RE-PUBLISH
.
.
.
OBSESSION – CHENMIN VERSION
Pompombells
.
EXO GS/ CHENMIN || Slight HunHan/ TaoRis/ SuLay/ ChanBaek/ KaiSoo
.
"Aku mencintaimu. Aku menunggumu. Berbaliklah padaku!" – KJD
.
"Terimakasih, aku mencintaimu" – KMS
.
.
.
PROLOG
.
.
.
.
.
.
Sinar mentari menembus masuk ke celah – celah tirai yang menutupi jendela kamar seorang gadis mochi yang masih meringkuk di balik selimutnya.
Byun Baekhyun, nama gadis itu.
Hari ini adalah hari pertama masuk semester 5 bagi Baekhyun, namun tampaknya, ia tidak memiliki semangat untuk sekedar membuka mata pada hari pentingnya ini.
Alarm yang ia setting pukul 5 pagi yang sudah berulang kali berdering setiap 10 menit sekali tampaknya sengaja tak ia hiraukan. Oh, ayolah, dia hanya seorang Byun Baekhyun yang tidak bisa bangun pagi kecuali oleh teriakan alarm berjalannya. Do Kyungsoo.
"Baekhyun-ah! Apa kau akan terus bergulung dengan selimutmu itu! Cepatlah bangun! Matikan alarm mu dan bersiaplah!"
Ah, itu suara Kyungsoo, si alarm berjalan milik semua yeoja di apartemen itu. Namun, rasanya, teriakan si gadis bermata bulat dan berbibir hati ini hanya akan berguna bagi Baekhyun saja. Hanya dia yang selalu tidur paling awal dan bangun paling akhir.
Baekhyun akhirnya memutuskan untuk bangun dari tidurnya. Dengan keaadaan masih mengantuk, ia berusaha menegakkan tubuhnya, bersandar pada bantalan tempat tidurnya. Ia melipat kedua tangannya menjadi satu dan mulai mengucapkan doa pagi—menjelang siangnya dengan masih mengantuk. Oh, Byung Baekhyun! Setidaknya jika kau ingin berbicara dengan Bapa-mu persiapkan dulu dirimu dengan baik. Sudahlah, kita tinggalkan saja yeoja pemalas ini.
-OoO-
Kyungsoo kini sedang sibuk di dapur seperti pagi – pagi biasanya. Ia sedang mengecek sup dan sesekali melanjutkan kegiatan memotong daging dan menggoreng jamur. Bukan hal yang sulit untuk dilakukan seorang Do Kyungsoo yang sudah terlatih melakukan pekerjaan rumah seperti ini sejak kecil. Mata bulatnya sesekali memperhatikan ke arah tangga, berharap gadis yang sedari tadi ia teriaki namanya akan segera turun.
Di meja makan yeoja berpipi chubby, Minseok yang biasa dipanggil Xiumin, yeoja tertua di apartemen itu, sedang menata piring dan perlengkapan makan yang lain.
Tak jauh – jauh dari Xiumin, seorang yeoja bermata panda, Zitao, sedang mengelap gelas – gelas basah yang baru saja ia cuci.
Yixing, gadis asal Cina berdimple kini menerima gelas – gelas bersih yang Zitao berikan, dan mulai membuat susu stroberi hangat.
"Apa Baekhyun masih belum bangun?" Tanya Luhan, si gadis bermata rusa kini baru saja turun dari kamarnya.
"Yah, as always, jie – jie," balas Zitao sambil berjalan menuju ke arah Kyungsoo yang kini tengah memasukkan sup kacang merah ke dalam mangkuk. Dengan sigap Zitao menerima mangkuk berisi sup itu dan meletakkannya di meja makan.
"Anak itu sudah berusia 21 tahun, tapi masih tidak bisa bangun pagi," keluh Xiumin.
"Yah, Byun Baekhyun akan selalu seperti itu kan? Suasana pagi selalu damai dan tenang karena tidak ada ocehannya," sahut Kyungsoo sambil melepas apronnya.
"Sudahlah, kalian segera duduk, aku akan memanggil Baekhyun kemari," ah, Yixing, kau terlalu sabar. "Lu jie, bisakah kau melanjutkan membuat ini untukku?" tanya Yixing yang dihadiahi anggukan dari Luhan.
Yah, begitulah kehidupan keenam yeoja yang nyaris saling tidak mengenal, dan tiba – tiba menjadi sangat dekat dalam kurun waktu yang sangat singkat. Tertawa bersama, menangis bersama, dan berbagi kegilaan bersama.
"Baek-ah? Kau sudah bangun? Sarapannya sudah siap, segeralah turun Byun Baek," suara Yixing yang kelewat lembut untuk mengajaknya turun dan sarapan selalu menyapa telinga Baekhyun setiap pagi—menjelang siang.
"Ah, eonni, maafkan aku bangun telat lagi, hehehe," Baekhyun menunjukkan eyesmile nya pada Yixing yang kini menatapnya dengan gemas.
Ayolah, siapa yang tak akan gemas pada gadis manis berpipi mochi dengan rambut kuncir dua dan poni yang berantakan. Belum lagi dengan blush on merah muda yang membuat pipi yeoja itu tampak merona.
"Cepetlah turun atau Kyungsoo akan memakanmu," kata Yixing sambil mengacak rambut Baekhyun dan terkekeh ringan.
"Baiklah eonni, kita turun sekarang," ajak Baekhyun dengan wajah masam dan bibir dimajukan.
Yixng? Dia hanya tersenyum kecil mengikuti langkah dongsaengnya yang semakin membuatnya terlihat imut.
-OoO-
"Kris-ah! Cepat turun! Berhentilah berdandan seperti anak perempuan!" Teriak Suho dari lantai dasar.
"Siapa yang kau panggil anak perempuan, Junmyeon-ssi?"
"Astaga! Sejak kapan kau ada di sana Kris?! Kau mengagetkanku! Lagipula aku sudah menyuruhmu berhenti memanggilku dengan sebutan ssi! Apa kau masih belum paham? Aku ini saudaramu dasar naga berkepala batu!" Teriak Suho mengalihkan semua kegiatan penghuni rumah besar itu.
"Sudahlah, berhentilah bertengkar. Apa kalian tidak mu makan? Chanyeol hyung dan aku sudah memasak makanan. Siapkan saja meja makannya. Saat seperti ini kalian bahkan terlihat menyebalkan dari si hitam kkamjong," suara Sehun, si maknae, menginterupsi kegiatan perdebatan kedua kakak tertua yang tak akan berhenti jika tak ada yang mengingatkan untuk sarapan. Yah, seperti kebanyakan orang pada umumnya.
Di depan makanan, kita damai.
Itulah prinsip yang dianut Suho dan Kris.
Semua namja sudah berkumpul di meja makan kecuali satu orang. Kim Jongdae aka Chen.
"Dimana Chen?" Tanya Chanyeol sembari menarik kursi dan duduk di atanya.
"Yah, seperti yang kau tahu, menyiapkan bunga untuk Minseok noona," jawab Kai malas, perutnya sudah lapar, dan Chen belum juga turun.
"Selamat pagi semua! Chen disini!" Teriakan khas seorang Chen memenuhi seluruh rumah, membuat kelima namja yang mendengarnya mendengus kesal.
"Hei! Ada apa dengan kalian? Kenapa wajah kalian tertekuk seperti itu?" Tanya Chen dan tanpa merasa bersalah segera duduk di kursi makan, melipat tangan berdoa, kemudian bersiap untuk makan.
"Hei, ayolah! Ayo makan! Ada apa sebenarnya?" Chen mulai kesal karena tak ada satupun dari saudara – saudaranya yang mulai makan atau sekedar menjawab pertanyaannya.
"Chen-ah. Apa kau terlambat datang sarapan karena menyiapkan bunga untuk Minseok noona?" Tanya Chanyeol penasaran.
"Ah, itu! Tentu saja aku menyiapkan bunga untuk noona kesayanganku!" Seru Chen kelewat bahagia.
"Oh, Chen! Tidakkah kau lelah mengejarnya? Dia bahkan tidak menghargai usahamu! Dia selalu membuang mawar – mawar yang kau berikan padanya! Apa kau benar – benar tidak mau menyerah?" Suara Suho bergetar menandakan betapa ia mencemaskan adik sulungnya itu.
"Tidak! Kau belum memahami ini hyung, saat kau merasa jatuh cinta suatu saat nanti, kau akan mengerti bagaimana perasanku ini. Kau akan memahaminya, sungguh!" Suara Chen kini terdengar melembut.
"Yah, suatu saat nanti. Lupakanlah! Kejar saja Minseok kesayanganmu, aku mendukungmu," ucap Kris—datar sambil meraih sumpitnya.
Mereka pun mulai makan dengan tenang.
"Yak, hyung! Kau selalu mengikuti Minseok noona, kau pasti mengenal teman – temannya juga kan?" Tanya Kai memecah keheningan di tengah sarapan mereka.
"Humm, yah, aku cukup dekat dengan mereka. Memangnya kenapa?" Chen mengerutkan keningnya menatap pemuda tertinggi Kim bersaudara.
"Mungkin kau bisa mengenalkan satu padaku. Hehe, aku suka yang seksi dan berdada besar!" Ujar Kai—semangat, dan dihadiahi jitakan dari namja albino berwajah datar di sebelahnya.
"Hilangkan pikiran kotormu itu kkamjong! Dasar hitam mesum!" Ucap Sehun sarkas.
"Yak! Aku tidak hitam, bodoh!"
"Berarti kau mengiyakan kalau kau itu mesum?" Tanya Chanyeol serius.
"Memangnya kenapa? Bukan hanya aku yang berpikiran mesum! Pasti kalian pernah membayangkan tidur dengan wanita – wanita yang cantik dan seksi kan?" Kai terbahak setelahnya.
"Ya, Tuhanku, ampunilah adik bungsuku ini," ucap Suho menimbulkan gelak tawa diantara keenamnya.
