Disclaimer : Free! bukan punya saya, sumpah


Haruka menunggu, dalam balutan yukata musim panas yang berharap bisa ia ganti dengan baju renang. Menatap kerumunan yang menjauh dalam diam. Memusatkan keheningan dalam percikan festival. Mako lama sekali.

Makoto akan berlari, dalam balutan jeans dan kaus yang sedikit kusut. Dalam napas terengah (Haru pasti bosan menunggu), dalam ritme jantungnya yang agak berantakan. Ia menemukan Haruka disana. Menatap kearahnya dengan kepingan lautan yang tenang.

Makoto akan melemparkan cengiran canggung. Haruka tidak mengatakan apapun. Ia mengulurkan tangannya dan meminta Makoto bergabung dalam euphoria musim panas. Dan jantung makoto terasa berantakan kembali saat menggengam tangannya. Ujung jari Haruka yang halus mengusap pergelangan tangannya.

Dan mereka akan berlari bersama. Dalam kesunyian yang menarik menuju ledakan tawa yang mengambang di angkasa.


Terlarut dalam kerumunan orang-orang yang memenuhi udara. Paru-parunya terasa sesak. Makoto menggengam tangannya agar ia tidak tenggelam. Jangan lepaskan tanganmu, bisiknya.

Mereka terus berjalan menerobos arus manusia yang menerjang. Terasa seperti berenang, tapi tidak, tentu saja. Mereka berhenti sekali, Mako, aku ingin coba yang itu. Ikan mas, eh?

Makoto memenangkan seekor ikan mas untuknya. Sembari agak panik karena Haru nyaris menceburkan diri ke dalam kolam ikan (itu seukuran anak usia lima tahun). Mereka kembali berjalan sambil bergandengan. Makoto akan tersenyum hangat padanya.


Haru akan nampak mengantuk. Sangat mengantuk. Berjalan dengan langkah terseok. Mengejar bayangan Makoto yang melangkah sedikit jauh.

Ia menyadarinya. Menyadari bahwa Haru nyaris saja tersungkur ke tanah. Ia menggandengnya kembali. Membawa kaki-kaki lelah mereka tenggelam dalam rumput tebal di sisi kuil yang sepi.

Tidurlah Haru, katanya. Ia memberikan pundaknya. Haru merebahkan kepalanya. Mako akan mengusap pelan helai-helai kelamnya.

Dan Haru akan mulai tertidur, saat percikan cahaya meletup perlahan di udara.