Forbidden Love

Cast : Kai, Sehun, Kyungsoo, Taeoh, etc

Bukannya update yang lama malah ngetik yang baru lagi, dan ini request dari sahabat aku. Mungkin hanya akan terdiri dari beberapa chapter, karena epep aku yang lain juga masih belum kelar.

Yang baca epep Believe In Love, yang aku maksud topeng di situ hanya sebagai kiasan chingu bukan make topeng beneran.

No edit, typo bertebaran.

KaiHun Lovea

.

.

.

.

.

.

Di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, rasanya memang sudah sangat pantas bagi Sehun untuk segera memikirkan masalah untuk mencari seorang pasangan hidup seperti yang selalu ibunya katakan.

"Apalagi yang kau tunggu Sehun? adikmu bahkan sudah mempunyai seorang anak dan kau masih saja duduk diam di dalam kamarmu?"

Itulah kata-kata yang selalu ibunya ucapkan padanya. memang apa yang salah kalau di umurnya yang sekarang Sehun masih belum punya pasangan hidup? Toh, ia juga sudah punya penghasilan sendiri dari pekerjaanya sebagai novelis dan ia tidak perlu bantuan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari yang hanya membutuhkan biaya yang sedikit. Memang apa yang bisa kau harapkan dari seorang novelis yang sehari-harinya hanya terus berdiam diri di dalam kamar dan menulis, Sehun bahkan tidak peduli dengan fashion atau apapun, yang ia butuhkan hanyalah agar idenya tetap terus mengalir deras di dalam otaknya.

"Cobalah kau belajar dari adikmu," lama-lama ibu Sehun merasa jengah juga pada anak sulungnya yang terlihat tak peduli itu. "Dia cantik, punya pergaulan yang luas, dan pastinya keluarga yang bahagia."

"Itukan Kyungsoo, bukan aku."

"Maka dari itu cepat-cepatlah mencari pasangan," ucap ibu Sehun dengan nada gemas. "Mau sampai kapan kau terus-terusan mengurung dirimu di dalam kamar, mau sampai lumutan?"

"Ibu, aku kan mengurung diri di kamar juga untuk kerja," rajuk Sehun.

"Keluarlah sekali-sekali, dan beli pakaian yang baru."

"Memang apa yang salah dengan pakaianku?"

"Itu sudah sangat ketinggalan jaman Sehun. Belilah yang lebih layak untuk kau pakai."

Sehun mengerang pelan, "Tak ada yang salah dengan pakaianku yang ibu bilang ketinggalan jaman itu. Aku nyaman memakainya bu."

"Tapi ibu tidak nyaman melihatnya, ayo ikut ibu, kita harus membeli pakaian yang baru untukmu dan jangan membantah," ibu Sehun yang melihat anaknya ingin memprotes langsung mengeluarkan tatapan mautnya dan berhasil, Sehun hanya diam dan tidak membantah lagi.

"Setelah ini kau harus banyak keluar dari kamarmu, cari pasangan sana."

Sehun cemberut, "Memangnya ibu pikir mencari pasangan itu mudah?"

"Tentu saja, lihat saja adikmu, dia bahkan baru sekali datang ke pesta ulang tahun temannya dan langsung mendapatkan jodoh."

'Itu karena mereka melakukan one night stand dan Kyungsoo hamil setelahnya,' hati Sehun menjeritkan kata itu, tapi ia mengatupkan mulutnya dengan rapat tak ingin membuat ibunya marah kalau ia mengata-ngatai adiknya yang menjadi anak kesayangan ibunya itu. "Ibu ingin aku datang ke pesta-pesta orang kaya atau club ?"

"Sehuh," ucap ibunya dengan nada memperingatkan.

"Iya ibu," Sehun tahu kalau bicara dengan ibunya itu sama artinya dengan dirinya harus banyak-banyak mengalah.

"Siap-siaplah, kita harus pergi dengan cepat." Seakan mengerti dengan tatapan Sehun yang terlihat bingung, ibunya segera menambahkan. "Karena adikmu akan datang siang ini."

Tentu saja, pikir Sehun dengan muram, ibunya tak akan pernah membiarkan anak kesayangannya menunggu kedatangan mereka. "Apa dia akan datang dengan keluarganya?"

"Tidak, mungkin hanya dengan Taeoh."

Sehun mengangguk, ia memang tidak dekat dengan keluarga iparnya tersebut, bahkan bagaimana rupa adik iparnya Sehun sudah lupa, ia hanya sekali bertemu dengannya yaitu di hari pernikahan Kyungsoo. Itupun juga Sehun tidak benar-benar memandang iparnya tersebut, ia terlalu risih berada di pesta pernikahan yang mewah itu dan lebih memilih untuk diam-diam keluar dari pesta dan pulang ke rumah. Sehun masih ingat saat itu ibunya marah besar padanya karena ia pergi tanpa pamit, hampir sebulan keduanya melakukan perang dingin, hingga akhirnya ibunya mengalah dan mulai mengajak Sehun bicara kembali.

"Kalau begitu ayo pergi bu," ajak Sehun. Makin cepat makin baik, Sehun juga tidak ingin membuat adiknya menunggu, karena sudah dapat dipastikan kalau adiknya itu akan marah-marah dan berakhir menyalahkan dirinya. Usia Sehun dan Kyungsoo terpaut 5 tahun, tapi entah kenapa bagi Sehun, Kyungsoolah yang terlihat paling berkuasa di rumah itu, karena apapun yang anak itu inginkan orang tuanya pasti akan menurutinya dan berakhir dengan Sehun yang harus mengalah lagi dan lagi.

.

.

.

.

.

.

"Kenapa kalian lama sekali," sembur Kyungsoo saat Sehun dan ibunya baru tiba di rumah dan langsung di sambut dengan raut wajah cemberut khas Kyungsoo. "Aku sudah menunggu selama lima menit di sini."

Sehun memutar matanya dari balik kacamata yang ia pakai, hanya lima menit dan Kyungsoo sudah bersikap seperti itu?

"Maafkan ibu, sayang. Kakakmu lamban sekali saat belanja."

Sehun mendengus pelan, jadi ini salahnya? Padahal siapa tadi yang cerewet sekali saat belanja hingga Sehun bosan menunggu. "Ya ya ya, terserahlah. Lakukan reuni kalian di dalam, aku mau ke kamar," gumam Sehun.

"Tunggu Sehun," Kyungsoo memang tidak pernah lagi memanggil kakak pada Sehun, katanya itu karena ia sudah menjadi seorang ibu dan Sehun masih sendirian. Adik yang kurang ajar memang. "Aku kesini justru ingin bicara denganmu."

"Apa?" Sehun membeo?"

"Ya," Kyungsoo mengangguk. "Aku membutuhkan bantuanmu."

Tentu saja, pikir Sehun, memang hal apa lagi yang bisa membuat Kyungsoo bicara padanya selain hal itu. "Baiklah, tapi biarkan aku meletakkan ini dulu di kamar," Sehun mengacungkan kantong-kantong kertas berisi barang belanjaannya.

"Letakkan saja di ruang tamu Sehun, bicaralah dengan adikmu," ucap sang ibu. "Oh ya Kyungsoo, di mana cucuku?"

"Di dalam, tertidur."

Dan benar saja saat ketiganya masuk ke dalam rumah, Sehun bisa melihat seorang bocah lima tahun yang tertidur pulas di atas sofa. Sehun tersenyum tipis, terakhir Kyungsoo membawa anak itu kesini, Taeoh belum sebesar sekarang. Dan wajahnya yang di hiasi pipi yang chubby itu terlihat tidak mirip sama sekali dengan Kyungsoo, ibunya mengatakan kalau Taeoh mirip dengan adik iparnya. Ya mungkin saja, pikir Sehun, dia kan ayah kandungnya.

"Sehun kau menyayangi Taeoh bukan?" tanya Kyungsoo tanpa basa basi ketika ketiganya duduk di sofa.

"Tentu saja, dia kan keponakanku."

"Baguslah, kalau begitu aku bisa menitipkan anakku padamu?"

"Apa?" Mulut Sehun terbuka lebar. "Memangnya kau mau kemana?"

Kyungsoo menggedikkan bahunya, "Jalan-jalan keluar negeri mungkin."

"Kau mau bulan madu?" Sehun ingat ibunya pernah mengatakan kalau Kyungsoo dan suaminya tak pernah pergi bulan madu karena kesibukan suaminya itu.

"Tidak, aku tidak akan pergi dengan Jongin, aku pergi sendiri."

"Kalau begitu kenapa kau tidak membawa anakmu?"

Kyungsoo mendengus, "Kalau aku membawa Taeoh, itu bukan liburan namanya, Taeoh hanya akan merepotkan aku."

Dahi Sehun berkerut saat ia mendengar ucapan Kyungsoo, "Bukankah dia anakmu? dan sudah seharusnya kau mengurusnya."

"Sekarang tidak," Kyungsoo mengibaskan tangannya. "Aku ingin bebas untuk beberapa saat, tanpa ada gangguan darinya, ia akhir-akhir ini berubah menjadi nakal sekali dan aku terlalu stress untuk mengatasinya."

"Anak-anak memang seperti itu," ucap ibu Sehun menyetujui, "Dan ibu setuju kalau kau ingin liburan. Jongin pasti tak suka kalau ia melihat istrinya menjadi cepat keriput karena stress."

"Lalu aku?" tanya Sehun, "Bagaimana kalau aku yang keriput?"

"Tidak akan ada yang peduli tentang itu, kau kan tidak punya pasangan," sahut Kyungsoo pedas. "Dan kerjaanmu hanya mengurung diri di kamar, jadi apa yang harus kau khawatirkan?"

"Makanya cepatlah cari pasangan," sambung ibunya, "Tapi nanti setelah kau menjaga keponakanmu."

"Tapi bagaimana dengan novelku bu? Aku belum menyelesaikannya."

"Kau bisa mengerjakannya sambil menjaga Taeoh bukan?" tanya ibunya.

Sehun merengut, "Memang kapan kau akan berangkat?" tanyanya pada Kyungsoo.

"Sore ini," balas Kyungsoo santai.

Sehun ternganga, "Secepat itu," tatapannya menyapu sekitar. "Dan mana barang-barang Taeoh?"

Giliran Kyungsoo yang merengut, "Kau pikir aku mau kau menjaga anakku disini? Tidak Sehun, Taeoh berhak mendapatkan yang lebih baik dari tempat ini."

"Lalu di mana?" lama-lama Sehun geram juga dengan tingkah menyebalkan Kyungsoo. "Kau ingin aku merawatnya di luar?"

"Bukan itu maksudku," balas Kyungsoo, terdengar sama jengkelnya dengan Sehun. "Kau akan tinggal di rumah kami untuk sementara sampai aku datang."

"Apa?" Sehun menatap tak percaya.

"Aku terlanjur meliburkan pembantu di rumah jadi selagi kau menjaga anakku, kau bisa membantu membereskan rumah dan tentunya menyiapkan makanan untuk Jongin dan Taeoh."

"Apa?" Sehun menjerit, "Kau ingin aku tinggal satu atap dengan suamimu?"

"Memang apa yang salah?" tatapan Kyungsoo menyapu tubuh Sehun sebelum ia tersenyum remeh, "Tenang saja, Jongin tidak akan pernah tertarik dengan body kerempengmu itu."

"Bukan itu," bela Sehun. "Aku hanya tidak mengenalnya, bagaimana mungkin aku bisa tinggal bersamanya kalau kami saja tidak akrab?"

"Ya anggap saja ini sebagai awal perkenalanmu dengan adik iparmu," sahut Kyungsoo acuh.

"Berapa lama kau akan pergi?" tanya Sehun.

"Entahlah, aku belum menentukan waktunya."

"Kau sudah membicarakan ini dengan Jongin?"

"Ya, dan ia bilang terserah apa mauku."

Sehun mengernyitkan alisnya, hubungan seperti apa sebenarnya yang dijalani Kyungsoo dan suaminya? Kenapa ia merasa kalau mereka seperti tidak saling peduli satu sama lain. Apa tidak ada cinta di antara mereka. kalau mengingat penyebab pernikahan mereka, sepertinya Sehun memakluminya, keduanya menikah karena kehadiran Taeoh, tapi ini sudah beberapa tahun berlalu dan awalnya Sehun mengira kalau mereka pasti telah saling jatuh cinta dan hidup bahagia, tapi anggapannya itu sepertinya terbantahkan dengan apa yang di katakan Kyungsoo tadi.

"Bersiaplah, kita akan berangkat ke rumahku sebentar lagi, dan Sehun aku tak mau menunggu lama."

Sehun bangkit dari duduknya dan mengambil barang-barang belanjaannya.

"Sehun," panggil ibunya.

"Ya, ibu?"

"Bawa semua pakaian yang kita beli hari ini, ibu tidak ingin kau mempermalukan ibu dengan tetap memakai pakaian kunomu itu."

Sehun hanya diam dan berjalan ke arah kamarnya, pikirannya bercabang entah kemana. Ada sedikit kekhawatiran juga di sana. Apa Jongin akan mengusirnya nanti setelah melihatnya? Pengetahuan Sehun tentang Jongin sangat minim, ia hanya tahu kalau Jongin berprofesi sebagai seorang jaksa dan bahwa pria itu lebih muda dua tahun darinya. Sehun membayangkan pertemuan mereka nanti akan dipenuhi kecanggungan dan membayangkan itu sungguh membuat perasaan Sehun tak nyaman, ia ingin menolak tapi mengingat Taeoh yang mungkin akan kesepian, akhirnya Sehun menguatkan perasaannya. Ia akan pergi dan mengurus Taeoh semampunya.

.

.

.

.

.

.

.

Rumah yang ditempati Kyungsoo dan Jongin ternyata cukup besar dan hanya terdiri dari satu lantai, halamannya sangat luas dengan taman bunga yang tertata rapi di bagian depan, ada kolam renang besar di belakang dan di samping rumahnya juga terdapat tempat bermain untuk Taeoh. Rumah itu dikelilingi oleh pepohonan yang rindang dan Sehun rasa ia akan merasa betah berada di rumah ini.

Tadi setelah melewati pertengkaran yang seharusnya tidak perlu andai saja Kyungsoo mau menuruti kata-katanya dengan pergi setelah Taeoh bangun dari tidur, dan Kyungsoo mengabaikan itu, disinilah ia berada. Di rumah adik iparnya dengan Kyungsoo yang masih tertidur pulas di ranjang dan Sehun yang bingung karena tak tahu harus melakukan apa. rumah ini begitu sepi karena memang hanya Sehun dan Taeoh yang berada di sana. Kyungsoo tadi bilang kalau Jongin akan datang sebelum makan malam.

Oh ya makan malam, Sehun rasa ia harus bisa membuatkan makan malam untuk adik iparnya. Tapi apa yang di sukai oleh Jongin? Sehun menggelengkan kepalanya, lebih baik ia memasak sesuatu yang ia suka saja, masa bodoh dengan selera Jongin. Dengan memikirkan hal itu Sehun beranjak ke dapur dan mulai membuka kulkas besar milik Kyungsoo. Isi kulkasnya penuh dengan bahan masakan dan Sehun yakin kalau Kyungsoo sudah menyiapkan ini semua sebelum ia pergi untuk jalan-jalan ke luar negeri.

Sehun baru mengambil daging ayam dan meletakkannya di atas meja ketika ia mendengar suara Taeoh yang memanggil ibunya. Sehun bergegas berjalan menuju kamar anak itu.

"Taeoh..."

Anak itu duduk diam di kasurnya dan matanya yang masih setengah terbuka menatap pada Sehun dengan tatapan yang sulit di artikan. "Mommy?"

"Mommy sedang pergi, Taeoh sama samchon dulu ya."

Bocah itu menguap dan hanya diam, melihat hal itu Sehun menjadi sedikit khawatir, apa Kyungsoo terbiasa meninggalkan anak ini. "Taeoh, apa ibumu sering pergi meninggalkanmu?"

Taeoh mengangguk, "Mommy tidak sayang Tae," ucapnya lemah. "Mommy jarang peluk Tae."

Sehun melangkah mendekat dan merengkuh Taeoh ke dalam pelukannya. "Sekarang ada samchon di sini, Tae tidak perlu sedih."

Taeoh hanya diam dan menyandarkan kepalanya di dada Sehun.

"Taeoh mau mandi atau mau minum dulu? Samchon mau memasak di dapur."

"Samchon bisa masak?" tanya Taeoh.

Sehun mengangguk.

"Mommy tidak bisa masak," bibir Taeoh mengerucut.

"Apa Tae mau masak bersama samchon?" tawar Sehun.

"Boleh?" tanya anak itu penuh harap.

"Tentu saja, sekarang cuci muka dan setelah itu bantu samchon memasak untuk ayahmu." Sehun menggendong tubuh Taeoh dan membawanya ke kamar mandi, dengan telaten ia membantu Taeoh untuk mencuci muka sebelum kemudian membawanya ke dapur.

"Tae dan daddy tidak suka sayur," ucap Taeoh saat melihat Sehun ingin mengeluarkan sayur dari dalam kulkas.

"Lalu apa yang Tae suka?" tanya Sehun.

"Ayam," jawab anak itu polos. "Daddy juga suka."

Sehun tersenyum, "Baiklah menu makan malam kita hari ini adalah ayam goreng special untuk Taeoh."

"Horeee... samchon memang baik."

Sehun lagi-lagi tersenyum melihat Taeoh yang terlihat ceria. Di dalam hatinya Sehun merutuki adiknya yang sepertinya tidak banyak meluangkan waktu untuk anaknya yang menggemaskan ini.

Tepat ketika ayam terakhir selesai di goreng terdengar suara mobil memasuki halaman. Hati Sehun langsung berdebar-debar, apakah itu adik iparnya.

"Itu daddy," ucap Taeoh seraya melirik penuh minat pada sepiring penuh ayam goreng yang diletakkan Sehun di atas meja.

Tanpa sadar Sehun memperbaiki letak kacamatanya dan sedikit menarik-narik kaosnya yang kusut setelah ia pakai memasak tadi.

"Tae, daddy pulang..."

Suara itu terdengar berat dan seksi, hanya mendengar suaranya saja, Sehun sudah berkeringat, diam-diam ia memeriksa nasi yang ia masak tadi dan lega karena nasi itu ternyata sudah matang. Itu artinya ia tidak terlambat untuk menyiapkan makan malam untuk adik iparnya.

"Daddy..." Taeoh turun dari kursinya dan setengah berlari menghampiri ayahnya yang berjalan menuju dapur.

"Ya Tuhan Tae, kau berantakan sekali, apa yang kau lakukan di dapur?"

"Tae bantu samchon masak ayam goreng," jawab Taeoh penuh semangat.

"Samchon?" tanya Jongin, ia membersihkan pipi anaknya dari tepung yang menempel lalu menoleh pada Sehun yang berdiri terpaku di tempatnya.

Seakan waktu berhenti, Sehun hanya bisa diam saat akhirnya ia bisa melihat Jongin dengan jelas. Pria itu tinggi, jelas lebih tinggi darinya, badannya ramping dengan otot-otot yang tercetak jelas dari kemeja putih yang ia kenakan, kulitnya kecoklatan, wajahnya tampan dan dihiasi oleh kacamata yang makin membuat wajahnya terlihat amat menarik, rambutnya kecoklatan dan terlihat agak berantakan dengan beberapa helai rambut yang jatuh ke keningnya.

Sehun seakan lupa bagaimana caranya bernapas, kenapa Tuhan memberikan Kyungsoo pasangan yang sempurna seperti Jongin dan tidak memberikan satupun untuknya. Belum Sehun, pikirnya dengan muram, Tuhan bukannya tak ingin memberimu jodoh, tapi hanya menundanya untuk menunggu waktu yang tepat sebelum mempertemukan dirinya dengan jodohnya. Lagi pula Sehun rasa ia harus menyempurnakan dirinya dulu sebelum berpikir tentang jodohnya. Bukankah seperti kata ibunya dan juga Kyungsoo, ia terlalu jauh dari kata pasangan yang ideal untuk orang lain?

"Ekhem..."

Deheman pelan itu menyadarkan Sehun dari lamunannya.

"Mana Kyungsoo?" suara itu terdengar sedikit serak ketika bicara pada Sehun.

"Pergi," gumam Sehun. "Ah, maksudku ia bilang kalau ia pergi jalan-jalan keluar negeri."

Jongin mendesah pelan, "Ia melakukannya lagi?"

"Lagi? Apa maksudmu, apa ia sering pergi meninggalkanmu dan Taeoh?" hati Sehun ketar ketir ketika membayangkan kelakuan adiknya.

"Apa ia tidak menceritakan padamu?" Jongin melangkah mendekat ke arah Sehun. "Ia hampir setiap minggu pergi meninggalkan Taeoh."

"Ya Tuhan," Sehun mendekap mulutnya, "Ia tidak pernah menceritakan itu padaku atau ibuku."

"Tentu saja," gumam Jongin dengan nada mencela, "Ia tak akan membuka aibnya pada kalian. Dan sepertinya kali ini ia mendengarkan nasehatku rupanya."

"Apa?" tanya Sehun pelan.

"Kami bertengkar tadi malam karena ia ngotot ingin pergi jalan-jalan lagi, aku bilang padanya kalau ingin pergi paling tidak berikan seorang pengasuh pada Taeoh karena aku tak bisa mengawasinya seharian. Dan tak kusangka kalau ia akan mengirimmu kesini."

Sehun meringis, "Yeah, aku disini sekarang." Rasanya tak nyaman berdiri di sini dalam keadaan yang begitu canggung, kehadiran Taeoh juga tak membantu sama sekali karena bocah itu sibuk merengek pada ayahnya untuk segera bermain dengannya. "Taeoh, bagaimana kalau mandi dulu bersama samchon setelah itu kita makan malam?" tawar Sehun, ia tak tega juga melihat adik iparnya yang terlihat kelelahan itu.

"Tidak mau," ucap Taeoh pelan.

"Bagaimana kalau sambil bermain bebek karet?" tawar Sehun.

Berhasil, ia langsung mendapat perhatian dari bocah itu dan Taeoh mengangguk dengan raut wajah girang.

"Pakai saja kamar mandi di kamarku, itu lebih luas dari pada di kamar Taeoh, kalian bisa bermain di sana."

"Apakah boleh?" tanya Sehun ragu.

"Kenapa tidak?"

"Ah, iya..." dengan canggung Sehun meraih Taeoh dari gendongan Jongin. "Kamarmu yang mana?"

"Sebelah kiri dari milik Taeoh."

Setelah itu tak ada percakapan lagi, dan Jongin ditinggalkan sendirian di dapur dengan perasaan tak menentu, kenapa hatinya berdebar saat ia melihat wajah Sehun? Jongin mengacak rambutnya sendiri berusaha menyadarkan dirinya sendiri kalau Sehun adalah kakak iparnya.

Merasa yakin kalau ia sudah tenang, Jongin segera melangkah ke kamar Taeoh dan mandi di sana.

Saat ia selesai mandi dan masuk ke dalam kamarnya, ia mendengar suara tawa anaknya dari dalam kamar mandi, diam-diam Jongin tersenyum, jarang sekali ia mendengar anaknya tertawa lepas seperti itu. kehadiran Sehun sepertinya memberikan dampak yang cukup bagus untuk anaknya.

Jongin baru saja selesai memakai celana jeans selutut miliknya dan baru berniat mengambil sebuah kaos, ketika terdengar suara seperti benda jatuh di susul suara rintihan dari dalam kamar mandi. Tanpa pikir panjang ia segera melangkah dengan cepat ke kamar mandi dan membuka pintunya. Apa yang ia lihat sungguh membuatnya harus menelan ludah, Sehun terduduk di lantai di antara tumpukan busa sabun, pakaian yang ia pakai basah dan mencetak jelas bentuk tubuh rampingnya.

"Sehun ada apa?" Jongin melihat anaknya yang terlihat seperti ingin menangis di hadapan Sehun.

"Aku terpeleset di lantai dan jatuh," Sehun meringis pelan, merasakan sakit pada bokongnya. "Taeoh sayang, jangan menangis, samchon tidak apa-apa."

Jongin bergerak cepat, ia mengangkat tubuh Taeoh sebelum Sehun sempat menyentuhnya dan membawa anak itu keluar kamar mandi, "Tunggu di sini sementara daddy mau membantu samchonmu."

Taeoh mengangguk, dan ia membiarkan ayahnya kembali masuk ke dalam kamar mandi.

"Kau bisa bangun?" tanya Jongin, ia membungkuk di hadapan Sehun.

"Ku rasa, ya." Sehun mendongak dan langsung tertegun saat menyadari wajahnya dan wajah Jongin yang begitu dekat. ia menelan ludah dengan gugup namun tak mampu untuk mengalihkan pandangan dari Jongin, begitupun Jongin yang terpaku di tempatnya.

Perlahan, entah siapa yang memulai kedua wajah itu semakin dekat dan akhirnya bibir mereka bersentuhan.

Sehun memejamkan matanya dan membiarkan Jongin menciumnya dengan lembut, jantungnya berdebar dengan keras merasakan sensasi dari ciuman Jongin, tangannya yang gemetar menempel di dada Jongin yang telanjang.

Entah berapa lama ciuman itu berlangsung yang jelas Jongin langsung tersadar ketika suara desahan lirih terdengar dari mulut Sehun. Ia bergegas mundur dan menatap tak percaya pada Sehun. "Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan?"

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Ada yang minat untuk epep ini? Kemungkinan paling banyak ini akan end dalam 5 chapter. Kalo ada yang minat, komen ya...

KaiHun Lovea