"Menggunakan karyawanmu?"

Tawa remeh keluar dari belah bibir pengucap kalimat tersebut, menurunkan pandangannya ke bawah untuk melihat ke bawah meja dimana sebuah pipi bokong yang masih terbaluti oleh celana kain hitam tengah dalam keadaan menungging—memperkerjakan mulutnya untuk memberikan servis ke sebuah batang kejantanan dengan hinanya keluar dari rumahnya.

Sementara lelaki yang diajukan pertanyaan—sekaligus yang tengah diberi servis pada bagian vitalnya—hanya sibuk membaca kumpulan kertas sebagai kontrak dari kerja sama yang diajukan oleh lelaki si pengaju pertanyaan.

"Karena bukan terikat rasa cinta bagaimana jika aku menyicipinya?" tanya si lelaki yang bukan merupakan bagian dari perusahaan Jeon.

"Ambil saja."

Bahkan tanpa diberikan satu kata perintah pun si pemakai celana kain hitam itu mengeluarkan batang kejantanan dari mulutnya, menunjukkan belah bibir merah mudanya yang basah karena ilur dan juga pre-cum dari kejantanan milik pimpinannya. Mengelap mulutnya dengan punggung tangannya kemudian keluar dari bawah meja untuk berjalan berhadapan dengan pimpinan perusahaan lain itu. Pandangannya sayu—menunjukkan wajah datar namun juga bergairah, penuh akan hawa nafsu ketika dua tangan pimpinan perusahaan itu menarik pinggangnya.

"Panggil aku, Tuan Yugyeom. Mengerti?"

Anggukan kecil penuh akan kepatuhan didapatkannya. Membawanya untuk duduk pada pangkuannya—saling berhadapan. Tangan kirinya masih setia merangkul pinggang si submisif sedangkan tangan kanannya mulai nakal menyentuh belah bokongnya. Merasakan lubang masuknya meski masih tertutupi oleh celana kain itu. Sedikit menekan jari telunjuknya ke dalam lubang itu menghasilkan rintihan nikmat dari lelaki di pangkuannya.

"Sepertinya satu gedung ini memakainya? Dia tidak terlatih untuk menahan suaranya." Tanya Tuan Yugyeom sekarang menggunakan tangan kirinya untuk meremas pipi bokong itu.

"Hya—ahn…"

"Dia memiliki mulut untuk bersuara bukan untuk menahan suaranya." Balas si pemimpin perusahaan Jeon.

"Harsh." Ketus si pimpinan perusahaan lain itu, kembali menyalurkan perhatiannya kepada lelaki cantik yang tengah bergerak tak nyaman karena merasa geli. "Sudah terlalu biasa dikasari, eh? Bagaimana jika aku memberikanmu sesuatu yang kasar namun lembut?"

Sesuatu yang kasar namun lembut?—si submisif hanya bisa menanyakan itu dalam kepalanya tetapi tatapan matanya mengambil peran mulutnya untuk berbicara meski hanya oleh sebuah tatapan.

"Benar. Sesuatu yang kasar namun lembut."

Lelaki itu menyebutkan dua kata sifat yang saling berkebalikan—jadi apa maksud sebenarnya? Pikirannya langsung habis terbakar ketika kedua tangan tuan Yugyeom merobek kemejanya—entah ini kemeja keberapanya—mengekspos dada berkulit golden honeynya—mengejutkannya, tanpa luka sedikit pun selain beberapa bercak merah pada daerah tengkuk. Malah jika dilihat baik-baik terdapat beberapa garis membentuk sebuah lingkaran seperti sebuah gigitan.

"T-tuan Yugyeom—maafkan—jangan lihat leherku. M-mata Anda akan—"

"Hei. Hei. Tidak apa. Jangan mengkhawatirkan hal itu, bagiku ini malah terlihat erotis."

Ah—padahal itu hanyalah perkataan manis dari seorang pemimpin perusahaan sama seperti apa yang biasa dilakukan oleh pimpinannya. Mengatakan kata-kata manis seperti madu untuk membuainya, menjeratnya dalam toples madu busuk seolah untuk kepuasan melihat rasa terkejut dan kekecewaan dari lawan mainnya.

Kedua pimpinan itu memang busuk sampai ke dalamnya.

"Un—nh…"

Merintih nikmat ketika lidah basah menjilat bekas luka gigitan dari entah siapa—dia terlalu banyak melakukannya dengan bermacam-macam orang. Rasanya sedikit ngilu tetapi juga nikmat karena bekas gigitan itu belum sembuh sepenuhnya jadi apa mungkin lukanya terbuka kembali?

Apa ini yang dimaksud dengan kasar namun lembut?

Seluruh tubuhnya merasa geli—geli yang berbeda dari biasanya. Mungkin inilah yang dinamakan titik jenuh manusia, padahal saat itu dia ingin untuk dikasari sampai menggigitnya pun akan diterimanya tetapi sekarang dia malah ingin setidaknya diperlakukan dengan lembut.

Ini menggemaskan sekali padahal pada matanya Tuan Yugyeom memiliki penampilan yang sedikit terlihat lebih nakal dibandingkan pimpinannya tapi malah memperlakukannya lebih lembut. Matanya tertutup setengah, mengucapkan nama lelaki di atasnya berhubung sekarang posisinya telentang di atas meja rapat.

"Tuan Yugyeom… Gunakan aku…"

Permohonan itu mengundang lirikan tajam dari si pimpinan Jeon dan tak disadari baik oleh si Yugyeom maupun budak seksnya. Berpura-pura tak merasakan apapun, melanjutkan kegiatan membaca kontraknya.

"Dengan senang hati. Mari buat pimpinanmu merasa terkalahkan."

.

.

.

To be Continued

Ini anggep aja buat debut smut collection yang melebihi 1,5k kata dalam satu partnya. Ini masih prologuenya doang ya~ jangan bunuh aku karena pakenya Yugyeom, awalnya mau pake Minjae tapi baru inget nanti Minjae muncul sebagai orang lain, toh ini maksudnya kan Yugyeom kenalan si pimpinan perusahaan Jeon ini bukan kenalan si submisif ini~ biar kesan ngegunainnya lebih kerasa/?

Buat kalian—yang suka manggil master sekarang panggilnya Ve! Awas aja ya kalo ada yang masih manggilnya masternim, langsung digodain sampai ga tahan nih/?