AoAka Family Story
Disclamer: Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi, cerita ini milik saya~
Pair: AoAka
Genre: humor (maybe), family(absurd).
Warning: sho ai, yaoi, M-PREG, garing, ooc, typo, anehdll
A/N: Halo saya cakap2 dibawah saja XD selamat membaca!
N/B: Papa!Daiki, Mama!Sei, Twin!Taiga & Ryouta (4 years old), Baby!Tetsuya (0 year old -5 months-)
Summary: Keluguan anak kecil itu benar-benar menakutkan!
Tertarik? Silahkan review :D
Tidak Tertarik? Silahkan klik tombol 'Back'
Tertarik, tapi gak mau review? Silahkan 'Fav' XD
Tidak tertarik tapi mau review ? Ampun jangan Flame DX
Reader and Silent Reader, welcome :D
Enjoy Reading Minna :D
.
.
.
.
.
.
Krik krik krik
Suara jangkrik membuat malam-malam di musim panas menjadi sedikit riuh dengan adanya alunan melodi dari serangga-serangga berbuku itu. Keadaan yang menambah kesan menenangkan di malam musim panas. Benar-benar malam yang damai.
Krik krik uuee krik uue
Tunggu ini bukan cerita horor dimana terdengar suara tangisan. Entah siapa yang menangis tengah malam begini. Usut punya usut tangisan itu terdengar dari rumah keluarga Aomine. Iya, Aomine yang itu, yang seluruh anggota keluarganya berambut warna-warni layaknya warna pelangi. Yang kepala keluarganya kayak preman itu, yang istrinya sering lempar gunting kalau sedang bertengkar, yang anaknya kembar kontras itu(?), dan yang baru setengah tahun yang lalu dikaruniai seorang baby yang unyunya minta ampun itu.
"Ung...uuee...uuee." tangisan pelan itu kembali terdengar. Namun sayang sejuta sayang tak ada yang merespon, semuanya sibuk dengan mimpi indah dan 'aktivitas' mereka."Uuue...uuee."
Kriet. Ranjang ukuran kecil dengan warna kuning yang mendominasi berderit pelan."Belicik-ccu!" gumam sosok pirang dengan mata masih terpejam, ia sedang mencoba tidur.
"Uuueee...uuee." bukannya berhenti tangisan itu malah semakin jadi.
Buk
Sosok pirang yang tidurnya terganggu merasa kesal, dia lantas membanting bantal bola basketnya ke lantai. Lalu turun dari ranjangnya."Tetcuyacchi belisik!" sang kakak menghampiri ranjang si adik bayi, menggoyang-goyangkannya ranjang goyang itu dan berharap sang adik kembali tidur. Biasanya cara menggoyang-goyangkan ranjang ini sangat ampuh untuk membuat adiknya tidur lagi.
Bukannya terlelap si adik bayi malah menendang-nendangkan kakinya dan menangis semakin keras."Uuuh kenapa masih menangis sih Tetcuyacchi, niicchi juga mau tidul." Keluh Aomine Ryouta.
"Uuuee...uuee...!" ekspresi si Aomine Tetsuya nampak sangat tak nyaman. Seperti ada sesuatu yang mengganjal diantara celananya.
Snif snif snif
Bau menyengat tercium si kakak."Tetcuyacchi bau-ccu!" pekiknya."Tetcuyacchi poop ya!" Ryouta memasang tampang 'ieuw' pada sang adik yang masih betah dengan tangisnya."Aduh bagaimana ini? Aku nggak belani ke kamal Kaa-chan! Aku bingung-ccu!" si pirang berputar-putar, seolah dengan berputar-putar ide akan muncul. Benar saja, si ide muncul saat ekor matanya melirik buntalan merah yang masih lelap tertidur.
"Taigacchi!" si pirang segera berlari menuju ranjang di sisi lain ranjang si adik bayi. Mengeluarkan jurus andalannya Ryouta menarik paksa kembarannya yang asyik tertidur sembari memeluk gulingnya.
"Uluse Lyouta!" geram si kembaran dengan suara mengantuk.
"Cepat bangun Taigacchi!" tak kenal menyerah Ryouta menarik sang kembaran lebih kuat sampai si kembarannya jatuh tengkurap di atas lantai dingin.
Duk
Sepertinya jidat itu akan benjol besok pagi.
"Ittai yo Lyouta!" bentak Aomine Taiga dari rautnya dia terlihat sangat mengantuk. Kini dia sudah berdiri di depan si pirang sambil mengusap-usap keningnya yang terantuk lantai.
"Gomen-ccu!" Ryouta menangkupkan kedua tangannya di depan dada, gestur minta maaf.
Taiga mendengus kesal."Kenapa kau membangunkanku? Kuhalap ini penting!"
"Jelas ini sangat penting-ccu!" pekik Ryouta saat ia teringat tujuannya membangunkan saudara kembarnya."Tetcuyacchi..." si mata coklat menunjuk ranjang yang berada di tengah-tengah antara ranjangnya dan ranjang Taiga.
"Tetcuya kenapa?" Taiga mendekati ranjang Tetsuya, memperhatikan adik bayinya yang berambut biru muda itu lekat. Si biru muda masih menangis tapi tak sekencang tadi.
Snif snif snif
"Dia bau!" reflek Taiga menjepit hidungnya.
"Dia poop-ccu!" sahut Ryouta yang masih berdiri di belakang Taiga.
"Cehalusnya kau memanggil mama, Lyouta bukan aku!"
"Aku takut ke kamal mama cendilian-ccu."
Taiga menghembuskan nafas berat. Saudaranya ini memang sangat penakut."Ayo kita panggil mama."
"Un."
.
.
.
Tap tap tap
Kaki-kaki kecil itu berjalan pelan menuju kamar orang tua mereka.
"Gelap-ccu." Keluh si pirang, kedua tangan kecilnya mendekap erat lengan si merah.
"Jangan mengeluh, tanganku tak campai di tombol lampunya tau."
"Itu kalena Taigacchi pendek! Coba kalau Taigacchi tinggi kayak papa." Cibir Ryouta.
"Papa kan udah becal aku macih TK nol kecil tau." Protes si kakak, tak terima.
Ryouta mendesah sok lelah."Makanya Taigacchi cepetan becal donk bial kayak papa."
"Uluse! Kau lebih pendek daliku tau. Jangan cok deh Lyouta!"
Si pirang mencurutkan bibirnya."Mou! aku kan adiknya Taigacchi jadi nggak apa-apa donk kalau aku pendek-ccu!"
"Alacan!" cibir si merah sambil memutar kenop pintu mahoni di depannya dengan sedikit berjinjit. Ya mereka sudah sampai di kamar orang tua mereka. Dengan seenaknya mereka masuk ke dalam ruangan remang-remang yang hanya diterangi cahaya orange dari lampu nakas. Dan sedikit terdengar suara ranjang berderit. Entah apa yang sedang pemilik kamar lakukan.
"Kaa-chan! Tou-chan!" suara melengking si kuning membuat dua sosok yang tengah ya begitulah sontak menoleh bersamaan.
"Ryo-ryouta!" pekik pihak yang berada di bawah, sekuat tenaga tangan rampingnya mendorong sosok yang semula menindihnya.
Klik
Ruangan itu menjadi gelap seketika.
"Hyaaa! Mati lampu, Kaa-chan kowai yo!" teriakkan cempreng datang dari bibir si pirang. Ryouta memang tak suka tempat gelap.
Klik lampu sudah menyala.
"Kaa-chan!" Ryouta menghambur kearah ranjang orang tuanya.
Si kaa-chan melirik kearah putra pirangnya, dia juga melihat putranya yang berambut merah yang sudah berada disamping ranjang mereka."Kenapa kalian kemarin?" tanyanya heran.
"Tetcuyacchi menangis kelas Kaa-chan!" ujar si pirang.
Menghela nafas."Kembalilah ke kamar, Kaa-san akan segera kesana." Ujar si 'ibu' kalem. Bocah pirang itu mengangguk dan segera menarik saudaranya yang masih terpaku dengan sesuatu.
"Daiki berhentilah menggerayangi tubuhku dari balik selimut, Tetsuya menangis aku harus kesana."
"Bisa tidak kita lanjutkan sebentar? Kegiatan kita belum selesai, Sei." Tangan kekar berwarna coklat itu menarik pinggang polos sang 'istri'."Kau tahu ini tanggung sekali, tinggal sedikit lagi." Rajuknya masih menggoda si merah.
"Kau lanjutkan saja di kamar mandi." Sosok ramping itu beranjak dari ranjang mereka dan mulai memunguti baju yang berserakan.
"Hanya sebentar tak lama." Si biru masih mencoba merayu di merah.
"Dan membiarkan Tetsuya menangis sepanjang malam? Berhenti merengek atau tak ada jatah selama seminggu penuh." Ucap Aomine Seijuurou dengan penuh penekanan dan hanya dibalas desahan kecewa.
.
.
.
Kini baby Tetsuya sudah tidur dengan tenang kembali. Wajah polos sewaktu tidurnya membuat kesan imut berkali-kali lipat. Sungguh beruntung keluarga Aomine memiliki bayi yang sungguh sangat menggemaskan ini. Bahkan sang 'ibu' yang sewaktu SMA terkenal sebegai orang yang jarang tersenyum sekarang tengah tersenyum lembut pada baby Tetsuya.
"Ne Tou-chan." Mata merah itu sedikit melirik kearah putra kembarnya yang tengah berhadapan dengan sang ayah.
"Hm?"
"Kenapa Tou-chan tadi ada diatas Kaa-chan?" Seijuurou memfokuskan pendengarannya."Telus kenapa tadi Tou-chan dan Kaa-chan nggak pakai baju?" Taiga fokus pada pertanyaannya sedangkan Ryouta hanya mengamati dengan bingung.
"I-itu...aah Tou-san dan Kaa-san sedang berolahraga, Push up." Jawab si kepala keluarga.
"Diatas Kaa-chan?" Taiga masih bertanya lengkap dengan wajah polosnya menuntut jawaban.
"Y-ya begitulah."
"Kaa-chan nggak cakit?" tanya Ryouta yang ternyata ikut penasaran.
Aomine Daiki mneyengir kuda."Kaa-san kalian 'kan kuat!"
Saudara kembar itu mengangguk sok faham.
"Kalian berdua segeralah ti_" perkataan sang ayah terpotong.
"Lalu kenapa Tou-chan nggak pakai baju?"
Sampai dimana putranya melihat adegan 'senam' mereka!
"Karena panas jadi Tou-san nggak pakai baju. Sudah kalian cepat tidur."
"Hmm jadi kalau mau olahlaga halus lepas baju." Ryouta bergumam sambil mengangguk-anggukan kepala.
"Ne Tou-chan."
Aomine Daiki kembali was-was."Ada apalagi Taiga?"
"Kenapa tadi bibil Tou-chan dan Kaa-chan menempel seperti ini?" tangan mungil itu menarik tangan saudaranya yang masih berdiri disampingnya daaan...
Cup
"TAIGA JANGAN MENCIUM RYOUTA!"
"UUUUEEEEE!"
"DAIKI JANGAN BERTERIAK!"
"UUUWEEE!"
Dan baby Tetsuya menangis kembali. Ryouta dan Taiga hanya menatap bingung pada kedua orang tuanya.
The End
Narin: Yahoo~ssu saya datang lagi~~ /bawa AoAka sekeluarga. Gimana? Gimana? Absurd ya? Pasti Narin gtu loh! /malah bangga. Ah ini FF yg aku janjiin buat Letty-chan XD Letty-chan mampir ya! Gomen kalo aneh DX
B: Maaf kalo FF bakauthor semakin absurd, jelek, nggak jelas dan aneh.../sinis
Narin: hidooi B! Hidoi! Oh iya B kamu belum kenalan sama readers, cepet kenalan dulu!
B: menyusahkan...Halo readers-san perkenalkan saya asisten si bakauthor. Readers-san bisa panggil saya B ^^ saya masih heran knp si bakauthor ngasih nama Cuma satu huruf /deathglare Narin.
Narin: biar mudah diingat XP semoga terhibur ya minna-san sama FF AoAka family kami XD jangan lupa nongkrong2 bentar minum kopi sambil bca ini cerita XD
B: selamat berkunjung ^^ silahkan tinggalkan sedekah berbentuk review pada si Author biar nggak malesan lg klo mau nulis FF.
Narin: B kau memang asisten terbaik XDD /pelukcium
Narin to B: mohon kerjasamanya~
Salam peluk
Narin to Bgata
