We are Lost!

Baiklah, ini demi imajinasi tahun pertama di SMP yang nggak pernah kewujud. Ceritanya Author sama temen-temen seperjuangan.

Rate : T.

Disclaimer : Sengoku Basara punya Capcom! Sama beberapa bintang tamu yang asalnya dari Capcom.

Warning : Typoo turun bagaikan air hujan. Humor garing krenyes-krenyes, khas tempe busuk.

Baiklah, silakan menikmati cerita!


Chapter 1 : Portal.

"SAKIIIIIIIIIIIIIIIIIII!? JANGAN DUDUK DILUAR! ENTAR KALO KETAHUAN KELAS KITA JAM KOSONG GIMANA!" teriak Tsania.

"Iya! Iya! Sun! Nggak usah tereak gua juga denger! Gua kagak budeg!" kata Sakazaki (disini disingkat Saki ajah).

Yah, kurasa kalian enggak perlu diterangin. Sakazaki adalah Author di cerita ini. Belakangan ini Sakazaki butuh ketenangan untuk memikirkan lanjutan tulisan. Berhubung kelas saya benar-benar rame.

"Ayo cepetan masuk!" kata Tsania (yang biasa dipanggil Suneo). "Gua nggak mau telinga gua budeg Sun.." kata Sakazaki

"Makanya, gua udah bikin penyumbat telinga nih." Kata Tsania memberikan alat ciptaannya itu pada Sakazaki.

Dia adalah Tsania yang biasa dipanggil Suneo, entah karena suka doraemon apa gimanalah.. engga tahu. Dia terhitung pinter menciptakan penemuan-penemuan.

"Trims.." kata Sakazaki.

"Anggep aja sebagai balas jasa, lo kan udah nraktir gua.." kata Tsania.

"Heh.. lu denger nggak?" tanya Tsania.

"Saki..." panggil Tsania.

"SAKI!"

"SAKAZAKIIIIIIIIIIII!"

"percuma lu tereakin sampe suara elo habis. Penemuan elo tuh terlalu manjur Sun.." kata Tika.

Namanya Atika, pernah dipanggil Tiko (tupai di Dora The Explorer itu loh..) waktu SD. Dia temen Author dari SD. Dia juga termasuk jajaran siswa paling pintar di Biologi.

"Oh.. iya ya.." kata Tsania napok keteknya.

"Eh, tapi kok gua bisa lupa?" gumam Tsania.

"La wong napok aja lu napok ketek lo. Gimana lo mau bener?" saut Fajrin.

Namanya Fajrin. Pertama kenal waktu kemping. Orangnya dramatis banget tau, tiap kali ada angin semilir atau angin yang kecepatannya pas. Dia pake buat nambah efek gratis gaya slow motion dia. Padahal selebihnya waktu itu datang waktu dia lagi mau buang sampah.

"Halo guys.. lagi ngerundingin apaan nih?" kata Zalfa.

Dia adalah Zalfa, sekarang teman sekelas Author. Dia termasuk mini, tapi kalo soal debat. Nggak ada yang bisa ngalahin...

"Nggak terima ngerunding.." kata Tika.

"Ngegosip?" tanya Zalfa.

"Bukan.."

"Terus apaan?"

"Debat!"

"Debatin apaan?" tanya Zalfa polos.

"Udah.. kamu jangan pura-pura enggak tau deh Zal.. yang namanya 4 orang di depan lo tuh enggak bisa bebas dari DEBAT!" kata Tsania.

"Iya ya.." kata Zalfa.

"Anu.. gimana kalo nanti kita pulang bareng?" tanya Zalfa. "Kenapa?" tanya Fajrin.

"Gua sih mau.. asal lo yang nraktir.." kata Tika.

"Ogah.. gua lagi bokek.."

"La lu niat ngelakuin nggak?"

"Gue sih niat! Tapi kita enggak perlu ngeluarin biaya!"

"APAh! Jadi ... jalan-jalan gratis?! YEEEEEEEYYYYYYY!"

"Siapa bilang jalan-jalan gratis!"

"La trus apaan sih?"

"Kita jalan kaki!"

"Halah..."

"Eh, kalian ngomongin apaan?" tanya Sakazaki yang ketinggalan pesawat.

"Wadepak! Elo nggak dengar Saki? Sekenceng ini kamu enggak denger! Kamu udah mulai tuli ya?" tanya Fajrin yang dramatisnya kambuh.

"Tik.. cepotin tu alat.." kata Tsania. Jarang banget lo pinter Sun..

"Nah! Lepas!"

"Jadi.. gua ketinggalan apaan?" tanya Sakazaki.

"Buanyak! Tapi kamu enggak usah tahu!" kata Fajrin.

"Hah?"

"Yang penting, kita nanti harus pulang bareng! Enggak ada tapi-tapian! TITIK!" kata Zalfa seraya pergi meninggalkan mereka semua.

"Sejak kapan Zalfa jadi seneng merintah orang?" tanya Sakazaki.

"Sejak elo pake alat gua.." kata Tsuneo. Eh! Tsania!


"Trus.. kita mau jalan kaki kemana?" tanya Tika.

"Adadeh.." kata Zalfa.

"Lu enggak mau bilang yang sebenarnya, gua gantung di gedung sate baru tau rasa.." kata Sakazaki dengan nada horor. Sampe ke-4 temannya yang lain saling merapat. Takut kalo Sakazaki ngamuk.

"Gua terlalu imut untuk dinistai.." kata Zalfa.

"Badan lo doank.. muka lo enggak..." kata Fajrin sambil tertawa tergelak-gelak diikuti Tsania.

"Okeh okeh pren... terus intinya kita mau kema-"

"STOP!" semuanya berhenti langsung.

"Kau mencuri hatiku~"

"Hatiku! Hatiku!"

"ZAL! Yang serius! Lu minta gua cekek lo pake rante terus akal lo bisa balek!" kata Sakazaki nyaris kumat.

"Yang nyanyi bukan gua Vi! Mereka kok!" kata Zalfa nunjuk Fajrin dan Tsania yang mulai konser.

"Oh.. dan kenapa kamu masih manggil aku Vio?" tanya Sakazaki. Di real-life, panggilan asli Author adalah Vio.

"Itu kan emang nama elo.. Salvia Rifdah.." kata Tika sambil merangkul teman se-SD dan se-SMPnya itu.

"Oh ya, Vio enggak akan sempurna tanpa Doni!" kata Tsania. Sementara Fajrin masih belum berhenti konser,

"OKEH! OKEH! K-POPers! Lo berani bicara lagi gua lubangi pala lo semua pake Vallen Nightmare!" kata Sakazaki sambil nodong pistolnya.

"Ebuset! Sabar deh mbak Sakazaki! Dikit-dikit marah makin tua loh.." kata Tsania.

"Jadi juga gua lubangin pala lo Sun.." kata Sakazaki makin horror.

"Lo enggak serius kan Saki?" tanya Tika ngeri.

"Emang enggak." Kata Sakazaki santai sambil mengembalikan semua senjatanya kembali.

"Terus... gua dikacangin gitu?" tanya Zalfa.

"Seenggaknya lo masih punya Fajrin.." kata Tsania.

"Ogah ah.. liat aja orangnya.." kata Zalfa nunjuk Fajrin.

"AYO! SEMUANYA! BERNYANYI BERSAMA FAJRIN DISINI SAMPE ADZAN SUBUH NANTI BERKUMANDANG!" kata Fajrin asik sama konsernya.

"Siapa sih.. enggak kenal gua.." kata Tika.

"Dia kan soulmate elo.. masa lupa?" tanya Tsania.

"Tapi repot juga punya temen macam Fajrin.." kata Zalfa sweatdrop.

"Saki.. lu bisa ngembaliin akal sehatnya kan?" tanya Tsania. Sakazaki mengangguk.

"Fajrin..."

"Aku tanpamu.. butiran debu..."

"Jrin... Fajrin..."

"Eh! Kenapa kamu! Kalo nonton dangdut sukanya bilang!"

"FAJEURINN..." kata Sakazaki mulai horror.

Ketiga orang yang tersisa (Tika, Tsania, dan Zalfa) merapat takut kena amarah si author.

"OOGOE DAIYA!"

"DURRATUN NASECHA FAJRIIIIINNN!"

"iya!" kata Fajrin. "Eh, temen. Tadi gua ngapain? Kok orang-orang pada ngeliatin mereka sih? Jangan-jangan kita terkenal mendadak? Terus mereka nge-pans kita? YAAAAYYYY!" Fajrin keburu seneng duluan.

PLAKKK!

Enggak disangka Fajrin di tabok pake Vallen Nightmare...

"IQ KAMU TERLALU TINGGI JRIN!" kata Tsania.

"Sadar dong Jrin! Masyaallah.. arwah apa yang telah merasuki dirimu nak.." kata Tika sambil memegangi muka Fajrin.

"Kita panggil pak Kyai terdekat!" kata Zalfa enggak mau kalah.

"Iya! Iya! Enggak usah! Gua udah sadar kelles!" kata Fajrin nyingkirin tangan Tika.

"Kasar amat... sakit tau.." kata Tika.

"Lebih sakit saat ditabok Vallen Nightmarenya Saki. Tabokannya cetar banget!" kata Fajrin yang akal sehatnya balik.

"Cetar karena mampu menghentikan konser semalam suntuknya Fajrin.. ya kan Vio.." tanya Tsania.

"Sun, lo udah bosen idup ya?" tanya Tika khawatir.

"Enggak papa.. terserah kalian mau memanggilku seperti apa.. maaf.. mood ku jelek.." kata Sakazaki langsung kalem lagi.

"Wah! Vio baik deh!" kata Tsania.

"Ngomong-ngomong.. kenapa kita berhenti disini?" tanya Sakazaki.

"Karena dia..." Zalfa menunjuk seseorang di atas pohon. Semua orang menengadah ke atas.

"Halo gadis-gadis!" kata seseorang berpakian badut berwarna ungu dengan kaki yang seolah panas ketemu ama dahan pohon alias jingkrak-jingkrak.

"..."

"Ada yang kenal dia?" tanya Zalfa.

"Jester kan? Ngapain kesini? Sirkus jarang ada di Ponorogo.. kalo mau ngehibur, sono ke PAUD.." kata Sakazaki.

"Aih, manis-manis kata-katanya nge-jleb. Gua disini mau ngengundang kalian semua ke wahan permainan!" kata Jester.

"WAHANA PERMAINAN!" Tsania, Fajrin dan Zalfa langsung berbinar-binar. Sementara Tika dan Sakazaki memandang cemas.

"Wah, pasti kalian enggak sabar ya.. nah! Kukirim kalian sekarang!" kata Jester sambil membuat bola ungu raksasa.

Tsania Fajrin dan Zalfa langsung diam. Sakazaki konek, "Semuanya menghindar!"

Terlambat...

To Be Continue..


Jangan malu untuk mengeritik dan mereview ya!

Salam kompor gas

Sakazaki Rikou dan temen-temen.