Title : The Danger13
Genre : Thriller Crime and Romance
Cast :
Oh Sehun
Xi Luhan
Kim Jongin
Byun Baekhyun
Rate : M (Dirty Talk and maybe smut kkkk)
Disclaimer : This fiction is mine, the idea came from ma brain, and please do not CopyPaste everywhere and dont be plagiarism. I hate about plagiarism.
Summary : Danger13 adalah sebuah situs dari seorang pembunuh berantai yang diyakini membunuh para korbannya tepat ditanggal 13, lalu apa motif pembunuhan yang ia lakukan? Siapa pembunuhnya? Bagaimana cara Sehun melindungi seseorang yang ia cintai dari terror yang mulai menganggu dirinya dan juga orang yang ia cintai?
.
.
.
.
.
©KEvIN1004L
.
.
.
Danger13 Chapter 1
Present...
.
.
.
Danger13 baru-baru ini menggemparkan warga Korea Selatan.
Danger13 merupakan sebuah situs dari seorang pembunuh berantai yang diyakini membunuh para korbannya tepat di tanggal 13.
Beberapa pengunjung situs web memberikan keterangan, jika sang pembunuh dengan topeng selalu mengunggah video sebulan sekali pada tanggal 14, sehari setelah pembunuhan dilakukan.
Beberapa video yang telah diunggah menampilkan bagaimana pembunuhan dilakukan dengan keji dan tanpa perasaan.
Tidak ada yang mengetahui identitas dari pemilik situs pembunuhan tersebut, sampai sekarang polisi dan para detective masih mencoba untuk menyelidikinya.
Sepasang lengan itu melingkar dipinggang mungil pemuda yang tengah membaca koran harian ditangannya. Meski sempat terkejut, pemuda mungil itu tersenyum mengetahui siapa yang telah mengejutkannya.
"Jangan seperti ini, bagaimana jika ada yang melihat?"
Pemuda mungil itu mencoba melepas lengan yang memeluknya semakin erat. Pupil matanya bergerak kesana-kemari, khawatir jika ada yang melihat mereka bermesraan, meski nyatanya tidak ada satupun yang melihat.
"Siapa heum? Disini sepi sayang."
Pemuda lain dengan kulit sedikit berbeda dari orang Korea; kulitnya cokelat, namun eksotis yang kini mulai merenggangkan pelukannya pada pemuda mungil itu dan tersenyum. Dia membalikkan tubuh kekasihnya dan menatap teduh matanya.
Pemuda yang ditatap seperti itu menundukkan kepalanya menyembunyikan rona merah yang mulai menjalar disekitar pipi dan juga telinganya. Tangannya yang mulai berkeringat meremas koran yang ada di genggamannya saat merasa suhu yang semula sejuk berubah menjadi panas secara perlahan saat tatapan mata mereka kembali bertemu.
"Jj-Jongin jangan menatapku seperti itu." Dia memanggil nama pemuda dengan kulit eksotis itu dengan sebutan Jongin.
"Ayolah Luhan, kita ini sepasang kekasih sekarang, jangan malu seperti itu." Dan pemuda eksotis itu memanggil pria mungil yang dianggap kekasihnya dengan sebutan Luhan.
"Ngomong-ngomong apa kau sudah tahu berita ini?" Luhan menunjukkan koran yang ada ditangannya pada Jongin.
"Danger13 itu?" Ketika kekasihnya itu mengangguk, Jongin melanjutkan. "Membosankan sekali, di televisi, koran, majalah, internet, semua membahas situs itu. Konyol sekali." Jongin tertawa mengingat dirinya beberapa hari ini uring-uringan karna semua artikel yang panas hanya sebuah situs pembunuhan; menurutnya itu tidak penting. Dia hanya menyukai sepak bola, dan berharap akan ada artikel tentang bola, ntah tendangan hebat pemain atau kemenangan antar tim daripada hal semacam kriminal.
"Oh benarkah? Berita ini benar-benar menghebohkan tapi aku baru mengetahuinya dari koran ini." Luhan menggelengkan kepalanya, tidak percaya dirinya tertinggal berita penting dan panas seperti ini.
Sebagai seorang mahasiswa, Luhan banyak menghabiskan waktunya untuk belajar daripada bermain ataupun membaca suatu artikel karena baginya belajar merupakan nomor satu.
"Itu karena..." Jongin meletakkan telapak tangannya dirahang Luhan, sedikit mengelus kulit pipinya yang merona dengan ibu jarinya. "Kau terlalu sibuk dengan tugas-tugas kuliahmu sayang."
Luhan semakin gelisah berada didekat kekasihnya itu. Ntah mengapa perlakuan Jongin dihadapannya selalu sukses membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan membuat Luhan harus menahan nafas ketika wajah kekasihnya itu semakin dekat. Nafas hangat kekasihnya bahkan mampu Luhan rasakan ketika menerpa wajahnya.
Detik selanjutnya Luhan memejamkan kedua matanya, menanti saat-saat indah yang akan ia rasakan ketika tangan Jongin berada ditengkuknya, sedikit mengelus area sensitive itu dan—
"Ehem!"
—sebelum apa yang Luhan pikirkan terjadi, seseorang telah menjatuhkannya ke dasar bumi; bahkan sebelum Luhan sempat terbang keatas langit.
Jongin menjauhkan wajah dari kekasihnya, dia tahu ini pasti akan terjadi. Seharusnya dia tidak bertindak bodoh dan gegabah seperti itu diteras rumah kekasihnya. Dia membalikkan tubuhnya kearah sumber suara, begitupula yang dilakukan Luhan, kekasihnya itu memiringkan kepalanya kesamping dan mencoba melihat 'penganggu' dari samping pundak Jongin.
Seseorang tinggi berkulit putih pucat berdiri angkuh disana, dia menyandarkan badannya pada daun pintu dengan sebuah iPad berada digenggamannya; memasang wajah tanpa dosa dengan berpura-pura sibuk pada layar datar berukuran 9,7inch tersebut.
"Bukankah ini sudah tengah malam? Kau tidak akan memaksa sepupuku yang mungil itu untuk begadang 'kan Tuan Kim?" Pemuda itu melirik sekilas kearah Jongin dan juga Luhan sebelum mengangkat salah satu sudut bibirnya dan memamerkan sebuah seringaian mengejek.
"Kau benar Oh Sehun." Jongin menjawab pada pemuda 'penganggu' itu. Sebenarnya dia sendiri merasa amat sangat kesal dengan pemuda yang memiliki predikat sebagai sepupu Luhan selama beberapa hari ini, sepupu kekasihnya itu selalu saja merusak momen indah dirinya dan juga Luhan sebagai sepasang kekasih. Sebelum Sehun datang, Jongin bahkan selalu bermalam dirumah Luhan tapi seminggu terakhir ini, Sehun melarangnya. Bocah itu bersikap seolah-olah Luhan adalah anaknya dan dia adalah tuan rumahnya. Menjengkelkan sekali bagi Jongin.
"Luhan kalau begitu aku pulang dulu, besok jam 7 aku akan mengantarmu ke kampus dan—"
"Sudah tidak perlu, Luhan akan berangkat bersamaku besok dan cepatlah pergi!" Sehun menyela.
Jongin membuang nafas berat, menetralisir emosinya yang mulai meluap, Sehun sangat menyebalkan, jika saja dia bukan sepupu Luhan, mungkin Jongin telah mematahkan tulang rusuk bocah itu. "Baiklah Luhan sampai jumpa besok, dan kau bocah, jaga kekasihku."
"Jongin maafkan Sehun, dia hanya tidak ingin aku kurang tidur. Kalau begitu..." Luhan berjinjit dan meraih wajah Jongin dengan kedua tangannya, kemudian ia mengecup pipi kanan kekasihnya itu. Sedikit malu ia berkata "Sampai jumpa besok dan berhati-hatilah dijalan."
Jongin tersenyum menang ketika ia melirik sepupu Luhan yang membuang muka dan memasang wajah tanpa ekpresinya. Jongin sempat menyeringai sebelum kemudian ia mengacak gemas rambut kekasihnya dan mulai melangkahkan kaki menuju mobilnya yang terparkir didepan rumah Luhan. Dia melambaikan tangan pada Luhan melalui kaca jendela mobil yang sengaja ia turunkan dan mengatakan agar Luhan segera tidur.
Setelah mobil Jongin tidak terlihat karena semakin jauh dan hilang ditikungan jalan, Luhan mulai mendudukkan dirinya disofa yang berada diteras rumahnya. Memandang tak suka pada sepupunya yang kini juga duduk disebelahnya.
"Apa maumu, Sehun?" Dia mulai bertanya dengan emosi yang kentara pada nada bicaranya.
"Apa maksudmu?" Sehun yang ditanya seperti itu justru melempar kembali sebuah pertanyaan dan bukan jawaban seperti mungkin yang Luhan ingin dengar dari sepupunya yang 2 tahun lebih muda darinya itu.
"Maksudku adalah, mengapa kau selalu mengangguku dan Jongin?"
Luhan menatap penuh selidik kearah sepupunya yang tetap saja memasang wajah tanpa dosa.
"Aku tidak menganggumu, bukankah ini sudah malam dan kau harus beristirahat? Ayahmu mengatakan padaku agar kita tidak boleh tidur terlalu larut saat Ayahmu masih di Montreal."
"Lain kali uruslah urusanmu sendiri, jangan mencampuri urusanku terutama saat aku sedang bersama dengan Jongin! Kau menyebalkan!" Setelah mengatakan itu dengan wajah yang marah; bahkan urat lehernya terlihat jelas ketika ia berteriak pada Sehun. Luhan berdiri dan siap untuk pergi kekamarnya, mengarungi mimpi indah yang sempat tertunda karena sepupunya yang menyebalkan. Tapi sebelum genap 2 langkah, pergelangan tangannya sudah dicekal oleh Sehun.
"Bukan maksudku seperti itu, hanya saja aku tidak suka pria itu. Dia tidak benar-benar mencintaimu 'kan Lu?"
Luhan menghempaskan tangan Sehun dan hanya melirik tajam kearahnya tanpa mengatakan sepatah katapun, sebelum kemudian ia benar-benar melangkahkan kaki-kakinya masuk kedalam rumah dan pergi tidur. Dia terlalu lelah pada Sehun yang overprotective padanya. Luhan tahu maksud Sehun adalah untuk menjaganya, bagaimanapun dia dan Sehun telah bersama-sama sejak kecil dan hanya berpisah selama 6 tahun ketika Sehun memilih melanjutkan sekolahnya di Kanada dan kembali ke Korea untuk melanjutkan perguruan tingginya di Universitas Yonsei. Sifat Sehun yang berlebihan dan bersikukuh menjaganya memang telah ada sejak ia kecil, tapi itu hanya berlaku saat Luhan tidak memiliki siapapun sebagai pelindung, sekarang Luhan telah menjalin hubungan dan memiliki seseorang yang mampu melindunginya, jadi ketika Sehun kembali dan melakukan kebiasaanya sewaktu kecil; yaitu menjaganya, Luhan justru merasa risih dan terganggu.
Diam-diam Sehun mengekorinya dibelakang.
Brakkkk
Suara dentingan keras terdengar dari pintu kamar Luhan. Mungkin Luhan benar-benar marah pada Sehun hingga ia membanting pintu kamar. Sehun yang terkejut hanya mampu membuang nafas yang sempat ia tahan ketika dentingan keras itu mengejutkannya.
Sungguh, Sehun hanya tidak suka Luhan berpacaran dengan Jongin, menurutnya Jongin tidak pantas bersanding dengan Luhan dan mungkin saja itu hanya alasan Sehun untuk menjauhkan Jongin dari sepupunya, atau dia cemburu? Tapi sebenarnya juga tidak, Luhan pernah bertanya pada Sehun tentang bagaimana sifat Sehun yang berlebihan, Luhan menuduh Sehun cemburu padanya, namun Sehun menyangkal dan mengatakan jika dirinya hanya mengkhawatirkan Luhan.
Setelah menarik nafas dalam-dalam, Sehun meletakkan tangan kanannya pada knop pintu kamar Luhan. Mungkin benar dia sudah keterlaluan sekarang hingga Luhan marah dan Sehun harus sesegera mungkin meminta maaf pada sepupunya itu.
Pintu kamar berwarna putih itu terbuka. Bukan, bukan Sehun yang membukanya, tapi pemilik kamar itu yang membukanya —Luhan.
Dia menatap tidak suka pada Sehun.
"Apa yang kau lakukan hah? Kau mau mengangguku lagi?"
"Maafkan aku Lu, aku hanya—"
"Pergi ke kamarmu dan tidurlah Oh Sehun." Luhan memotong perkataan Sehun dan segera menutup kembali pintu kamarnya. Pikirannya sedang tidak ingin diusik oleh siapapun, termasuk Sehun, meski anak itu mulai menggedor pintu kamar Luhan; agar Luhan mau membukakannya, tapi Luhan enggan dan tidak peduli. Dia justru menarik selimut dan memejamkan matanya.
Dengan perasaan bersalah dan pikiran yang berkecamuk, Sehun melangkahkan kakinya menuju kamarnya sendiri. Baru saja kakinya menapak pada lantai kamar dan bersiap untuk menjatuhkan tubuhnya pada ranjangnya yang empuk, ketika dengan tiba-tiba jendela kaca kamarnya yang pecah dan menyebabkan suara dentingan yang cukup keras mengejutkannya. Sebuah batu menembus jendela kaca kamarnya dan tepat mengenai dahinya hingga berdarah; seseorang seperti sengaja melemparnya. Dengan cepat Sehun berlari, meski sedikit terhuyung mendekat kearah jendela dan melihat seseorang dengan pakaian serba hitam yang tidak mampu Sehun lihat wajahnya tengah berlari menjauh.
"Bajingan!"
Sehun mengumpat kesal, siapa yang berani melakukan itu padanya? Benar, kamar yang Sehun tempati adalah kamar Luhan dulunya, karena Luhan memilih tidur dikamar ibunya yang telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Lebih dari itu, Sehun hanya bertanya-tanya sejak kapan ada seseorang yang meneror rumah Luhan? Bukankah itu berarti Luhan dalam bahaya saat ini?
Sehun mengambil tisu dan menyeka darah yang mulai menetes dari dahinya, saat lagi-lagi dia terkejut seseorang mengetuk pintu kamarnya. Akhir-akhir ini Sehun sering merasa was-was dan tidak tenang, hingga dengan mudah ia selalu terkejut.
Ketika Sehun membuka pintu kamarnya yang diketuk dengan tidak sabar, ia melihat Luhan berdiri disana dengan raut wajah khawatir, takut dan juga bingung.
"Suara apa itu? Apa yang terjadi pada dahi mu? Mengapa ada darah? Oh Sehun?!" Rentetan pertanyaan yang Luhan ajukan tidak memberi Sehun kesempatan menjawab, karena sepupunya itu bahkan frustasi sendiri melihat kaca jendela dibelakang Sehun yang pecah dan dahi Sehun yang berdarah.
"Siapa yang melakukan ini?!" Luhan mengambil batu yang terbungkus kertas; bekas batu yang dilempar dan menyebabkan kaca jendela itu pecah.
"Kenapa bertanya padaku? Aku bahkan tidak tahu Lu." Sehun mendudukkan dirinya pada ranjang dan menggunakan tangannya untuk memijat pelipisnya yang berdenyut sakit akibat luka yang ia dapat di dahinya.
"Apa kau memiliki masalah pada teman kuliahmu?" Luhan bertanya dan memberikan kertas yang membungkus batu itu pada Sehun.
"Tidak, aku tidak ada masalah pada siapapun, bahkan aku baru saja kuliah beberapa hari, mana mungkin aku membuat masalah." Sehun mengamati kertas itu, sebuah tulisan dengan spidol merah tertera disana.
'+4F(9)23.00Midnight The Next'
Sebuah tulisan yang tampak seperti sebuah kode rahasia. Tapi Sehun menepis kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi dan mencoba menghilangkannya dari pikiran negativenya.
"Ayo."
"A-apa?"
Sehun hanya menurut saja ketika Luhan menggenggam pergelangan tangannya dan membawa Sehun keruang tengah rumah itu.
"Duduklah disini."
Luhan dengan cepat mengambil sebuah kotak P3K yang berada dibawah meja dihadapannya. Tangannya yang mungil dengan cekatan membersihkan darah pada luka Sehun dengan kapas yang telah dibasahi alkohol dan membalut luka itu dengan sebuah perban.
"Apa ini pertama kalinya ada teror seperti ini Lu?" Luhan menggelengkan kepalanya. "Kau tidak takut?" Sehun melanjutkan, memandang sepupunya yang kini juga memandangnya.
"Takut...aku takut sekali." Luhan menjatuhkan tatapannya pada kotak obat itu. Jujur saja dia benar-benar ketakutan setengah mati, tapi dia mencoba untuk tetap terlihat tenang, bagaimanapun sebagai yang lebih dewasa dari segi umur, Luhan yang seharusnya melindungi Sehun, jadi dia tidak ingin Sehun mengkhawatirkannya.
"Apa kau yang memiliki masalah dengan temanmu hingga mereka melakukan ini." Sehun kembali bertanya.
"Tidak, aku tidak tahu, selama ini aku tidak pernah memiliki ataupun membuat masalah." Mata Luhan semakin memerah menahan tangis dan juga rasa takut yang sangat mengguncang jiwanya.
Sehun mendekatkan tubuhnya pada Luhan yang duduk disebelahnya. Dia melingkarkan lengannya ditubuh kecil Luhan, memeluknya untuk memberi ketenangan. "Jangan takut, mulai besok aku akan mencari beberapa bodyguard untuk menjaga rumah ini dan aku juga akan selalu ada untuk menjagamu Lu." Luhan menganggukkan kepalanya dan mengeratkan pelukannya dipinggang Sehun.
Sepanjang malam itu Sehun tidak dapat tidur, ia mengkhawatirkan Luhan, meski Luhan tertidur dipelukannya, namun Sehun tetap tak merasa tenang. Matanya tidak pernah lengah dan berpaling dari layar LCD yang memantau keadaan sekitar rumah dengan CCTV.
.
.
.
To Be Continue...
.
.
.
BA a.k.a Bacotan Author :
Pokoknya see you next chapter, review silahkan, tidak review juga silahkan, Saya tidak memaksa. Saya hanya menyalurkan hobby menulis dan berimajinasi, bersyukur kalau ada yang suka ya :D
Ini remake dari The Secret USer13 yang aku hapus kemarin karena kesalahan teknis :p
Ada yang bisa memecahkan code diatas yang ada dikertas itu? Kalau ada berarti kalian sehati sama author ini #plakk
Maaf kalau ada typo atau diksi yang kurang dimengerti, malas mau baca ulang xD
