I HAVE A DREAM
This fic © Fuyuhime Ryuu
Super junior © GOD and themselves
Rated : T
Genre: Friendship, Brothership, Hurt/Comfort.
Warning! Gaje, abal, EYD gak karuan, Don't like, DON'T READ THEN...!
_o0o_
Happy Reading...
-o0o—
Cast:
Cho Kyuhyun
Kim kibum
Kim Heechul
All of super junior members
_I have a dream_
#Seoul, S. Korea.
"Rasakan itu... Percuma saja kami terus menerus memberimu makan. Kau sama sekali tak lebih dari hewan ternak yang tak bisa melakukan apapun dengan benar." Sebuah teriakan dari seorang yeoja gempal begitu mengusik indera dengarnya.
Dengan isakan yang seakan tak pernah berniat untuk berhenti, bocah namja itu terus saja mendengungkan satu kata, "Mianhae... Mianhae... Mianhae.." Tanpa jeda dan tanpa henti. Seakan untuk sekedar bernafas saja dirinya tak punya cukup waktu.
"Kau selalu mengatakan mianhae, mianhae, dan mianhae... Apa dengan ucapan mianhae bisa membuatku kaya?. Pergi sana... Kau bocah bodoh yang tak bisa apa-apa. Pergi dari hadapanku...! Aku muak melihat mukamu. Pergi kemanapun yang kau mau, dan jangan sampai aku menemukanmu. Atau aku akan membunuhmu saat itu juga." Bentak yeoja itu kasar.
Si bocah yang tak tahu harus melakukan apa segera memeluk kaki yeoja tersebut. "Eomma jebal... Jangan mengusirku. Aku tak memiliki apa-apa dan aku juga tak memiliki siapa-siapa didunia ini... Hanya rumah ini yang bisa ku tuju untuk berlindung. Eomma... Eomma boleh melakukan apapun padaku, asal jangan mengusirku..." Bocah tampan itu nampak tak mampu lagi membendung air matanya.
"Tidak...! Pergi kau kim kibum... Kau sama sekali tak berguna. Aku sudah bosan memukulmu setiap hari." Ucap yeoja tersebut dan entah mengapa segera terkikik mengerikan. Kakinya yang cukup besar segera menendang tubuh bocah ringkih itu tanpa belas kasih.
Diluar, hujan cukup deras. Bekas luka maupun luka baru yang tercetak ditubuh si bocah nampak terekspos sempurna karena hujan membuat kaos tipis berwarna putih kotor yang dikenakan sang bocah menempel dengan tubuhnya.
Si bocah terus tergugu dibawah guyuran air hujan yang seakan turut meratapi duka bocah tampan berkulit susu itu. "Eomma... Mianhae..." Gumamnya diantara rasa dingin dan sakit yang mendera tubuh kurusnya.
#Nowon gu, .
"Eomma... Aku pulang..." Teriak seorang bocah berparas tampan sekaligus imut itu. Senyuman lebar terpeta indah diwajahnya.
"Eomma... Kyunnie pulang..." Suaranya mulai melirih saat dimasukinya rumah pondok yang dimilikinya. Rumah tersebut jauh dari kata sederhana bahkan hampir bisa dibilang, rumah tak layak huni.
Bocah tampan itu segera menelisik tiap sudut dari rumahnya itu. Seharusnya tak begitu suiit untuk menemukan sang ibu yang biasanya memasak apapun didapur kecil mereka. Namun hanya kehampaan yang ditemukannya. Si bocah melanjutkan pencariannya kedalam kamar sang ibu, dan menemukan secarik kertas berwarna biru muda dan beberapa lembar uang kertas diatas kertas tersebut.
Diraihnya kertas tersebut dan dibacanya dengan pelan. Tentu saja dia sudah bisa membaca, karena si bocah kini duduk dibangku kelas 3 SD.
'Kyuhyunnie... Eomma harus pergi dulu untuk beberapa waktu. Eomma perlu mencari uang untuk kita hidup seterusnya. Dan jika eomma beruntung, nanti eomma akan menemuimu bersama dengan appa. Bukankah kyunnie rindu sama appa?.
Kyu... Uri chagi... Pergilah ke alamat ini dan tinggalah sementara disana. Kyuhyun anak eomma yang pintar. Eomma yakin kyunnie dapat kealamat ini sendiri kan?Eomma janji akan menjemput kyunnie disana nanti. Nde...?
Salam sayang dari eomma,
Kim hanna'
Sebuah alamat disebuah kertas lain yang sedikit lebih lusuh dari kertas sebelumnya yang selanjutnya menjadi pusat perhatiannya. Sangat egois dan kekanakan bukan eomma yang satu ini?. Bocah itu tergugu seketika. Dirinya cukup pintar untuk menyimpulkan bahwa dirinya telah ditinggalkan ibu tercintanya. "Eomma..." Teriaknya keras. Si bocah segera menghancurkan setiap tatanan rapi tempat tidur yang biasa ditempatinya dengan sang ibu. Bocah kecil itu seakan sudah mulai gila.
Hidupnya sudah begitu sempurna, bahkan tanpa sang ayah, tanpa harta yang melimpah, tanpa apapun. Terbukti bahwa cinta anak dan ibu itu tak mampu membuat mereka kelaparan dan merasa miskin. Itulah mungkin yang terjadi pada keluarganya dulu hingga beberapa waktu yang lalu.
"Eomma... Eomma..." Terus dan terus sang bocah menangis tiada henti. Hingga lelah akhirnya menguasai tubuhnya dan mengajak tubuh kecil itu untuk beristirahat dan melupakan apa yang terjadi padanya baru saja. Membawanya kealam mimpi yang tak pernah sekalipun menyakitinya selama ini.
# S Orphanage, Seoul, S. Korea.
Seorang bocah namja berparas cantik dan berkulit bersih nampak asyik memandangi rintik hujan yang terus menerus menitik tanpa mau berhenti.
"Chullie hyung... Ayo main hujan-hujanan diluar..." Ajak bocah mungil nan imut.
"Iya chullie hyung... Main hujan-hujanan mengasyikkan loh..." Kali ini bocah yang tak kalah imut dari bocah yang mengajaknya sebelumnya. Hanya saja umur mereka sedikit berbeda.
"Tidak mau. Aku malas. Mainlah wookie, minnie..." Suruh heechul dan segera mengibaskan tangannya seakan mengusir keduanya untuk segera pergi.
"Ayolah chullie... Sekali-kali main hujan-hujanan... Kecantikanmu tidak akan luntur kok... Percayalah padaku..." Kini bocah namja dengan dimple tunggal yang mencoba meraih hati si bocah cantik. Sebuah smirk yang sama sekali tak pantas diwajah malaikatnya terlihat.
"Anni teukie ah... Gumawo... Aku tak suka basah..." Tolaknya dengan nada malas.
Akhirnya bocah-bocah itu pergi setelah gagal mengajak bocah namja yang dijuluki cinderella itu ikut bermain bersama. Dengan tawa kekanakan mereka, bocah-bocah cilik itu bermain sepak bola. Si cinderella hanya mampu melihat paras riang itu dari balik kaca jendela yang tepat mengarah kelapangan kecil yang becek dihadapannya. "Andai saja aku bisa ikut bermain..." Gumamnya pelan kemudian tersenyum kecut.
_I have a dream_
#Kim kibum POV.
Aku terus terpaku didepan bangunan rumah yang sudah aku tempati seumur hidupku ini. Wanita yang selalu aku anggap cantik dan selalu kusebut eomma itu kini tak lagi berkenan memberiku tempat berlindung.
Aku masih belum mau beringsut dari tempatku. Kakiku sudah mulai kelu, namun aku masih berharap eomma mau membuka kembali pintu yang sudah tertutup itu untukku dan mengajakku masuk kembali, sehingga aku bisa menggunakan pakaian keringku dan menghangatkan tubuh ringkihku ini.
Tapi kenyataan berkata lain. Pintu itu tertutup hingga sore hari. Beberapa orang keluar dari rumah itu, yang tentu saja adalah bagian dari keluargaku, namun tak satupun yang mengindahkan adanya diriku. Seakan aku bukanlah wujud nyata dari apapun, seakan aku ini adalah makluk gaib yang tak nampak.
Akupun akhirnya menyerah pada rasa dingin yang terasa membekukanku, menyerah pada harapan untuk diterima kembali keluargaku, dan harapan apapun.
Kulangkahkan kakiku kemana saja arah angin membawaku. Tubuh kecilku yang kelaparan seakan terasa melayang, namun entah kekuatan dari mana, kakiku ini masih mampu untuk terus berjalan.
Disamping kiri jalan yang kutempuh, ada sebuah rumah yang jauh dari kata mewah. Hanya saja aku melihat beberapa bocah terdengar penuh tawa tengah bermain-main dibawah guyuran hujan yang seakan tak bersedia untuk berhenti.
Bagaimana mereka bisa tertawa ditengah rasa dingin ini. Sedangkan aku malah terus menangis tanpa mampu kuhentikan. Tak butuh waktu lama, pikiran kekanakanku mulai berselancar dalam alam khayalan. Aku ingin bermain bersama mereka, tertawa bersama mereka, dan jika mungkin aku juga ingin hidup bersama mereka.
Tanpa terasa kaki rapuhku melangkah begitu saja, menuju kearah kerumunan bocah-bocah itu. Aku hanya ingin ikut bermain selayaknya yang mereka lakukan. Pasti sangat menyenangkan hingga lengkungan yang kutahu bernama senyum itu terus terpeta.
Sayang sekali, sebelum aku mampu mencapai mereka, pandanganku mengabur, dan setelahnya aku tak tahu apa-apa selain kegelapan pekat yang langsung membekapku rapat.
#Kibum POV end.
_I have a dream_
#Kim heechul POV.
Aku tengah menggambar tiga ekor beruang sambil menyanyi. Nadaku mungkin terdengar sumbang, namun aku sama sekali tak peduli. Terus saja jemari lentikku menggambar di kaca jendela yang berembun.
Sekali lagi kulirik teman-temanku yang masih terus bermain bola ditengah hujan sana. Ada rasa iri dihatiku tentu saja. Hanya saja aku tak mau membuat mereka berada dalam masalah jika aku turut bermain.
Tentu saja aku memiliki alasan menolak turut bermain dengan mereka. Aku penderita hemofilia. Ya, kelainan darah itu yang membuatku tak bisa seceria yang seharusnya, dan tidak bisa bebas bermain seperti bocah seumuranku. Aku harus benar-benar membatasi gerakku agar tak sedikitpun ada luka yang menggores kulitku atau aku harus menghuni ruang rawat inap di rumah sakit yang sama sekali tak kusukai.
Aku juga tak bisa main begitu saja, karena daya imun ku sangat parah. Hujan-hujanan bisa saja membuatku demam selama berhari-hari. Sungguh merepotkan hidupku, bagi orang lain, dan tentu saja bagiku sendiri.
Aku mulai bosan didepan kaca. Kuhapus gambar-gambar tak jelas yang terus saja diukir oleh jemariku dengan tangan. Hm... Dingin. Namun ketika embun dikaca benar-benar menghilang, ada satu pemandangan yang terlihat jelas didepan sana.
Kucoba menajamkan pandanganku. Well, aku belum minus tentu saja diusia beliaku, tapi hanya ingin memastikan. Dan benar saja. Ada bocah yang lebih kecil dariku tengah tertidur dijalan menuju rumah –panti asuhan- kami. 'Apa bocah itu gila?. Apa bocah itu kesasar?.' Spekulasiku tak karuan.
Tanpa pikir panjang, kakiku kuajak melangkah menerjang hujan. "Chullie ah...! Kau mau kemana...?! Jangan hujan-hujanan...!." Beberapa pengasuh meneriakiku, namun seakan tuli, aku terus berlari mendekati si bocah.
Astaga, tubuhnya penuh luka luar biasa. Pakaiannya kotor, berlubang dan sobek dimana-mana.
"Hei... Bangunlah... Apa kau sudah mati...?" Tanyaku pada bocah itu sambil ku tusuk pipinya yang pucat menggunakan telunjukku, tapi aku tak mendapat respon sama sekali. Kuputuskan untuk menggendongnya saja. Jikapun dia sudah meninggal, setidaknya dia tidak akan membusuk dan menjadi makanan gagak pemakan bangkai.
Saat berada digendonganku, meski lemah, tapi aku masih dapat merasakan hangat nafasnya berhembus ditengkukku. Sedikit geli, tapi aku harus segera membawanya ke rumah. Dia sangat membutuhkan perawatan. Aku kembali berlari menuju rumah sambil berharap rumput tak akan melukaiku.
"Hosh... Hosh... Kim eommonim... Tolong rawat dia. Sepertinya dia sakit..." Ucapku dan segera menyerahkan bocah dipunggungku untuk dirawat.
"Ye..." Wanita bertubuh dempal yang sudah kami anggap ibu bagi kami segera mengambil alih tubuh bocah itu dari jangkauanku. Omoo... Nafasku seakan habis gara-gara berlari-lari. Satu kegiatan yang sangat jarang aku lakukan. Kini harapanku semoga bocah itu baik-baik saja, dan akupun tak terserang demam gara-gara kelakuanku.
Namun harapan tinggal harapan. Si bocah tampan itu memang tidak apa-apa, tapi aku langsung terserang demam beberapa jam kemudian. Hah... Tubuh ini memang menyusahkan.
# Heechul POV end.
_I have a dream_
#Cho Kyuhyun POV,
Aku masih menangis di depan tempat tidur. Beberapa saat lalu aku terbangun karena merasa perutku lapar. Aku melewatkan makan siangku, dan tentu saja kini perutku sudah mulai berdemo tak karuan.
Kuarahkan langkahku menuju dapur. Berharap menemukan apapun untuk mengganjal perutku ini. Dan, aku menemukan nasi goreng yang persis ku makan pagi tadi sebagai menu sarapan dan mungkin menu terakhir buatan eomma yang kumakan.
Kutelan dengan susah payah, karena nasi goreng ini membuatku teringat kembali pada eomma. Kenapa eomma tak mengajakku?. Apakah aku beban baginya?.
Kulihat kembali kertas lusuh yang sedari tadi masih kugenggam. Kukuatkan keyakinanku untuk mengikuti perintah eomma. Mungkin dengan menjadi anak penurut, eomma akan segera menjemputku dan kembali menemaniku.
Perutku sudah cukup terisi, kulangkahkan kembali kakiku menuju kamar. Kupandangi beberapa foto yang sengaja eomma pajang dimeja belajarku sekaligus meja rias eomma. Aku segera mempersiapkan kepergianku. Beberapa pakaian kumasukkan kedalam tas ranselku yang sebenarnya agak kebesaran untukku tapi ternyata cukup berguna disaat begini, aku juga membawa beberapa buku pelajaranku lengkap dengan alat tulisnya, aku tak mau terkesan bodoh dan tak berpendidikan saat sampai ditempat kenalan eomma, aku kan sudah sekolah.
Setelah kuanggap semuanya beres, aku segera membaringkan tubuh kecilku ditempat tidur. Rasanya dingin tanpa pelukan eomma, dan air mataku kembali mengalir setelahnya.
#Kyuhyun POV end.
_I have a dream_
#S Orphanage, Seoul, .
Bocah-bocah kecil dan tanggung itu nampak berkejar-kejaran didalam sebuah ruangan yang dicat dengan warna kuning cerah. Secerah mentari yang bersinar diluar sana.
Bocah-bocah ini memang sedikit aneh. Ketika hujan, mereka justru bermain diluar rumah, tetapi ketika cuaca cerah malah bermain didalam ruangan. Tapi biarlah naluri kekanakan mereka yang mengatur kegiatan apa yang mereka lakukan.
"Yuri noona, Heechul hyung sudah sembuh?." Tanya bocah tampan yang jika tersenyum matanya membentuk smile eyes itu.
"Hm... Tapi dia masih perlu banyak istirahat kanginnie. Jadi jangan mengganggunya, ne...?" Ucap yeoja berparas cantik itu halus sambil menaruh telunjuknya dibibir.
Yuri adalah dokter sukarela yang kerap dimintai tolong pihak yayasan panti asuhan itu untuk menolong anak-anak yang sakit. Namun yuri juga datang setiap hari minggu untuk memeriksa keadaan para penghuni panti itu dan memastikan semuanya sehat-sehat saja.
"Noona... Anak yang ditemukan heechul hyung kemarin...?" Yuri segera mengerti maksud bocah bermata sipit dihadapannya itu.
"Namanya kim kibum... Dia baik-baik saja, dan mungkin sebentar lagi bisa bergabung dengan kalian. Kalian mau kan menemaninya?." Tanya yuri halus.
Semuanya nampak mengangguk dengan sangat antusias. Mereka selalu senang jika bertambah teman. Menurut mereka, semakin banyak orang, semakin menyenangkan permainan yang akan mereka lakukan. Yuri tentu saja sangat senang melihat semangat mereka. Semangat bocah-bocah yang sama sekali tak mengetahui betapa pahitnya kenyataan dunia ini.
"Ayo main lagi. Noona ikut." Ajak yeoja cantik itu dan segera saja larut bersama bocah-bocah tanpa dosa itu.
_I have a dream_
Bocah tampan itu mulai melangkahkan kakinya mantap. Dikuncinya rapat rumahnya. Memang sedikit tidak masuk akal bagi bocah berumur 8 tahun untuk mencari alamat yang sama sekali belum pernah dikunjunginya itu. Namun bagaimanapun juga, dia berniat untuk mengikuti amanah dari sang ibu.
"Kau mau kemana kyu...?" Tanya seorang namja setengah baya yang tengah mengendarai mobil pribadi miliknya.
"Aku mau kesini ahjusshi..." Bocah tampan bernama cho kyuhyun itu segera menunjukkan secarik kertas lusuh pada namja yang dipanggilnya ahjusshi itu.
"Mana eomma mu kyu...?" Tanyanya heran karena tak melihat siapapun berjalan dengan kyuhyun.
"Eomma pergi mencari uang dan mencari appa ahjushhi. Jadi dia memintaku menunggu disitu." Sekali lagi kyuhyun menunjuk kertas yang kini berada ditangan namja setengah baya itu.
"Ck..ck...ck..." Decak sang namja pelan. "Ayo kyu, Ikut Ahjusshi. Ahjusshi antarkan kealamat ini. Ahjusshi juga mau kearah ini." Ajak si namja tak tega. 'Wanita gila' Batin namja setengah baya dialamatkan pada ibu si bocah.
Dengan senang hati, bocah tersebut segera memasuki mobil yang dikendarai ahjusshi yang dikenalnya itu. Mobilpun melaju, sedang kyuhyun terus fokus pada jalanan yang dilaluinya.
Matanya seakan dimanjakan dengan pemandangan yang belum pernah dilihatnya. Hutan pinus berganti menjadi pedesaan dengan rumah-rumah kecil, hutan lagi, dan beberapa rumah diantara rimbunnya pohon-pohon pinus, itulah kira-kira yang terus diperhatikannya.
"Ah... Disini sepertinya alamatnya." Ucap ahjusshi itu pelan dan segera meminggirkan mobilnya kesisi kanan jalan raya. "Kyu, sepertinya itu rumah yang dimaksud eommamu..." Ucap ahjusshi dan menunjuk kearah sebuah rumah sederhana yang cukup besar.
"Gumawo ahjusshi atas tumpangannya."Begitulah kyuhyun diajari sopan santun saat mendapat bantuan dari orang lain. Kyuhyun segera meloncat dari tempat duduknya dan memandang rumah tersebut dari kejauhan. Sangat berbeda dengan rumah kecilnya yang kumuh. Rumah itu lebih besar dengan taman kecil disamping rumah yang nampak terawat.
"Ayo ku antarkan kedalam kyu..." Ajak ahjusshi turut turun dari mobilnya. Namun kyuhyun kecil segera menolak. "Gamsahamnida ahjusshi. Tapi ahjusshi kan memiliki keperluan tadi. Aku berani kok kesana sendiri."
"Ya sudah... Kalau gitu hati-hati ya kyu. Kapan-kapan ahjusshi akan mengunjungimu kalau kau masih disana." Ucap sang paman pelan.
Kyuhyun segera membungkukkan badannya singkat dan segera melangkah memasuki wilayah rumah tersebut. 'Apa mereka akan menerimaku?' Batin kyuhyun ketar-ketir.
Ketika sampai didepan pintu, kyuhyun terbengong dengan pemandangan dihadapannya. Beberapa bocah yang sepertinya lebih tua darinya nampak membuat lingkaran dan nampak asyik dengan kegiatan mereka, Seorang bocah namja yang nampak seumuran dengannya dan berwajah dingin sibuk bermain rubik, seorang namja berwajah cantik dengan selimut tebalnya nampak tengah berdebat dengan seorang yeoja muda yang nampak cantik. Beberapa wanita berumur nampak tersenyum memperhatikan kegiatan bocah-bocah itu. Hingga seorang wanita setengah baya menyadari kedatangannya.
Yeoja itu segera mendekat kearah kyuhyun dan menanyakan keperluannya. Sedikit kaku, namun kyuhyun menjawab dengan cukup lancar. "Eomma menyuruhku untuk datang kesini ahjumma." Kyuhyun segera menunjukkan dua carik kertas yang tak pernah terlepas dari genggamannya.
Wanita tersebut tersenyum lembut melihat isi surat tersebut. Satu hal yang disadarinya, bocah ini ditelantarkan orang tuanya. Dan sudah menjadi kewajibannya untuk mengasuh bocah-bocah itu. Memang begitulah maksud berdirinya yayasan yang dikelolanya lebig dari 30 tahun itu.
"Selamat datang kyuhyun ah... Kau sekarang menjadi bagian dari keluarga besar kami. Ayo berkenalan dengan teman-temanmu." Ajak yeoja tersebut senang. Tak ada pertanyaan apapun lagi untuk kyuhyun kecil selain sambutan yang begitu hangat itu.
"Anak-anak... Perkenalkan. Ini teman dan saudara kalian yang baru." Teriak yeoja itumencari perhatian seluruh penghuni ruangan kemudian memandang singkat kearah kyuhyun. "Perkenalkan dirimu." Perintah wanita itu lembut.
"Cho kyuhyun imnida. Bangapsimnida..." Ucapnya lirih namun jelas. Tubuhnya segera membungkuk 90 derajat persis seperti yang diajarkan ibunya saat memulai perkenalan.
Suasana mendadak canggung seketika. Kyuhyun benar-benar khawatir dirinya tak diterima dilingkungannya.
"Hae..." Bocah cantik berselimut itu nampak memanggil bocah namja berparas tampan yang masih berpegangan tangan dengan yang lainnya kepalanya nampak sedikit ditolehkan pada kyuhyun namun pandangannya tetap pada bocah tampan itu. Bocah yang dimaksud itu segera mengerti dan segera bergerak kearah kyuhyun dan meraih tangan bocah berkulit pucat itu. "Ayo main kyuhyun ah..." Ajaknya.. Sebuah senyuman terpancar begitu saja dari wajah tampannya.
Kyuhyun yang masih sedikit canggung memilih mengikutinya saja tanpa banyak bertanya. Semuanya nampak tersenyum dengan kejadian itu. Begitu juga dengan bocah berdimple tunggal yang kini memilih duduk disamping bocah yang masih asyik dengan permainan rubiknya. 'Ah... Saudaraku bertambah lagi...' Batinnya senang.
Angin musim semi sepertinya membawa kabar gembira tahun ini. Jangan takut pada apapun. Hadapi dengan berani tantangan dunia yang selalu mengejek. Karena kita semua memiliki mimpi. Mimpi-mimpi indah yang akan terus menjadi harapan dan angin segar bagi hidup kita.
_TBC_
Curhat dikit...
Beberapa hari yang lalu, fuyu membaca review dari FF yang baru fuyu update.
Seorang teman (Emon) bertanya, FF mu yang masih TBC semuanya cukup berat, gak pengenkah buat FF yang lebih ringan?.
Tentu saja fuyu pengen. Tapi mau bagaimana lagi, otak fuyu udah teracuni sama apapun yang bergenre crime/action tapi itu semua sebenarnya cuma topeng untuk nutupin friendship/brothership yang terlalu manis, yang perlu perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkan maupun mempertahankannya.
Well, karena review itu fuyu jadi pengen juga buat brothership/friendship yang gak perlu pengorbanan didalamnya atau mungkin juga perlu sedikit, :P
Gimana chingu, sudah ringankah?. Kekekeke...
Sa... Inilah hasilnya. FF gak jelas yang gak sempet fuyu edit sama sekali, jadi typos pasti bertebaran.
Dan seperti biasa, fuyu nagih REVIEW...
P.S. Fuyu selalu simpan di folder pribadi review yang kalian kasih. Setiap fuyu malas nerusin cerita, fuyu baca review lagi dan mood fuyu naik lagi...
Jadi, gak dapat fuyu ingkari, bahwa kalian sangat berharga...
Gamsahamnida.
Fuyuhime Ryuu, July 09 2015
