Perang dunia kala itu telah berakhir. Menyisakan reruntuhan, korban, trauma, dan -kedamaian.
Suatu harga tinggi untuk bisa menebus apa yang disebut kedamaian.
Dan untuk kedua pemuda, Sasuke Uchiha dan Naruto Uzumaki. Perang ini memberikan kesan dan duka yang mendalam bagi mereka. Mereka yang sebatang kara sejak kecil. Harus berakhir kehilangan -lagi.
Mereka menyalahkan kekuatan diri mereka. Memaki diri yang pengecut dan lemah ini. Dan mengakhiri perang dengan mengadu kekuatan antara satu sama lain.
Dan sadar secara penuh, -Sakura dan Hinata. Tak akan menyambut mereka di gerbang perdamaian.
Dan keadaan semakin diperparah. Keadaan pemuda penyandang Uchiha terakhir yang ada dimuka bumi itu, sangat lah memprihatinkan. Hanya dengan ia berhenti bernapas, maka klan penuh sejarah itu akan berakhir tanpa sisa.
Memang sejak awal mengakhiri perang dengan rasengan lawan chidori bukanlah ide yang bagus. Tubuh kedua pemuda itu hancur. Mungkin Naruto tidak sehancur yang mungkin akan terjadi. Mengingat pemuda kuning itu memiliki garis keturunan yang pada dasarnya memiliki fisiknya yang lebih kuat dibandingkan ninja-ninja lainnya. Tapi tidak bagi Sasuke.
Jika Naruto yang fisiknya memang lebih kuat saja harus kehilangan tangan kanannya. Maka Sasuke menerima imbasnya lebih parah dari itu. Lebih dari kehilangan tangan kirinya.
Sekalipun perang besar itu telah berakhir setengah tahun lamanya. Hingga detik ini, Sasuke Uchiha belum juga membuka matanya.
"-belum juga, ya?"bisik seseorang dari belakang Naruto. Naruto yang tiap harinya selalu menyempatkan dirinya menemani sahabatnya yang tak sadar itu, tahu betul siapa yang berucap barusan.
Naruto hanya berdehem dan kembali mengacuhkan lawan bicaranya. Bosan rasanya menemui dirinya, pikir Naruto sembari sibuk menatapi sahabatnya yang sekujur tubuhnya tertutup perban putih. Memastikan sang sahabat masih bernapas.
"Kau masih marah?"tanya lagi sang lawab bicara. Alto yang begitu familiar itu membuat Naruto merasa risih. Ia tahu betul mengapa lawan bicaranya menanyakan hal itu. Dan Naruto yakin sang pemilik alto itu tahu jawaban dari pertanyaannya itu.
"-naruto, sudahlah. Tidak ada gunanya kau-"
"-stop. Hentikan omong kosongmu Tsunade."
Wanita paruh baya itu hanya menghela napas. Ia tahu betul Naruto masih marah dengannya. Sangat lah marah. Hingga sang pemuda itu enggan menatapnya.
"Ini yang terbaik bagi Sasuke. Kau tahu dialah penyandang Uchiha terakhir. Jika ia berhenti bernapas maka habislah seluruh sejarah klannya. Kau harusnya menger-"
"-tapi tidak seperti ini. Sasuke bukanlah kelincimu. Kau tak bisa seenaknya menjadikannya objek percobaanmu. Ia juga -manusia. Aku tak tahu apa reaksinya pada hal yang kau lakukan padanya. Semua ini -tanggung jawabmu."
Mendengar pernyataan Naruto, membuat Tsunade menggigit bibirnya. Semua yang Naruto katakan membuatnya ngilu. Memang sejak awal inilah tanggung jawabnya. Dan jika ini gagal, maka Tsunade lah yang disalahkan atas kemusnahan -Uchiha. Tanpa suara lagi, Tsunade meninggalkan ruangan tersebut.
Membiarkan Naruto berlarut dalam kesedihan dan -penantian.
.
.
.
.
"SAKURA!"
DUAR!
Ledakan itu menggema. Menenggelamkan teriakan – teriakan ironi. Kaguya memang bukanlah lawan yang imbang untuk di lawan.
Sasuke mempercepat langkahnya. Mengabaikan luka di sekujur tubuhnya.
Ia menghampiri seseorang. Tubuh yang tergeletak, penuh luka. Dan tak berwarna.
Sasuke memeluk tubuh itu.
Dingin.
Itu yang Sasuke rasakan. Tubuh gadis merah muda itu dingin. Tatapannya kosong, dan napas tak keluar dari tubuhnya.
Sasuke menyalakan sharingan nya. Air matanya mengalir dengan agoni yang terpancar dari wajahnya.
"SAKURA!"
.
.
.
.
"Sasuke-"
Yang dipanggil, mencari asal suara. Melirik dengan bola matanya. Menyadari tubuhnya masih terasa berat. Dan dengan tarikan napas ia mencoba mengangkat tubuhnya.
"Sasuke, tenang. Pelan – pelan, tubuhmu masih belum terbiasa. Kau telah lama beristirahat."
Sasuke kembali mencoba menfokuskan. Pandangannya masih samar. Namun dengan pasti dan penuh kesabaran, Sasuke dapat mengenali siapa yang bersamanya sekarang. Kuning. Itu yang Sasuke pikirkan pertama kali. Kepalanya mungkin masih pening, tapi ia bisa menyadari siapa yang bersamanya.
"-dobe,"
Bisikan Sasuke begitu lemah. Dan dengan keras kepala Sasuke masih terus mencoba mengangkat tubuhnya ke posisi duduk. Dengan tubuh yang terasa kaku. Dan perban yang melekat begitu ketat. Sasuke mengalami kesulitan hanya untuk duduk. Naruto meraih punggung Sasuke. Menopang tubuh sahabatnya yang kaku itu. Mencoba membiasakan Sasuke dengan pergerakan sederhana seperti ini.
Sasuke memandangi tangannya. Terlihat begitu -ramping? Dan Sasuke juga bisa merasakan helaian rambut yang berkumpul di kedua pundaknya. Dan apa -ini? dua benjolan yang berada di dadanya. Tidak begitu besar namun terlihat begitu salah di mata Sasuke.
"-dobe apa yang?"sasuke memalingkan kepalanya dengan perlahan. Mempertanyakan perubahan yang terjadi pada dirinya pada Naruto. Walau ia yakin betul ninja urakan itu pasti tak memiliki jawaban yang logis.
Bukannya mempertanyakan apa yang ia ingin katakan. Sasuke terfokus pada benda yang ditempatkan tepat di balik tubuh Naruto. Naruto yang sejak awal tidak terlalu menghalangi tubuhnya, membuat pantulan Sasuke terlihat begitu jelas di benda tersebut.
Mungkin saja tubuh Sasuke masih terpenuhi perban. Tapi ia bisa melihat jelas profil seperti apa yang terpantul. Tubuh ramping, wajah putih tirus, rambut lurus berwarna hitam. Dan profil seorang wanita yang seharusnya pada usia Sasuke. Dan tidak bisa Sasuke pungkiri wanita yang terpantul pada benda itu, mirip sekali dengannya.
Sasuke pun mengangkat tangannya menyentuh wajahnya. Dan dengan mengejutkan, -wanita itu juga melakukannya.
-ini tidak mungkin kan terjadi?
.
.
Author's note
Nggak tahu kesambet apa. Yang jelas nih ide ngalir gitu aja dahhhhhhh
Arn pokoknya lagi stress aja dan menulis membuat semua hal menjadi lebih menyenangkan :') bodo lah kalau scene sakura mati nggak sesuai manga. Kan namanya juga fanfic sesuka ane lahhh. Sorry lah kalau arn seenak jidat membunuh dua karakter hebat ini. mo gimana lagi tanpa itu semua nih fic nggak bakal kepikiran...
Dah ah, nanti curhat lagi.
Enjoy!
Samarinda 12/02/18
