Disclaimer: Semua karakter Gintama adalah milik Sorachi Hideaki-sensei

Rating: K+


.

.

YOU CALL IT "FRIEND"

©Kao'Ru'vi

.

.

Untuk kedua kalinya, hari ini datang lagi.

Satu hari dalam setahun, hari di saat ia membutuhkan pegangan. Saat ia membutuhkan seseorang ….

.

.

"… Aku akan kembali lagi, Aneue."

Okita Sougo mengucapkan salam perpisahan dengan senyum lembut seraya mengelus nisan di hadapannya. Ia berdiri, kemudian berbalik meninggalkan makam itu tanpa menoleh lagi.

Tahun kedua perayaan kematian Mitsuba, dan rupanya perasaannya masih sama.

Bagaimanapun seorang Okita Sougo menjalani dua tahun ini seperti biasa, hanya hari ini saja, satu hari tiap tahunnya, ingatan itu akan menguasainya. Menarik keluar rasa sesal yang selalu berusaha dikuburnya.

Seolah ingin mengejeknya, kini langit mulai menjatuhkan tetesan air. Tahun lalu pun begitu. Cuaca yang sama dengan hari itu.

Sepertinya dewa benar-benar ingin membuatnya tenggelam dalam ingatannya.

Ia ingin hari ini cepat berakhir….

.

Okita Sougo mengeluarkan ponselnya, menyusuri contact list dan menekan tombol call saat menemukan nama yang ia cari.

"Temani aku minum. Aku yang bayar."

.

.

Sakata Gintoki menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal seraya menatap pemuda yang tertidur di hadapannya. Daripada disebut tertidur, mungkin lebih tepat dikatakan pingsan. Atau malah 'memingsankan diri', kalau ada istilah itu.

Saat ia tiba di kedai ini tadi, pemuda itu sudah duduk di salah satu kursi di pojok ruangan. Pemuda itu tidak berkata apa-apa, tapi ia terlihat kacau. Seperti tahun lalu, dan terlebih lagi tahun sebelumnya.

Sama seperti tahun lalu, pemuda itu menunggu Gintoki datang sebelum memesan minuman. Sake. Saat pesanannya datang, pemuda itu langsung menenggaknya sebelum terkapar tak sadarkan diri.

Bayangkan betapa paniknya Gintoki saat pertama kali melihat pemuda itu tiba-tiba tak sadarkan diri. Tapi kini Gintoki sudah tahu. Pemuda yang lemah pada alkohol itu hanya membutuhkan seseorang untuk menemaninya. Seseorang yang bisa dengan leluasa ia perlihatkan sisi lemahnya tanpa perlu mengkhawatirkan apa pun.

Gintoki kembali menuang sakenya, tidak ingin menyia-nyiakan minuman gratis yang kini menjadi haknya. Ekor matanya melirik sang pemuda yang masih terlelap. Gintoki dapat melihat butiran air di sudut mata pemuda itu.

Ia tahu, seorang Okita Sougo tidak mungkin bisa bebas memperlihatkan sisi lemahnya kepada Kondo Isao, orang yang paling ia hormati dan ingin ia lindungi sepenuh hati.

Ia tahu, seorang Okita Sougo tidak mungkin bisa bebas memperlihatkan sisi lemahnya kepada Hijikata Toushirou, orang yang paling ingin dikalahkannya—atau malah dibunuhnya—sepenuh hati, yang mungkin—jauh di lubuk hatinya—juga ia kagumi.

Ia tahu, seorang Okita Sougo tidak mungkin bisa bebas memperlihatkan sisi lemahnya kepada Kagura, rival sejatinya yang—sepertinya—diam-diam juga ingin dilindunginya.

Dan tentunya ia tahu, seorang Okita Sougo tidak mungkin bisa bebas memperlihatkan sisi lemahnya kepada Yamazaki Sagaru, Harada Unosuke, atau bawahan-bawahannya yang lain.

Yang saat ini dibutuhkan oleh seorang Okita Sougo bukanlah sosok atasan, rival, apalagi bawahan. Yang dibutuhkannya kali ini adalah sosok yang bisa ia hadapi tanpa perlu mencemaskan kedudukan atau harga diri.

Gintoki menenguk sakenya sebelum menepuk kepala sang pemuda sambil tersenyum tipis.

"Kau menyebutnya 'teman'."

.

_FIN_

.


.

A/N: Selesaaaaaaiiii!Saat Ru masih utang ngelanjut Danchou no Omoi, kenapa Ru malah bikin ini? Euh, ya, maap-maap aja yaaa... Soalnya ini idenya udah lumayan lama. Dan sayang kalo nggak dieksekusi cuma karena Danchou no Omoi nggak lanjut-lanjut. *disepak* Tapitapitapi, seriuuuuus! Saya akan berjuang menyelesaikan Danchou no Omoi!

Sebelum itu, mohon komentar, kritik, maupun sarannya atas drabble(?ish?) yang satu ini. Hehe...