in this dress.

disclaimer: mobile legends: bang bang (c) moonton.

warning: ooc. typo/misstypo. short.

sinopsis: aku mencintaimu lebih dulu.

.


.

Ruby merasa konyol.

Di hadapannya, ia melihat Miya, yang tersenyum senang menatap Alucard yang memiliki kemilau layaknya bintang-bintang di matanya. Pandangan keduanya tidak lepas dari satu sama lain, dengan bintang bertaburan untuk tatapan mereka kepada satu sama lain.

"Se… selamat, kalian berdua." Lalu ia memberikan senyum terbaiknya meskipun dadanya terasa panas. Ia ingin menangis. Wanita elf itu menggenggam tangannya sangat erat—Ruby berpikir kalau hatinya terasa jauh lebih sakit ketimbang itu. Mulutnya terbuka. "Aku…."

Hentikan.

"turut senang—"

Hentikanhentikanhentikanhentik—

"atas kebahagiaan kalian."

Apa yang kau lakukan?

Miya tersenyum kepadanya, memperlihatkan deretan gigi-giginya. Ia bilang: "Terima kasih telah mendorongku untuk melakukan apa yang hatiku inginkan, Ruby." ia tetap tersenyum hingga hatinya jauh lebih kesakitan dibanding pipinya. "Kau adalah yang terbaik!"

Terbaik untukmu, tidak cukup baik untuknya.

Ia ingin menjerit sejadi-jadinya hingga yang ia dengar hanyalah detak jantungnya yang terpicu amarah. Matanya melihat Miya membisikkan sesuatu kepada Alucard—lalu keduanya tertawa dengan sinkron. Pikirnya, mungkin detak jantung mereka pun sama. Mereka cocok untuk satu sama lain, jemari mereka bertaut layaknya kepingan puzzle yang berdampingan dalam penataannya.

Tapi Ruby tidak mau itu.

Aku mencintaimu duluan.

Ia ingin menangis.

Menangis hingga matanya turut meleleh bersama kepedihannya.

Ia tidak ingin melihat ini lagi.

Ia ingin akhir yang bahagia untuk semua orang. Tetapi mengapa surganya harus dikorbankan untuk kebahagiaan orang lain? Padahal ia merasa Alucard adalah untuknya seorang; berkat dari Tuhan untuk dirinya yang selalu dilanda kemalangan luar biasa. Ia selalu mendampingi Ruby melalui apapun itu rintangannya. Ruby berpikir kalau mereka, bersama, bisa berdampingan di altar gereja, berkomitmen untuk mendampingi satu sama lain hingga maut memisahkan.

Nyatanya tidak.

Romansa murahan ini tidak berakhir seindah apa yang Ruby berikan untuk kawannya, dan cintanya.

Dahulu ia ingin mengenakan merah di hari pernikahannya; seperti hatinya.

Amarah.

Gaun merah cantik, dengan kelopak mawar menjadi karpet atas langkah kakinya, berjalan elegan menuju cinta pertamanya yang menanti tangannya di altar.

Bersama orang lain.

Lalu Ruby sadar ini bukan hari pernikahannya; dan pakaiannya hanyalah tudung merah yang ia gunakan untuk menutupi kepalanya—untuk menutupi jati dirinya, untuk menutupi hatinya yang dikhianati, untuk menutupi perasaannya yang bahkan tak bisa ia pahami, untuk menutupi kondisinya yang hancur berantakan, untuk menutupi hidupnya dari mata yang mengintai, untuk menutupi—

Dan pakaiannya hanyalah tudung merah.

Seperti anak kecil.

Dan ia tidak spesial.

Ia bukanlah siapa-siapa untuk Alucard.

Padahal, dalam momen keintiman mereka, Alucard menggenggam tangan Ruby erat, dan mengatakan tanpamu aku bukan apa-apa.

Miya tersenyum saat Alucard meraih tangannya. Ruby menggigit bibirnya.

Ia meraih sabitnya, lalu mulai berjalan ke arah yang berlawanan dengan kedua masa lampaunya.

"Kuharap kau senang, Alucard."

.


.

[end.]


note: judul diambil dari fansong karakter kanaya maryam dari homestuck, mary; rasanya kalimat itu sangat cocok dengan kondisi ruby di fic ini. judul alternatif: in distress.

saya nulis ini cuma buat nangkis wb jadi kemungkinan tar dihapus hahah wtf gue bahkan ga ship mereka berdua