Dia lelaki yang baik. Tidak hanya tampan, pemikirannya pun jauh ke depan dan wawasannya sangat luas. Berdiskusi dengannya selalu membuat adrenalinku berpacu dan aku tak pernah membayangkan perbincangan macam yang berguna daripada diskusi itu. Aku merasa telah menemukan seseorang yang cocok untukku. Kau mungkin akan mencemoohku seperti biasa, tapi lelaki ini berbeda dari lelaki lainnya. Kurasa... aku jatuh cinta padanya.

Tidak. Bukan 'kurasa'. Kata itu mengindikasikan keraguanku.

Aku yakin. Sangat yakin. Bahwa aku telah jatuh cinta padanya.

Aku mencintai pria ini.

Aku bisa gila kalau terus-terusan menyembunyikannya.

Jadi, Draco, apakah sebaiknya aku menuliskan surat cinta untuknya?

Dari sahabatmu yang sedang dilanda asmara,

Hermione.


xxx

Iris kelabu bergulir ke sudut mata.

Pria itu menaruh surat itu di atas meja dan melenggang ke depan kaca. Rambut perak yang dibelah samping itu tidak lagi serapi seperti waktu ia pergi kerja tadi pagi. Poni pendek tergerai di atas alisnya dan Draco mengusapnya ke belakang—bukan masalah jika beberapa helai terjatuh lagi. Draco membuka kancing kemejanya dan menatap cermin dengan wajah malas.

Entah apa yang ia pikirkan dengan wajah tanpa ekspresi dan terlihat bosan itu. Tetapi, tak lama kemudian wajah tampannya dihiasi oleh senyum miring dan sorot mata yang penuh rahasia. Sekelebat rencana licik mungkin sedang tersusun rapi di otaknya.

Draco menghempaskan diri di kursinya, meraih pena dan secarik kertas kosong.

Ia mulai menulis surat balasan.

xxx


Dear my oblivous silly lady, Hermione.

Baiklah, harus kumulai darimana? Ah, bagaimana kalau kusebut saja pria ke-berapa yang kau sebut 'tampan, pintar, dan baik hati' ini? Kau juga menyebut orang-orang yang kau sukai dulu seperti itu. Aku bosan mendengarnya. Dan, oh iya, dia lelaki ke 14 yang kau taksir tahun ini.

Oh! Jangan marah, sayang. Aku tidak bermaksud untuk mengatakan seolah kau gadis yang gampang jatuh hati, tapi, well, kau mudah terpikat dengan tipe cerdas seperti lelaki ini—jangan coba menyangkalnya, kita berdua tahu ini benar.

Dan, Hermione, memberitahukan hal ini padaku serta meminta pendpatkan adalah hal yang benar. Kau harus sering-sering melakukannya mulai sekarang. Jangan coba menyembunyikannya lagi seperti yang lalu-lalu karena aku pasti tahu semua rahasiamu, bahkan beauty mark yang ada di belakang paha kirimu itu bukan rahasia bagiku.

Dan pendapatku tentang pernyataan cintamu?

Well, Hermione, para lelaki punya selera tersendiri tentang cara seorang perempuan menyatakan cintanya. Tipe kesukaan mereka berbeda-beda. Jadi, aku berpikir bahwa tidak baik mengambil langkah dengan terburu-buru.

Karena itulah, Hermione,

bagaimana kalau aku bertemu dengan pria beruntung ini dulu

dan menilai seleranya untukmu?

Yours,

Draco.


xxx

Draco meletakkan penanya.

Iris kelabu bergerak cepat, mengecek kembali kata-kata di suratnya.

Kemudian ia bangkit dan berjalan ke arah jendela.

Menyibak tirai emerald-nya dan melihat ke bawah.

Jalanan di depan apartemen barunya masih ramai seperti biasa. Bola matanya bergulir, berkilat seperti ular saat menangkap sosok yang selalu ia nantikan belakangan ini. Pria berkacamata itu tengah duduk bersama seseorang di kafe seberang jalan.

Dan tampaklah seringai penuh rahasia dan rencana di wajah sang Malfoy.

Draco menjilat bibirnya.

.

.

.

_end of prologue_

Yay!

Kembali dengan fic baru!

Semoga bisa di-update ("_ _)