"Ugh…"

Tetsuna membuka mata biru langitnya. Hal yang pertama dilihatnya adalah langit-langit kamar yang terlihat asing baginya. Cat dinding kamar itu pun juga sangat asing. Banyak lampu-lampu mewah yang terpasang di langit-langit. Begitu juga dengan corak hias yang ada di dinding yang sangatlah asing bagi Tetsuna.

Saat itu, Tetsuna menyadari satu hal.

Dia tidak sedang berada di kamarnya.

"Aku ada dimana?" ujar Tetsuna bingung. Tentu saja ia sangat bingung saat ini. Terbangun di kamar asing yang tentunya tidak Tetsuna ketahui milik siapa. Selain itu, sepertinya Tetsuna juga mulai menyadari sesuatu. Ia tertidur tanpa mengenakan sehelai pakaian.

Tetsuna berjengit. Buru-buru ia menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya rapat-rapat. Namun, Tetsuna merasa kesulitan bergerak. Ia merasa ada sesuatu yang sedang menindih tubuhnya.

Tangan.

Itulah yang Tetsuna lihat. Tangan seseorang sedang memeluknya dari samping. Tetsuna tidak tau siapa pemilik tangan itu karena ia terlalu takut sekaligus terkejut hanya untuk sekedar menengok siapa yang sedang tertidur di sebelahnya.

"Tetsuna, kamu sudah bangun, sayang?"

Tetsuna kembali berjengit untuk yang kedua kalinya ketika telinganya menangkap suara berat namun cempereng yang Tetsuna kenali milik seorang pemuda bersurai merah paling menyebalkan seantero sekolah.

"Kenapa kamu bengong begitu, sayang?"

Itu suara milik Akashi Seijuurou.

"Hwaaaa!" Tetsuna berteriak. Kalau teman-temannya melihatnya teriak seperti ini, pasti mereka akan menganggap Tetsuna OOC sekali. Namun, bukankah itu hal yang wajar saat kau mengetahui kau terbangun di kamar orang asing tanpa mengenakan sehelai pakaian pun? Apalagi, satu kau tau kalau ternyata kau baru saja tertidur dengan seorang laki-laki yang tidak punya hubungan apa-apa dengan dirimu.

"A-Akashi-kun, kenapa kamu ada disini? Ah, tidak, kenapa aku bisa ada disini?!" suara Tetsuna meninggi saking kagetnya. Ia sama sekali tidak bisa mengerti dengan apa yang telah terjadi.

"Eh, kenapa kamu bertanya begitu? Kita kan memang sudah tidur sekamar sejak sebulan yang lalu. Dan juga, kenapa memanggilku Akashi-kun?," jawab Akashi santai.

"Hah?! Apa?! Itu tidak mungkin. Kita tidak boleh tidur sekamar. Kita bukan muhrim!"

"Kamu lupa ya, Tetsuna? Kita kan sudah menikah sebulan yang lalu. Bahkan, kita sudah melakukan itu."

1…

2…

3…

Tetsuna bergeming. Otak jeniusnya terlalu lama untuk mencerna apa yang baru saja dikatakan Seijuurou. Sampai akhirnya—

"APAAAA?!"

"Kamu ingat? Semalam kita baru saja melakukannya lagi. Lima ronde sekaligus pula. Tapi, aku masih belum puas. Aku menginginkannya lagi," nada biara Akashi berubah menjadi lebih seduktif. Matanya pun memancarkan aura yang berbahaya.

Tetsuna harus segera kabur dari sini.

Satu hal yang Tetsuna sadari saat ini.

Dirinya sudah tidak perawan lagi.

"KYAAAA!"

Oh, ini sungguh mimpi yang sangat buruk

Our Story

Kuroko no Basuke Fanfiction

Desclaimer : KnB milik Fujimaki Tadatoshi-san

Rated : T

Genre : Romance, Friendship, dengan sedikit selingan Humor dan Hurt/Comfort mungkin.

Main Chara : Kuroko Tetsuna, Akashi Seijuurou, Kagami Taiga, Kise Ryouko, Aomine Daiki, Momoi Satsuki, Midorima Shintarou, Takao Kazuna, Murasakibara Atsushi, Himuro Tatsuki, Nijimura Shuuzou, Haizaki Shouko.

Warning : OOC, genderbend, typo(s), abal, alay, rada gak nyambung.

By : Yuuki Azusa

Happy Reading!

ooo

Chapter 1 : First Day of School

"Huwaa!"

Tetsuna terbangun dengan kepala pening luar biasa. Sungguh, mimpinya kali ini adalah mimpi terburuk dari semua mimpi buruk yang pernah dialaminya. Baru kali ini, ia mendapatkan mimpi mesum begitu. Apalgi dalam mimpinya, ia baru saja tertidur bersama seorang Akashi Seijuurou, pemuda yang diakui sebagai rival abadinya. Tentu saja, Tetsuna luarbiasa takut dan terkejut.

Tetsuna berusaha menenangkan dirinya. Sejak tadi, jantungnya masih terus berdetak kencang. Dadanya juga sesak. Kepalanya masih terasa pusing. Persetan dengan mimpi yang baru saja dialaminya semalam. Tetsuna berjanji pada dirinya, mulai hari ini ia harus banyak berdoa dan memakai kalung bawang putih agar tidak bermimpi aneh dan diganggu setan sebelum tidur.

Setelah dirinya sudah terasa tenang, Tetsuna segera mengaktikan hp-nya yang diletakkan di sebelah meja belajarnya. Jam 07.30.

"Sial, gue telat!"

Tidak ada yang tau bahwa seorang Tetsuna yang selalu dikenal sebagai anak alim dan teladan sering berkata kasar jika ia kesal.

ooo

Setelah mandi, Tetsuna tidak sarapan terlebih dahulu. Ia langsung berpakaian, mampir ke ruang keluarga sebentar untuk sekedar berdoa dan berpamitan dengan foto ibunya, lalu segera berangkat. Tetsuna harus segera sampai di halte. Ia tidak boleh ketinggalan bus karena jika ia ketinggalan bus, Tetsuna harus menunggu bus berikutnya selama lima belas menit. Sementara bel masuk sepuluh menit lagi berbunyi. Walaupun kegiatan hari ini hanyalah upacara penerimaan dan penempatan kelas baru, tetap saja tidak lucu jika telat di hari pertama sekolah.

Tetsuna hampir saja sujud syukur begitu ia sampai di halte bus tepat waktu. Walaupun ia hampir ketinggalan bus dan harus mengejarnya hingga ia hampir jatuh karena tersandung batu, Tetsuna tetap berhasil menaiki bus dan sampai di sekolahnya tepat waktu.

ooo

Tetsuna menghela napas lelas. Lari maraton di pagi hari saat dirinya belum memakan apapun membuat Tetsuna kehilangan banyak tenaganya. Rasanya, ia ingin pingsan saja. Namun, ia tidak boleh pingsan. Tetsuna masih harus mencari tau dimana letak kelasnya di tahun keduanya di SMA ini.

Karena tidak berhati-hati atau mungkin sudah terlalu lelah, Tetsuna kehilangan keseimbangan. Tubuhnya limbung dan jatuh mencium tanah. Namun—

BRUK!

"Hup!"

—ia tidak jadi jatuh karena tubuhnya ditangkap seseorang.

Orang tersebut membantu Tetsuna berdiri dengan benar. Tetsuna baru saja ingin berterima kasih kalau saja—

"Apa kau baik-baik saja, Kuroko-san? Atau aku harus memanggilmu Tetsuna?"

—ia tidak mendengar suara menjengkelkan itu.

Tetsuna berdiam terpaku menatap orang yang barusan membantunya itu. Di hadapannya, seorang Akashi Seijuurou, sedang tersenyum sambil menatapnya aneh. Tatapan menyebalkan yang selalu dibenci Tetsuna.

Mungkin jika gadis lain, gadis tersebut sudah mimisan atau mungkin pingsan diberi senyum ramah yang sangat langka milik seorang Akashi Seijuurou. Bahkan, suara teriakan fans Akashi yang melihat senyumnya terdengar sepenjuru sekolah. Namun, yang berdiri di hadapan Akashi adalah Tetsuna, bukan gadis lain. Ia berbeda dari gadis pada umumnya. Tetsuna hanya menatap Akashi datar, walau dalam hati ia mendumel kesal. Lagipula, bagi Tetsuna, senyum yang Akashi berikan saat ini bukanlah senyum ramah dengan maksud menyapa. Namun senyum mengejek dan merendahkan Tetsuna.

"Mau apa kamu?" Tetsuna bertanya dengan nada datar dan dingin. Sebenarnya, saat ini ia sangat tidak ingin bertemu dengan pemuda menyebalkan ini. Jika melihat wajah Akashi, Tetsuna pasti akan teringat dengan mimpinya semalam. Saat ini, jantungnya berdetak tak karuan dan wajahnya memerah karena malu. Ya, ia sangat malu karena mimpi itu.

"Judes banget sih. Ini kan hari pertama sekolah. Ramahlah sedikit denganku," ujar Akashi santai.

"Ngomong-ngomong, kenapa wajahmu merah begitu? Kamu demam? Atau kamu malu bertemu denganku?"

STAB!

Pertanyaan yang kedua tepat sasaran. Dari yang Tetsuna lihat dari tatapan mata Akashi yang memicing dan tambah menyebalkan, Tetsuna menduga bahwa Akashi bisa membaca pikirannya. Karena itu, Tetsuna mundur sejauh mungkin untuk menormalkan dirinya kembali.

"Kenapa mundur-mundur begitu?" tanya Seijuurou bingung.

"Jangan dekati aku!" bentak Tetsuna.

"Eh, tapi kenapa?"

"Kubilang jangan dekati aku!"

"Hoo~ Kau berani memerintahku ya, Tetsuna. Sepertinya aku harus menghukummu."

Merasa keadaan semakin buruk, Tetsuna mengambil ancang-ancang. Balik kanan langsung kabur.

"Hei, Tetsuna! Tunggu! Jangan kabur! Kamu tidak akan bisa lari dariku!"

Tetsuna pun menggunakan misdirection dan menghilang dari pandangan Akashi begitu saja.

ooo

Tetsuna terus berlari. Ia tidak peduli akan apa yang telah ditabrak atau menabraknya. Menurutnya, yang penting saat ini adalah kabur sejauh mungkin dari kejaran Akashi Seijuurou. Tetsuna tidak mau mendapat hukuman hari ini.

BRUK!

Tanpa sengaja, Tetsuna menabrak seseorang. Karena orang yang ditabrak Tetsuna tubuhnya lebih besar dari Tetsuna, Tetsuna pun terlempar dan akhirnya jatuh dengan pantat yang mencium lantai duluan.

"Ittai…" keluh Tetsuna sambil mengelus pantatnya yang sakit.

"Kurokocchi?"

Suara panggilan itu terasa familiar bagi Tetsuna. Itu suara—

"Kurokocchi!"

Tubuh mungil Tetsuna diterjang oleh seorang gadis pirang yang tubuhnya lebih bohay dari Tetsuna. Gadis pirang itu memeluk Tetsuna erat hingga ia kesulitan bernapas.

"K-Kise-san, t-tolong lepaskan aku… ukh!"

"Apa? Ada Tetsu-chan? Tetsu-chan, aku kangen banget sama kamu!"

Seorang gadis pink yang tubuhnya juga lebih bohay dari Tetsuna muncul dan ikut memeluk Tetsuna erat. Wajah pucat Tetsuna pun membiru karena kekurangan oksigen.

Oh, rasanya Tetsuna ingin mati saja sekarang.

"Oi, Satsuki, Kise. Lepaskan Tetsu. Kasihan tuh, dia tidak bisa bernapas." Suara bariton milik seorang pemuda yang sangat dikenali Tetsuna muncul dan menyelamatkannya. Dua gadis yang tadi memeluknya lalu melepaskan pelukan mereka.

Tetsuna terbatuk-batuk saking sesaknya.

"Kurokocchi, kau tidak apa-apa? Maafkan aku-ssu!"

"Tetsu-chan, maaf. Habis, aku kangen banget sama kamu."

"Uhuk! Uhuk! T-tidak apa-apa. Yang penting kalian sudah melepaskanku sekarang," ujar Tetsuna sambil masih mengatur napasnya.

"Arigatou, Aomine-kun."

"Yo, douita."

Setelah napasnya sudah membaik, Tetsuna menatap ketiga temannya yang berdiri di hadapannya.

Pertama ada Kise Ryouko, gadis pirang yang hiperaktif dan menyebalkan. Walaupun begitu, ia sangat cantik dan populer. Ia juga seorang model majalah remaja. Kise adalah teman satu klub Tetsuna, yaitu basket. Bedanya dengan Tetsuna, Kise adalah pemain. Sedangkan Tetsuna merangkap pemain sekaligus manajer.

Yang kedua, ada Momoi Satsuki. Si gadis pinky yang sama cantiknya seperti Kise. Ia juga berisik dan hiperaktif. Kalau keduanya digabungkan dan berteriak diwaktu yang bersamaan, mungkin keduanya bisa memecahkan jendela satu sekolah sekaligus. Momoi juga anggota klub basket seperti Kise dan Tetsuna. Namun, posisinya hanya sebagai manajer. Momoi adalah manajer ahli yang diandalkan oleh tim basket SMA Teiko.

Yang ketiga ada Aomine Daiki. Teman Tetsuna sejak SMP sekaligus teman Momoi sejak kecil. Orangnya memang agak bodoh dan menyebalkan. Dia juga pemalas, tukang tidur, sekaligus tukang cari gara-gara. Aomine juga merupakan anggota tim basket SMA Teiko. Ia pemain andalan Teiko karena kemampuan bermain basketnya yang luar biasa.

Ok, kita kembali ke cerita sebenarnya.

"Jadi, kenapa kau lari-lari begitu Tetsu? Dikejar hantu?" tanya Aomine.

"Bukan hantu, Aomine-kun. Tepatnya iblis."

"Iblis? Siapa?" Momoi penasaran.

Tetsuna tidak langsung menjawab. Ia celingak-celinguk dulu takut orangnya kebetulan lewat.

"Akashi-kun," jawab Tetsuna begitu ia merasa aman karena tidak ada Akashi disana.

"Oh…"

Ketiganya mengangguk paham.

"Btw, apa kalian sudah dapat kelasnya? Aku belum sempat cari kelas nih," tanya Tetsuna.

"Sudah. Kelas XI IPA 4. Kita berempat satu kelas lho, Tetsu-chan!" seru Momoi.

"Syukurlah…" ujar Tetsuna lega.

"Sepertinya aku sedang beruntung."

"Tapi aku tidak beruntung," ujar Kise.

"Eh? Memangnya kenapa?"

"Soalnya…"

Kise menarik tangan Tetsuna untuk segera menuju ke kelas. Sedangkan Aomine dan Momoi mengikuti mereka dari belakang.

"…ada dia disana," ujar Kise.

Tetsuna menatap seorang gadis yang ditunjuk oleh Kise. Seorang gadis bersurai abu-abu nyentrik. Rambutnya sangat acak-acakan, begitu juga dengan pakaiannya. Kakinya ia silangkan diatas meja dengan kurang ajarnya. Tangannya sibuk memainkan hp dengan earphone terpasang di kedua telinganya yang banyak tindikan.

Ah, Tetsuna mengenali siapa gadis itu. Namanya Haizaki Shouko, teman sekelasnya saat kelas X dulu. Dan sekarang, mereka sekelas lagi.

"Aku tidak mengerti kenapa aku bisa sekelas dengan anak seperti dia. Uh, ini benar-benar menyebalkan!" gerutu Kise.

Maklum saja, Kise dan Haizaki tidak pernah akur sejak dulu. Mereka sama-sama pemain basket yang tergabung dalam tim yang sama. Kemampuan keduanya bahkan hampir sama. Bedanya, Kise lebih lincah sedangkan Haizaki lebih kasar.

Keduanya pernah terlibat dalam satu masalah serius yang membuat keduanya masuk ruang BK dan diancam drop out dari sekolah. Untungnya, masalah mereka dapat diselesaikan dengan mudah. Namun, hubungan keduanya tidak pernah membaik.

"Yang sabar ya, Kise-san. Mungkin dewi fortuna sedang tidak berpihak padamu hari ini," ujar Tetsuna. Maksudnya memang menghibur, namun karena Tetsuna mengatakannya dengan wajah datar bak layar tablet canggih keluaran terbaru malah membuat Kise semakin kesal.

"Mou! Yang benar saja!"

ooo

Waktunya mencari tempat duduk. Karena Tetsuna pendek, Tetsuna tidak mau duduk di barisan belakang. Ia akan kesulitan mendengar penjelasan guru dan melihat papan tulis karena tubuh mungilnya terhalang teman-temannya yang jangkung. Karena itu, Tetsuna akan duduk di kursi barisan paling depan.

"Ah, itu dia!" Tetsuna berseru senang begitu matanya menangkap sepasang kursi yang masih kosong. Bangku pertama barisan tengah dari papan tulis. Tempat yang sangat strategis. Tetsuna buru-buru menuju kursi tersebut agar dirinya tidak kedahuluan yang lain.

Saat Tetsuna memegang kursi tersebut, ada tangan lain yang ikutan memegang kursi tersebut dari sisi yang berbeda. Jantung Tetsuna kembali berdetak tak karuan ketika melihat siapa yang juga ikutan memegang kursi tersebut.

"Eh, Tetsuna. Kita ketemu lagi, ya."

Akashi Seijuurou berujar santai seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka.

"Sudah kubilang, kamu tidak akan pernah bisa kabur dariku."

Ia kembali memamerkan senyum rubah menyebalkannya itu.

"Kenapa kamu ada disini?" tanya Tetsuna lengkap dengan suara plus wajah teflon andalannya.

"Kenapa katamu? Kelas ku kan disini. Oh ya, kamu juga disini ya. Berarti kita akan satu kelas selama setahun ke depan. Mohon kerjasamanya ya."

"Aku tidak sudi bekerjasama dengan setan rubah sepertimu ini!" ujar Tetsuna sarkas. Tetsuna merutuki dirinya yang keceplosan bicara.

"Oh, begitukah? Terserah kamu sajalah. Kebetulan hari ini aku sedang malas, jadi aku memaafkanmu. Aku sedang tidak mau cari masalah," ujar Akashi.

"Ngomong-ngomong, bisakah kau lepaskan tanganmu dari kursiku. Aku ingin segera duduk," titah Akashi.

"Maaf, Akashi-kun. Aku yang menemukan kursi ini duluan. Jadi, biar kutegaskan padamu. Kursi ini milikku."

"Tapi, aku datang 0,05 detik lebih cepat dibandingkan dirimu."

"Sepertinya, kau salah hitung. Aku datang 0,03 detik lebih cepat darimu."

"Tidak, aku tidak mungkin salah. Aku adalah Akashi Seijuurou. Aku selalu menang dan aku selalu benar."

"Tapi, Akashi-ku—"

"Ano…"

Interupsi dari Momoi menghentikan obrolan tidak penting mengenai kursi yang dibicarakan oleh Tetsuna dan Akashi.

"Maaf, tapi menurut pengamatanku, Akashi-kun datang 0,02 detik lebih cepat dari Tetsu-chan," ujar Momoi jujur.

Sial, Tetsuna lupa kalau ada orang yang jauh lebih baik dalam hal pengamatan. Momoi memang calon intel sejati.

Dalam hati, Tetsuna diam-diam merutuki kejujuran Momoi yang sama sekali tidak membantunya.

"Kamu dengar sendiri kan, Tetsuna? Akulah yang datang dan menemukan kursi ini pertama kali. Aku tidak pernah salah."

"Ukh!" Tetsuna kesal sendiri karena kalah.

"Aku tau kamu mau duduk di depan karena tubuhmu itu mungil dan pendek kan? Kalau kamu mau, kamu boleh duduk di sampingku. Dengan begitu, aku bisa mengalahkanmu dengan mudah," tawar Akashi kembali dengan seringai khasnya.

Mungkin bagi gadis lain, tawaran tersebut adalah tawaran menggiurkan yang tidak mungkin mereka tolak. Namun bagi Tetsuna, tawaran tersebut adalah penghinaan. Apalagi, Akashi membahas soal tinggi badan segala. Tidak sadar diri rupanya.

"Tidak, terima kasih. Aku akan cari tempat duduk yang lain," tolak Tetsuna.

"Hn, terserah."

Tetsuna kembali mencari kursi yang masih kosong. Namun, kebanyakan kursi kosong ada di barisan belakang. Tetsuna meminta agar Momoi yang duduk di samping Kise memberikan tempat duduknya untuk Tetsuna. Sedangkan Momoi dipindah ke samping Aomine. Sayangnya, Momoi menolak dengan alasan Aomine bodoh dan malas yang hanya akan mengganggunya dan langsung mendapat protes keras dari Aomine yang tidak terima.

Akhirnya, Tetsuna terpaksa duduk di barisan paling belakang karena ada sepasang kursi yang tersisa disana.

ooo

Mungkin ini adalah hari terburuk bagi Tetsuna. Terbangun dari mimpi yang sangat aneh, hampir terlambat datang ke sekolah, satu kelas dengan orang paling menyebalkan se-dunia menurutnya. Tetsuna frustasi. Kenapa di tahun keduanya di SMA, ia malah sesial ini?

Tetsuna berjalan dengan tatapan kosong menuju kelas. Ia baru saja kembali dari kamar mandi. Karena tidak melihat dengan baik, Tetsuna jadi menabrak seseorang.

BRUK!

Untuk kedua kalinya.

"Aduh, sakit…"

"Ano, maaf. Kamu baik-baik saja?"

Tetsuna menengadah, menatap pemuda tinggi berambut merah gelap yang barusan menabraknya.

Uh, oh.

Sepertinya, Tetsuna salah kira. Mungkin hari ini adalah hari terbaiknya.

Bersambung…

Author's note :

Halo, semua! Yuuki is come back! Sebelumnya, Yuuki mau minta maaf sama para pembaca sekalian. Buat kalian yang mengikuti series Shiawase, maaf sekali, sepertinya aku tidak bisa melanjutkannya. File fic tersebut hilang. Sepertinya ke format. Selain itu, aku sudah melanjutkan ceritanya, namun alurnya malah jadi aneh dan jauh sekali.

Karena itu, aku membuat fic ini sebagai pengganti fic Shiawase. Sebenarnya, fic ini adalah fic remakenya Shiawase. Hanya diubah alurnya dan beberapa sifat karakternya disini. Pair yang muncul adalah keenam pair utama dalam fic Shiawase. Fic ini lebih fokus ke arah persahabat dan cinta mereka berdua belas saja.

Tolong maafkan atas ke-OOCan Akashi dan Tetsuna disini. Ke-OOC-an mereka berdua sangat bermanfaat untuk kelanjutan jalan cerita.

Sekali lagi, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Maaf jika aku malah jadi ngephp-in kalian yang udah nungguin fic itu.

Akhir kata, aku ucapkan terima kasih pada kalian yang mau membaca dan menghargai fic ini. Sampai ketemu di chapter selanjutnya!