Dragon Ball Super
Original : Akira Toriyama
.
.
.
I don't own Dragon Ball :)
BRUAAAKKGHH!
"Dasar bocah penganggu!"
"Heh! anak sekecil ini sih mana bisa berkelahi!"
"Hajar saja bersama-sama!"
"Ayo ayo!"
Di sudut gang kecil yang sepi, mereka bergerumul mengeroyok seorang anak lelaki yang berjalan melewati wilayah kekuasaan mereka. Beramai-ramai memukulnya hingga dia babak belur.
"Ugghhh...hh a-aku... aku tidak bermaksud kesini..." rintihnya, meringis menahan sakit.
"Tidak usah banyak bicara kau! dasar cengeng!"
"Anak cengeng!"
"Anak cengeng!
"Anak cengeng!"
Anak lelaki bersyal oranye itu menangis, hanya bisa menerima semua pukulan telak itu pada dirinya. bahkan mereka tak segan menjambak rambut hitamnya keras-keras.
"Ambil uang di sakunya, kita langsung pergi!"
Mereka menganggunk cepat. "YA!"
"Ja-jangan...!"
DUAAAKH!
Dengan pukulan terakhir ke wajahnya, dia langsung tersungkur. Sangat menyakitkan, dia mengepalkan tangannya erat-erat. penuh emosi, menangis dalam diam.
Lemah…
"Gggr... dasar... ka-kau... lemah..." dia kesal dengan dirinya sendiri.
Dia biarkan rintikan hujan yang tiba-tiba datang dan langsung membasahi seluruh tubuhnya.
"Kau berkelahi lagi dengan mereka?"
Lapis diam, membungkam bibirnya rapat-rapat untuk menjawab. bahkan dia tidak menolehkan wajahnya sedikitpun pada saudari kembarnya, Lazuli.
Lazuli menghela nafas berat, entah sudah berapa kali Lapis mengalami hal seperti ini. dia bukan anak yang kuat, tapi dia selalu berani menantang orang lain. semua berakhir dengan kacau balau karena ke-'sok'an nya itu.
"Lapis, jangan bilang kau sengaja melakukan ini" ucapnya.
"Diam, aku tak peduli" dengusnya.
"Kemarikan wajahmu, biar ku obati" kata Lazuli, tangannya hendak meraih tepi wajah saudaranya, namun Lapis langsung menepisnya jauh-jauh.
"Tidak usah, aku ini bukan anak lemah" gumamnya lagi.
"Lapis, jangan keras kepala begitu! sudah jelas wajahmu lebam tahu!" kata Lazuli.
"Untuk apa kau mengobatiku! kalau orang kuat itu... bekas lukanya banyak! kau tidak perlu sok baik padaku, Laz!" teriak Lapis, masih menolak.
Si Pirang mendengus kesal, masa bodoh dengan penolakan adiknya yang sok kuat. dengan kasar, tangannya langsung meraup muka Lapis dan mengobatinya dengan cepat.
"Uggh! a-aduh! AAAAA!"
"Diam! jangan mengaduh begitu!" protesnya.
"Sa-sakit! a-apa yang kau lakukan!?"
"Ku bilang diam!"
"Hiks..." akhirnya dia menangis karena harus menahan sakit.
Lazuli tahu betul bagaimana sifat Lapis. keras kepala dan sangat kekanakan. jika ada sesuatu yang memancing dirinya, maka Lapis akan bertindak. Lapis tidak akan bisa bertahan hidup tanpa Lazuli, begitu juga sebaliknya. nama mereka di ambil dari Kristal Mulia biru bernama Lapis Lazuli. Sebuah nama yang sesuai dengan warna Aquamarine di pasang mata mereka.
Tapi di satu sisi, Lazuli sangat kasihan padanya karena harus melewati masa buruk dalam keadaan seperti ini.
Lapis dan Lazuli adalah sepasang anak kembar. Lazuli terlahir lebih dulu 1 menit dari Lapis. mereka hanya anak berandalan kota yang suka berkeliaran di jalanan. mereka tidak sebahagia anak-anak lainnya di luar sana...
Disini, mereka cuma dua saudara yang hidup sendirian tanpa rasa kasih sayang kedua orang tua.
Entahlah, rasanya sulit. satu-satunya peninggalan ibu mereka adalah syal oranye yang kini di pakai oleh Lapis di lingkar lehernya.
"Dengar, menjadi kuat bukan berarti kau suka berkelahi. ini bukan dirimu, Lapis" jelas Lazuli. "Kita bukan orang sukan menantang, kau ini terlalu kecil. jangan buat dirimu menderita dengan pukulan-pukulan itu"
"Ugghhh... ta-tapi... aku hanya..." Lapis meringis, menutup pasang matanya rapat-rapat untuk membendung air mata.
"Aku hanya ingin seperti orang lain... mereka selalu mendapatkan apa yang di inginkan, tapi tidak dengan kita Laz..."
"..."
Lazuli diam.
"A-aku... cuma... rindu ibu" suaranya parau didalam isakan tangis. Lapis menutup setengah wajahnya dengan syal oranye.
Lazuli menepuk pelan kepala adiknya, dia tersenyum tipis. pasang mata Aquamarine biru yang cerah di bawah gelapnya rumah kosong terpancar jelas ketika ia memandanginya. senyuman khas itu... benar-benar melekat pada diri Lazuli, mirip dengan ibu.
"Aku sering bilang padamu kan? kau tidak akan sendirian. aku ada disini"
Lapis tertegun.
"Berhenti mengatakan kalau kau tidak pantas lahir di dunia ini. kita berdua harus menjalani semuanya, meskipun cuma anak berandalan. yang paling penting adalah, kita tetap bersama, kita tidak boleh jauh-jauh. kau mengerti kan?"
Lazuli langsung menggenggam tangannya erat-erat, meyakinkan Lapis.
Lapis masih terdiam, tapi dia paham isyarat kedua matanya bahwa mereka tidak akan pernah berpisah.
"Aku..."
"Kita istirahat dulu disini, kalau hujan sudah reda, kita harus mencari makan" jawabnya lagi.
Lapis mengangguk dengan sendirinya, masih tertegun. dia meremas syal oranye-nya, memastikan kain milik sang ibu masih melingkar di lehernya.
"Maaf, aku berpikiran buruk" gumamnya.
"Tidak, kau hanya emosi, kau hanya perlu tenang" kata Lazuli.
Lapis tidak akan pernah tahu, bagaimana dirinya bisa hidup tanpa Lazuli.
Berteduh di bawah atap rumah kosong, sembari menikmati derasnya hujan di sertai suhu udara yang dingin yang hampir menembus permukaan baju, keduanya duduk di tepian dan hanya menatap kosong ke arah jalanan.
"Dingin, akhir-akhir ini terus hujan" gumam Lazuli, dia membuka telapak tangannya dan mengumpulkan tetesan air hujan tersebut.
"Sepertinya hujan terus mengguyur sampai malam, dan kita belum makan apapun" keluh Lapis.
Mata Aquamarinenya tak sengaja melihat ke sebrang, semua orang yang asik menikmati makan malam dan liburan bersama keluarga.
Lihatlah... mereka benar-benar lengkap satu sama lain. suatu kehangatan yang sangat di impikan si kembar.
"Lazuli..." bisik Lapis.
"Ya?"
"Kalau sudah besar nanti... aku ingin punya pekerjaan, jadi... kita tidak perlu mencuri lagi kan?" tanya Lapis.
Lazuli menatap Lapis, dia mengerti maksud perkataan saudaranya. dia hanya memejamkan mata dan menghela nafas ringan.
"Iya"
"Aku cuma ingin hidup yang lebih baik" gumamnya lagi. Lazuli meringkukkan tubuhnya, mendekap kedua lututnya ke dada erat-erat.
Ketika malam tiba, hujan masih mengguyur, namun tak sederas tadi siang. mereka duduk di dalam gang kecil dengan sisa selimut sobek untuk menghangatkan tubuh. Lazuli membiarkan Lapis tidur di pangkuannya.
Sambil mengusap kepala adiknya, Lazuli ikut tertidur.
Malam ini, benar-benar dingin…
TO BE CONTINUED
Khusus untuk para fans Android 17 dan 18! siapa yang suka Dragon Ball? :)
