan cahaya lampu yang menyambutnya ketika ia membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali. Sampai terbuka sepenuhnya, nampaklah manik emerald yang sangat indah dan mampu membuat siapa saja yang melihatnya akan tersedot ke dalamnya.

"Tou-san? Kapan Tou-san pulang? Apakah ini sudah malam?" Tanya Sakura bertubi-tubi kepada sang Tou-san yang sedang menatapnya sambil terkekeh ini. Kizashi terkekeh Karena melihat Sakura bertanya bertubi-tubi dengan tampangnya yang seperti orang bodoh karena baru bangun tidur.

"Sakura, sebaiknya kau segera bersihkan tubuhmu. Lihat, kau masih mengenakan seragam sekolah barumu. Dan, setelah membershkan tubuh lebih baik kau turun kebawah untuk makan malam. Tou-san tunggu di meja makan, ne, Sakura." jelas sekaligus pinta Kizashi pada Sakura seraya mengacak-ngacak rambut pink Sakura yang memang sudah berantakkan akibat baru bangun tidur. Sakura hanya mengendus saat melihat Tou-sannya itu berjalan untuk keluar kamarnya.

Kizashi yang sudah meraih gagang pintu itu berbalik badan dan ia melihat Sakura sama sekali belum beranjak dari tempat tidurnya itu.

"Cepat Sakura! jangan menunda jam makanmu, nanti magg mu kambuh lagi." Ujar Kizashi dengan nada santai dan tersirat sedikit nada khawatir saat menyebutkan 'penyakit magg'. Setelah berujar seperti itu, Kizashi menutup pintu kamar anaknya itu. Sedangkan Sakura dengan malas melangkahkan kakinya kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

.

.

.

Di suatu ruangan dengan wallpaper berwarna biru gelap dengan corak bintang-bintang yang melapisi dinding di ruangan itu, terdapat Sasuke yang sedang duduk di meja belajar dan terlihat sedang sibuk dengan laptop hitam yang ada dihadapannya. Jika dilihat-lihat dari wajahnya, memang terlihat ia sangat serius dengan laptopnya itu, karena ia sedang mengetik. Namun, siapa yang sangka bahwa pemuda itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri? Bahkan lihat! Di layar laptopnya kini hanya ada huruf-huruf tak jelas akibat pemuda itu mengetik secara asal-asalan.

Tempangnya memang datar, sehingga tidak ada tahu bahwa ia sedang tidak serius dengan benda canggih berwarna hitam itu. Iris onyxnya yang setajam elang itu memang menghadap kearah laptop namun, tidak dengan pikirannya. Entah apa yang sedang dipikirkan pemuda benama lengkap Uchiha Sasuke itu. Sampai sebuah suara menyadarkannya kembali ke dunia sekarang.

"Hey baka otouto! Kau dipanggil Kaa-san untuk makan malam. Sebaiknya kau cepat sebelum kau diceramahi Kaa-san karena telat makan." Ucap seorang pemuda yang wajahnya sangat mirip dengan Sasuke. Mulai dari matanya, hidung mancungnya, dan tentu saja pesonanya. Namun, yang membuat pemuda ini terlihat berbeda dengan Sasuke adalah dua garis yang terlihat seperti –err.. keriput di kanan-kiri hidung pemuda itu, dan rambut ravennya juga terlihat lebih panjang dan dikuncir asal.

"Hn." Hanya itu sahutan dari Sasuke dan itu membuat pemuda tadi mendengus kesal.

"Dasar Sasuke-chan no baka! Bersikap lebih sopanlah sedikit dengan anikimu yang tampan ini." gerutu pemuda itu.

"Mungkin seharusnya sekarang kau yang cepat, karena Kaa-san dan Tou-san sudah menunggu, Itachi-chan no baka!" ujar Sasuke mengikuti gaya bicara kakaknya yang satu ini sambil berjalan mendahului Itachi untuk turun ke ruang makan yang ada di bawah.

.

.

.

Suara dentingan alat makan yang beradu adalah satu-satunya yang terdengar diruang makan yang hanya terdapat dua orang ini. Ya, memang sudah peraturan mereka sejak dulu jika sedang makan tidak boleh mengobrol ataupun berbicara.

"Tadaima." Teriak seorang pemuda berambut merah dengan wajah baby face yang imut dan unyu-unyu di ruang tamu dengan koper yang ada digenggamannya. Pemuda itu bingung karena tidak ada yang menyahuti. Saat ia melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 07.50 PM. 'Mungkin sedang makan malam.' Batin pemuda merah itu.

Sakura yang mendengar suara seseorang berteriak dari ruang tamu membuatnya sedikit tersedak, dan segera saja Tou-sannya memanggil maid untuk menuangkan minuman ke gelas dan memberinya pada Sakura.

"Benar dugaanku ternyata sedang makan malam ya." Tegur seseorang yang baru saja memasuki ruang makan yang hanya terdapat ayah-anak itu.

"Sasori-nii!" teriak Sakura yang langsung berhambur kepelukan Sasori.

Haruno Sasori, pemuda tampan yang berbeda lima tahun lebih tua dari Sakura. Memiliki wajah yang tampan, dan terlihat imut walaupun umurnya sudah tak bisa dibilang imut, iris hazelnya yang memikau dan tentu saja dengan pesonanya yang mampu membuat para gadis klepek-klepek.

"Kenapa kau tak bilang kalau kau ke sini Sasori?" Tanya sang kepala keluarga, Kizashi dengan tatapan penuh selidik kearah Sasori. Sedangkan Sasori hanya menatap Tou-sannya dengan bingung. Jadi, Tou-sannya ini belum tahu kalau ia akan ke Konoha malam ini?

"Jadi, Tou-san belum tahu? Atau jangan-jangan….." Sasori tidak melanjutkan perkataannya. Matanya melirik Sakura yang sudah melepaskan pelukannya tadi. Sakura yang mengerti bahwa ia sedang dilirik oleh Sasori hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir kuda.

"Hehehe, iyaaa aku lupa memberitahu Tou-san, Sasori-nii~" kata Sakura yang saat ini sedang mengacungkan jari tengah dan jari tellunjuknya menjadi seperti huruf V.

"Hhhh, baiklah. Sakura, kebiasaanmu itu. Ubahlah. Dan sekarang lebih baik lanjutkan makan malamnya. Dan, Sasori, jelaskan semuanya setelah selesai makan malam." Pinta Kizashi kepada kedua anaknya itu, dan keadaan di ruang makan itupun kembali sunyi seperti saat Sasori belum dating tadi.

.

.

Setelah menyelesaikan makan malam yang berlangsung khidmat itu, sekarang ketiga orang yang terdiri dari satu kepala keluarga dan dua anggota keluarga Haruno itu sedang berkumpul di ruang keluarga untuk mendengarkan suatu hal yang akan diberitahukan oleh sang kepala keluarga. Namun, sudah tiga puluh menit lamanya Kizashi tidak membuka suaranya.

Sakura yang sudah bosan menunggu Tou-sannya itu berbicara akhirnya bertanya kepada Kizashi,

"sebenarnya apa yang akan Tou-san beritahukan pada kami?" Tanya Sakura dengan bibir yang mengerucut lucu, membuat wajahnya terlihat imut.

"Baiklah, Tou-san ingin memberitau kalian kalau besok sampai beberapa bulan kedepan Tou-san akan tinggal di Suna." Jelas Kizashi.

"Apa? Tapi, kenapa?" Tanya Sakura tidak percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Tou-sannya itu. Bagaimana bisa, baru saja kemarin malam Sakura dan Tou-sannya sampai ke Konoha. Dan sekarag, Tou-sannya itu mau kembali lagi ke Suna? Yang benar saja!

"Karena, Sasori sudah datang ke Konoha, Sakura. Dan Tou-san juga ada urusan di Suna, sekaligus memimpin kembali Suna International Hospital yang seminggu ini ditangani oleh Sasori. Kasihan aniki mu itu, sepertinya dia sangat kewalahan memimpinnya." Jelas Kizashi dengan lebih panjang dari penjelasannya yang barusan.

Sedangkan Sasori menatap Tou-sannya dengan mata menyipit, lalu bertanya,

"Ya, memang benar aku sempat kewalahan saat tiga hari pertama memimpin rumah sakit itu. Tapi, bukankah semua urusan di Suna sudah aku tanangi, Tou-san?"

Kizashi menghela nafas, lalu menjawab,

"Memang, semua urusan yang Tou-san tugaskan padamu itu sudah selesai, Sasori. Dan Tou-san sangat bangga karna kau menyelesaikan semua urusan itu dengan baik, sehingga mendapat tanggapan positive dari rekan kerja Tou-san. Namun, ada beberapa urusan yang tidak Tou-san tugaskan padamu kemarin." Kizashi menjawab sambil menatap iris hazel Sasori lekat-lekat.

"Urusan apa itu, Tou-san. Sampai Tou-san tidak percayakan urusan itu padaku?" Tanya Sasori –lagi– dengan mata yang lebih disipitkan. Sepertinya Sasori memang sangat Kepo dengan Tou-sannya ini.

"Itu urusan dengan sahabat-sahabat Tou-san, Sasori. Dan, Tou-san bukannya tidak mempercayaimu untuk mengurus urusan-urusan itu. Hanya saja, ini adalah urusan antar sahabat lama." Jelas Kizashi yang kini bangkit dari duduknya.

"Baiklah, Tou-san sudah memesan tiket pesawat untuk besok. Dan, besok jangan lupa antarkan Tou-san ke bandra." Ujar Kizashi sembari berjalan menuju tangga. Saat baru mau menaiki anak tangga ke satu, Kizahi memberhentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kearah kedua anaknya itu.

"Sebaiknya kalian cepat-cepat tidur. Sakura, besok kau sekolah, bukan? Dan kau Sasori, kau juga besok harus mengecek keadaan pembangunan rumah sakit yang sedang kita bangun di sini. Jadi, sebaiknya kau juga cepatlah tidur. Konbawa, Sasori, Sakura." lanjut Kizashi dan menaiki tangga, namun sebelum kizashi menaiki tangga kedua, suara Sakura menghentikan langkahnya.

"Lho? Bukankah barusan Tou-san bilang besok kami disuruh mengantarkan Tou-san ke Bandara?"

"Ya, tapi Tou-san berangkat sore, Sakura." jawab Kizashi sambil tersenyum lalu melanjutkan langkahnya sampai benar-benar menaiki tangga keatas untuk kekamarnya.

Sasori melirik Sakura tepat saat Sakura melirik kearah Sasori. Mereka berdua menyipitkan mata, lalu menghela nafas panjang. Diam sebentar sampai akhirnya Sasori membuka suara,

"Sakura?"

"Ya.." sahut Sakura sekenanya.

"Apa kau merasa ada yang aneh dengan Tou-san?"

"Ya, kurasa begitu. Tou-san juga terlihat lesu sejak tadi. Aku jadi khawatir." Jawab Sakura dengan pose berfikir.

Hening.

"Ne, sebaiknya tak usah memikirkan yang aneh-aneh. Lebih baik sekarang kita tidur…." Sakura berujar sambil bangkit dari duduknya.

"Haaahhhh, baiklah my lovely imouto." Kata Sasori sambil mengacak-acak rambut pink Sakura. Sedangkan si empunya rambut mengembungkan kedua pipi chubbynya dan memanyunkan bibirnya.

"Dasar baka!" teriak Sakura lalu mengejar Sasori naik keatas.

.

.

.

Haruno Kizashi sedang duduk di pinggir kasur. Di tangannya terlihat sebuah pigura berukuran 5R. Padangannya terlihat sendu saat mengelus kaca bening yang melindungi foto yang ada di dalam pigura itu.

"Mebuki, gomen.. gomen ji-jika aku tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita. Dan, aku harap, cara didik ku pada mereka tidak salah. A-aku… aku merindukanmu.." setelah mengucapkan itu, Kizashi mencium foto itu. Lama, sampai ia menjauhkan bibirnya dari kaca pigura itu. Lalu, Kizashi berbaring di tempat tidurnya, tak lama kemudian dia masuk kealam mimpinya.

.

.

.

SASUKE's POV :

.

Kurebahkan tubuhku yang terasa pegal-pegal ini ke kasur king sizeku. Pikiranku sedang tak tenang sekali hari ini. Entah mengapa, aku kepikiran tentang gadis yang kutemui di loteng tadi. Sungguh, aku tak tahu siapa dia, dan, awalnya aku memang tidak peduli terhadapnya. Dia itu gadis aneh, cengeng, dan menurutku dia itu lemah.

Kuakui dia hebat sekali. Selama ini aku tak pernah kepikiran seseorang sampai seperti ini, apalagi seorang gadis. Kuakui, dia memang terlihat cantik, iris emeraldnya juga terlihat indah dan.. mempesona. Surai pinknya juga terlihat lembut dan terawatt, walaupun tadi kulihat sangat berantakkan namun aku yakin itu lembut juka dielus. Sebenarnya siapa gadis itu? Apa dia siswi baru di sekolah? Mengapa dia sangat hebat sampai-sampai membuatku ingin tahu lebih dalam dan lebih banyak tentangnya.

"Arrhggghh..!" kuacak-acak rambut ravenku frustasi. Lebih baik aku tidur saja.

.

END of SASUKE's POV.

.

Oh, kau dibuat frustasi oleh seorang gadis, eh Sasuke?

.

.

.

TBC

.

.

A/N : padahal fic yang di rate-M aja belom kelar, ehh ini udah update lagi yang baru-_-huh tapi emang greget sih udah mau update fic ini. yauda deh semoga suka! dan SELAMAT TAHUN BARU semuanyaaaa hehehe

review, please?^^

.

Jakarta / 31 / 12 / 13

7:32 PM

LBA