Halo Markjin hard shippers...
Maaf untuk semua bentuk kesalahan dari saya dalam cerita ini
Enjoy it..
Jinyoung mengayuh sepedanya lebih cepat setelah melirik jam di tangan kirinya. 18.20. Ini sudah lewat 1 jam dari waktu janjian yang disebut Mark kemarin. Ah tapi sebenarnya bukan Jinyoung yang Mark ajak pergi melainkan Jenny. Ya Jenny, sebuah tokoh hayalan yang Jinyoung buat selama ini untuk menutupi jati dirinya (elaah jati diri segala) sejak ia memulai rencananya. Rencana untuk balas dendam pada Mark Tuan. Oke, balas dendam mungkin bukan istilah yang tepat untuk menyebut apa yang dilakukan Jinyoung selama ini sebenarnya. Karena hell dia hanya bertukar pesan – dan foto juga, sekali – dengan Mark sejak 4 bulan yang lalu dengan mengaku sebagai Jenny. Manakah dari kegiatan itu yang kau sebut sebagai bagian dari balas dendam? Tak ada. Ya tepat sekali, tidak ada. Tapi Jinyoung menyebut ini – kegiatannya bertukar pesan dengan Mark Tuan – sebagai cara balas dendamnya pada Mark.
Jinyoung tidak suka Mark yang selalu membuat temannya – dan semua penghuni sekolahnya khususnya para siswi – menjadi orang lain. Semua teman gadis di kelasnya akan berubah dari siswi normal yang patuh pada norma-norma dan adat istiadat, menjadi siswi brutal hanya demi melihat seorang Mark Tuan berjalan melewati lorong depan kelas mereka saat jam istirahat. Mereka bahkan tidak segan berteriak histeris ketika mereka berpapasan di gerbang sekolah dengan sang pangeran sekolah – itulah sebutannya, jangan salahkan aku. Tentu saja Jinyoung adalah satu-satunya siswi di sekolahnya yang tidak melakukan itu. Ia bahkan tidak tahu seperti apakah wujud Mark Tuan – dia benar-benar tidak tertarik padanya – kala itu.
Hal lainnya yang membuat Jinyoung tidak pernah suka pada Mark adalah kenyataan bahwa seorang Mark membawa pengaruh buruk bagi kesehatan otak dan jantungnya. Jinyoung tidak pernah berhenti berurusan dengan Mark sejak ia bertemu sosok sang pangeran Mark Tuan di suatu sore 4 bulan yang lalu. Dan karena kepribadian Mark yang ternyata amat sangat menyebalkan sekali itulah akhirnya Jinyoung memutuskan untuk melakukan aksi balas dendam. Rencana balas dendamnya dimulai ketika ia secara tidak sengaja mendapatkan nomor handphone Mark. Awalnya Jinyoung akan melakukan aksi teror pada Mark. Namun yang terjadi kini malah sebaliknya – karena ternyata Mark tidak sebodoh itu.
Dan karena kebodohannya sendiri, akhirnya Jinyoung berakhir menjadi Jenny – yang kini justru mendapat teror dari Mark. Bukan teror dalam arti sebenarnya namun secara harfiah, karena Mark selalu mengajaknya hang out di setiap akhir pekan. Dan ya itu adalah suatu teror bagi Jinyoung karena bagaimana mungkin ia akan pergi hang out dengan Mark sebagai Jenny jika ia sebenarnya adalah Jinyoung? Hal inilah yang membuat otaknya harus bekerja ekstra keras mencari alasan-alasan untuk aksi penolakannya yang sangat masuk akal. Dan sejauh ini Mark ternyata masih percaya-percaya saja dengan alasan yang Jinyoung buat, hingga 2 hari yang lalu.
Dua hari yang lalu Mark masih dengan usahanya mengajak Jenny pergi dengannya di akhir pekan. Kali ini ia mengajak Jenny pergi menonton si tenar valak. Dan Mark tidak menerima penolakan. Bahkan dia tidak meminta jawaban Jenny/Jinyoung ketika memberinya pesan dua hari yang lalu.
Jinyoung sebenarnya enggan pergi. Apa yang akan dia katakan setelah bertemu Mark disana? Bahwa Jenny yang bertukar pesan dengan Mark selama ini sebenarnya adalah dirinya? Park Jinyoung yang satu sekolah dengannya? Park Jinyoung yang selama ini menjadi satu-satunya siswi anti Mark Tuan – setidaknya itulah yang ia tunjukkan selama ini di depan teman-temannya – itu adalah Jenny? Hell No. Jinyoung tidak akan pergi menemuinya jika saja ia tidak mudah menjadi seorang yang paranoid dengan mimpinya. Ya karena mimpi absurd-nya yang tidak jelas itulah akhirnya Jinyoung memutuskan pergi ke gedung bioskop yang disebut Mark kemarin dalam pesannya untuk memastikan mimpinya tidak menjadi kenyataan. Sebenarnya juga untuk memastikan benarkah seorang Mark menepati janjinya.
Sesampainya Jinyoung di depan gedung bioskop yang ternyata sangat ramai itu ia segera memarkir sepedanya. Dan segera masuk menuju area tempat orang menghabiskan waktu menunggu gilirannya masuk teater. Seperti halnya di luar gedung, area ini juga lumayan ramai pengunjung. Jinyoung mencari sosok Mark diantara keramaian orang di sana. Namun ia tidak dapat menemukannya. Setelah 20 menit mencari – bahkan ia pergi ke depan pintu masuk setiap teater di gedung itu – Jinyoung menyerah, nampaknya sosok yang ia cari sudah tidak lagi di sana.
Sekali lagi Jinyoung melirik jam tangannya. 19.35.
'Tentu saja dia sudah pulang. Apa yang kau harapkan Jinyoung? Melihatnya disini? Sedang menunggumu? Aiissh... dia bahkan tidak pernah mengajakmu. Untuk apa kau di sini mencarinya?' Jinyoung menunduk lelah di salah satu kursi panjang yang tersedia di area tunggu. Seharusnya dia pulang saja. Toh tidak ada kebakaran – seperti yang terjadi di mimpinya tadi – di gedung bioskop ini.
' ya, sebaiknya aku pulang sekarang' pikir Jinyoung lagi.
" Park Jinyoung?" Jinyoung sedikit terperanjat di tempatnya ketika mendengar sebuah suara dari arah kirinya. Dengan wajah yang masih menunjukkan kekagetannya, Jinyoung menatap si pemilik suara itu.
" ah benar, Jinyoung" orang itu tersenyum menampilkan sederetan giginya yang rapih.
Oh tuhan... dia di sini. Mark ing Tuan itu kini di depannya. Jinyoung mengerjap-kerjap melihat sosok Mark – yang dicarinya dari tadi – masih tersenyum di depannya.
" kau sedang apa sendirian di sini?" Mark mengambil tempat kosong di sebelah Jinyoung. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, bermaksud mencari seseorang yang mungkin menemani yeoja – yang masih enggan bergerak dan masih menatap ke arahnya – di depannya. Saat Mark kembali menatap ke arahnya, Jinyoung segera membuang muka ke samping. Mark mengangkat alisnya melihat tingkah Jinyoung.
"ehm.. Jinyoung?" Mark berusaha menarik perhatian Jinyoung ketika dilihatnya si yeoja manis itu malah asyik memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.
Sementara itu, Jinyoung sedang memikirkan apa yang hendak ia jawab dari pertanyaan Mark tadi. Jujur saja ia belum memikirkannya sejak ia memutuskan – dengan cerobohnya – pergi ke tempat ini setelah bangun dari mimpinya tadi. Uugh.. bodoh sekali, Apa yang akan kau katakan sekarang? Jinyoung merutuki dirinya sendiri.
" jinyoung?"
" eemm, a-aku tadi ingin pergi menonton, t-tapi tidak jadi. K-kalau kau sendiri?" Jinyoung akhirnya bersuara setelah memutar keras otaknya. Jantungnya berdegup kencang. Tentu saja ia berbohong. Gahh.. firasatnya mengatakan hal ini tidak akan berjalan baik. Sebenarnya, sejak awal – tentang Jenny dan kirim-berkirim pesan dengan Mark – memang sudah tidak ada yang benar Jinyoung-ah.
" aah. Aku juga sebenarnya akan menonton. Tapi juga tidak jadi" jawab Mark. Jinyoung hanya bergumam kecil sambil manggut-manggut menanggapi. Masih menolak menghadap lawan bicaranya.
" omong-omong kenapa kau tidak jadi nonton Jinyoung?" pertanyaan Mark kali ini sukses mengundang tatapan terkejut dari Jinyoung.
" aa-aku... a-aku baru sadar kalau d-dompetku tertinggal di- di rumah" Oh good. Jawaban yang sangat bodoh jinyoung. Bagaimana dia akan percaya dengan jawaban itu? Jinyoung menurunkan pandangannya.
" ah ha ha begitu" Mark tertawa aneh mendengar jawaban Jinyoung, kemudian setelah itu ia berdehem sebelum melanjutkan " apa kau masih ingin menonton? Aku bisa meminjamkan uang jika kau mau"
"ani. Aniyo. Tidak usah repot-repot Mark. Aku sudah tidak ingin menonton, terima kasih" Jinyoung menjawab cepat.
Hening sejenak sebelum Jinyoung akhirnya bersuara lagi " kau, kenapa tidak jadi menonton Mark?"
" ah itu, teman yang ku ajak tidak datang" Mark menampilkan senyum sedihnya saat mengatakan itu. owhh.. Jinyoung sedikit merasa bersalah sudah membuat namja ini menunggu hingga berjam-jam. Lagi pula kenapa dia tidak pulang saja? Sebegitu inginnyakah dia bertemu dengan Jenny?
Jinyoung menundukkan kepalanya merasa bersalah. Suasana diantara keduanya menjadi aneh setelah tidak lagi ada yang berbicara. Dan Jinyoung tidak suka ini. Situasi ini membuatnya gugup entah karena apa. Karena kebohongannya mungkin. Ah inilah juga salah satu alasan Jinyoung tidak suka Mark. Jinyoung menjadi seorang yang sering berbohong sejak ia kenal Mark. Sangat buruk.
" em kalau begitu aku pulang saja, sampai jumpa Mark" Jinyoung memecah kesunyian itu dengan beranjak dari tempatnya. Ya dia harus pulang sekarang, sebelum semuanya bertambah kacau. Ya sebelum ia memutuskan untuk menyudahi saja semuanya dan memberi tahu yang sebenarnya pada Mark saat itu juga. Oh ya, tentu saja ini harus diakhiri tapi tidak sekarang dan tidak dalam keadaan seperti ini.
" oh.." Mark juga ikut berdiri kemudian mengikuti Jinyoung ke arah pintu keluar. Jinyoung menggerutu, merutuki Mark yang sedang mengekor di belakangnya.
Oh God. Jinyoung berhenti sepersekian detik setelah ia menangkap bahwa hujan yang lumayan deras tengah turun. Bagaimana caranya dia bisa pulang jika begini?
" sepertinya kau tidak bisa pulang sekarang Jinyoung"
" owh yeahh kau benar" Jinyoung mengerang pasrah sembari mengambil tempat duduk di kursi panjang yang tersedia di sana.
" biar kutemani sampai hujannya reda" ujar Mark mantap sambil tersenyum ke arah Jinyoung.
Owh My God. Ini dia. Sikap gantle yang kadang Mark tunjukkan pada Jinyoung yang membuatnya berdebar tidak jelas. Jinyoung tidak mengerti kenapa Mark kadang-kadang bersikap begitu padanya, padahal yang Jinyoung tahu dia adalah namja super menyebalkan.
" kau sudah makan malam? Bagaimana kalau kita makan sambil menunggu hujan reda?" usulan Mark tentu sangat menggiurkan karena Jinyoung jelas belum makan. Tapi bagaimana mungkin dia menerima tawaran itu? Dia sedang tidak berada dalam keadaan dapat menerima tawaran itu. Ingat, dia adalah Park Jinyoung. Siswi anti Mark Tuan, yang seharusnya tidak menerima ajakan dari orang yang ia benci bukan?
" aniyo, aku sudah makan tadi" Tapi sepertinya perutnya tidak bersahabat dengannya kali ini, karena setelah mengatakan itu perutnya berbunyi dengan tidak anggunnya. Hingga mengundang tawa dari namja di depannya. Jinyoung yang masih memegangi perutnya menunduk malu.
" hahaha... sepertinya perutmu lebih jujur bukan. Ayolah Jinyoung, aku yang traktir. Lagi pula ada sesuatu yang ingin aku bicarakan"
" oohh baiklaah" Jinyoung mengerang kecil mengikuti Mark yang tersenyum lebar memasuki lagi gedung bioskop itu. Mark memilih mengajak Jinyoung ke foodcourt yang ada di dalam gedung mengingat di luar masih hujan.
Yang ingin di bicarakan oleh Mark ternyata suatu permintaan maaf atas kesalahannya di masa lalu. Tentang 'tragedi bola Mark' saat pertama kali mereka bertemu. Jadi waktu itu, Mark yang sedang main basket bersama teman-temannya melayangkan bola basket ke arah ring, namun sayangnya si bola bukannya masuk ring malah nyasar ke arah Jinyoung yang kala itu tak jauh dari lapangan. Dan sang pangeran Mark yang melempar bola bukannya meminta maaf malah balik menuduh Jinyoung yang tidak memperhatikan sekitarnya hingga tidak sadar ada bola yang menuju arahnya. Dari sanalah peperangan kecil antara Jinyoung dan Mark akhirnya di mulai.
Sayangnya setelah mereka saling maaf-memaafkan (?) – Jinyoung juga akhirnya meminta maaf atas aksi balas dendamnya selama ini, walau ia masih tidak membicarakan masalah Jenny secara gamblang pada Mark – hujan di luar sana masih tidak juga berhenti padahal jam sudah menunjukkan pukul 20.40. Jinyoung mengetuk-ketukkan kakinya gelisah. Bagaimana jika sampai larut hujannya tidak mau berhenti juga? Eommanya pasti akan khawatir. Apa ia minta jemput Junho oppa atau appa saja? Jinyoung masih membatin ketika sebuah tangan menepuk pundaknya. Jinyoung mendapati Mark yang ia tinggal tadi karena harus membayar makanan mereka sudah berada di sampingnya. Mark mengerutkan alisnya menanyakan bila ada sesuatu yang salah. Jinyoung hanya kembali melihat ke luar area gedung.
" aah masih hujan ternyata" Mark yang mengikuti arah pandang Jinyoung menyahut. Jinyoung menjawab dengan gumaman tidak jelas.
" kau masih akan menunggu hingga reda?" tanya Mark kemudian.
" tentu saja. Bagaimana aku bisa pulang jika hujan begini? Aku hanya membawa sepeda dan tidak membawa payung atau jas hujan. Aku akan basah kuyup jika aku pulang sekarang" jawab Jinyoung yang sudah kembali mengambil tempat duduk.
" aku bisa mengantarmu pulang" Jinyoung mengamati Mark yang kini berdiri di sampingnya dengan kening berkerut tak mengerti.
" kau bawa payung?"
" tidak"
" jas hujan?"
" tidak" Jinyoug menghela napas.
" lalu bagaimana kau akan mengantarku pulang? Kita bahkan tidak bisa ke halte depan untuk naik bis"
" aku akan mengantarmu pulang dengan mobilku Jinyoung. Kita tidak akan basah" Jinyoung yang sudah membuang muka sejak jawaban 'tidak' pertama dari Mark tadi kini menoleh dengan tampang terkejut. Mark yang menjadi objek pandangnya mengangguk kecil membenarkan ucapannya walau Jinyoung tidak berkata apapun.
" ayo, nanti keburu malam" ujar Mark menarik tangan Jinyoung.
Sebelum keterkejutan Jinyoung – tentang Mark yang membawa mobil, atau mungkin lebih tepatnya karena Mark mau mengantarnya pulang dengan mobilnya – hilang, Mark membuat kejutan lain dengan memayungi mereka menuju tempat parkir mobil Mark dengan menggunakan jacket kulit yang dikenakannya. Duhhh you are so gentle Mark. Jinyoung yang mendapat perlakuan demikian hanya bisa bersemu ria dengan irama jantungnya yang sudah tidak bisa ia kontrol lagi. Inilah pengaruh buruk yang Jinyoung katakan tentang Mark terhadap kesehatan jantungnya. Mark bahkan membukakan pintu penumpang di salah satu sisi mobilnya agar Jinyoung bisa masuk.
" oh Mark. Bagaimana dengan sepedaku?"
"sudah ku titipkan tadi pada satpam penjaga gedung itu. Jadi kau bisa mengambilnya besok" mereka sudah berada di jalanan kota Seoul.
" jinjja? Kapan kau pergi menitipkannya? Lagipula kau tahu sepedaku?" Jinyoung mengernyit tidak percaya.
" tadi setelah kau masuk mobil. Dan yeah aku tahu sepedamu" Mark menoleh sekilas ketika menjawab Jinyoung.
Jinyoung ber-hhmm tak jelas menanggapi. Ia kembali memutar arah pandangannya ke luar jendela menikmati suasana malam kota. Namun kembali ia tersentak menoleh ke arah Mark setelah menyadari sesuatu " bagaimana caranya aku bisa mengambilnya besok?"
" akan kuantar" Mark menghentikan mobilnya ketika lampu jalan berubah warna.
" baguslah kal- mwo?" Jinyoung berteriak kaget. " besok kau akan mengantarku mengambil sepeda?" Jinyoung menatap pemuda di sampingnya dengan terbelalak. Ya Tuhan, walau mereka sudah berbaikan tadi, tapi hal ini tentu saja tidak bisa dibenarkan bukan? Mark Tuan si pangeran sekolah akan mengantar Park Jinyoung si siswi anti Mark Tuan mengambil sepeda di parkiran bioskop yang notabene ramai setiap akhir pekan? Bagaimana jika Bambam – sahabatnya – atau salah satu siswi sekolahnya yang merupakan fans berat si pangeran ini melihatnya? Ah tapi bagaimana kau yakin tidak ada yang melihatmu malam ini Jinyoung-ah. Oh benar, bagaimana jika tadi ada yang melihatnya bersama si pangeran ini? Ya Tuhan... kau benar-benar bodoh Jinyoung.
" hei" Jinyoung kembali tersadar ketika Mark memanggilnya.
" heh? Apa katamu tadi?"
" aku bilang tentu saja aku yang akan mengantarmu besok" Mark kembali menjalankan mobilnya.
" wae? A-aku bisa sendiri naik bis ke sana "
" oh tentu saja kau bisa sendiri naik bis kesana, tapi kau takkan bisa mengambil sepedamu tanpa aku. Penjaga itu tidak akan percaya padamu" Mark menjelaskan.
" tidakkah kau tadi bilang bahwa itu sepedaku pada penjaga disana?" Jinyoung sungguh tidak ingin pergi dengannya besok.
" tadi kau sudah di dalam mobil ingat? Penjaga itu tentu saja tidak akan mengenalimu walau sudah kuberi tahu namamu bukan? Jadi, tidak ada pilihan lain selain kau pergi denganku besok Jinyoung-ah" Mark tersenyum di akhir kalimatnya.
Dan Jinyoung tentu saja tidak tahu itu, sebab kini ia sudah memalingkan wajahnya. Bagaimana ini? pikirnya.
Beberapa menit kemudian mobil Mark sudah berhenti persis di depan pagar rumah Jinyoung. Untung saja hujan membuat para pengendara tidak betah berlama-lama di jalanan sehingga tidak terjadi macet.
Jinyoung hendak keluar ketika Mark menahan lengannya " tunggu disitu"
...
Oke, sorry saya cut dulu disini
So, what do you say?
Saya lanjutin deh kalo ada yang mau baca (itupun mungkin langsung end hehe), tapi kalo gak ada yaaa...
Crita remake ini saya dedikasikan untuk kaka Titish AK penulis novel ketjeh badai "a little white lie"
Love you kaka. Makasi sudah buat "a little white lie" untuk kami...
Remake ini sebenernya cuma coretan doang si, karena saking senengnya sama crita kaka Titish yang fluffy, cute, sweet banget gitu. So kalo kamu penggemar novel fluffy dan belum pernah baca novelnya kaka Titish ini, go cari deh novelnya. Saya jamin jatuh cintaaaaaaa...
Saya suka tuh bikin rangkuman, ringkasan, review ato apalah namanya dari crita, fiksi, cerpen, novel ketjeh yang pernah saya baca selama ini. Dan karena saya suka banget sama yang bergenre humor fluffy sweet gitu, eh pas ngetik-ngetik gitu kepikiran buat bikin remake pake karakter Mark dan Jinyoung (couple kaporiiiiit saya banget) yang juga kyoot kyoot abis. So yaaaa jadilah ini.
Ahh ya, untuk Say U Friend saya kayanya belum bisa lanjut dalam waktu dekat ini. Mohon maaf jika ada yang menunggu *take a bow. Doakan urusan saya bisa segera kelar dan cepat bisa lanjut. Tengkyu tengkyu tengkyu
