-Love In The Coffee Shop-

Disclamer: Masashi Kishimoto

Rated: M—tapi untuk chap ini baru T hehe

Pairing : SasuNaru

Warning : Yaoi, Typo(s), AU, OOC, Gaje, EYD tidak mendukung, Perkataan sehari-hari, Lemon di chap selanjutnya, dll

.

(~^ 3^)~(^0^)/

.

Summary : Sasuke yang sedang galau karena baru putus dari pacarnya-Sakura- bertemu dengan seorang pemuda pemilik coffee shop. Dari pertemuan itu hati Sasuke dan pemuda itu ternyata saling berpautan, sebuah benang merah telah terpasang pada jari keling keduanya. Akankah benang merah itu membantu mereka untuk bersama?

.

.

.

'Sial! Hari yang menyebalkan. Ternyata si pinky –bahkan aku tak mau lagi menyebut namanya- berselingkuh dengan Kabuto. Seharusnya aku tau itu!' Ucap batin seseorang yang sedang berlari di tengah kerumunan orang-orang Tokyo. Kenapa berlari? Salahkan pada hujan yang tiba-tiba saja datang membuat Sasuke-orang itu- yang sedang galau ini menjadi harus terburu-buru mencari tempat meneduh.

Sasuke berlari sampai akhirnya dia menemukan sebuah tempat untuk meneduh. Berdecak dan bergumam kesal sambil membersihkan pakaiannya yang basah. Sasuke melihat ke belakang, ternyata tempatnya meneduh adalah sebuah coffee shop.

Mengacuhkan, Sasuke melihat kembali ke depan. Mengamati setiap orang yang sedang berlari sambil menutupi bagian kepalanya, mencari tempat meneduh dan berjalan dengan santai karena memakai payung. Menghela nafas lelah. Sepertinya hari ini adalah hari tersialnya.

Di mulai dari dia yang melihat Sakura –mantan kekasihnya- beberapa menit lalu yang sedang berselingkuh. Kesal karena habis dibohongi habis-habisan oleh wanita itu. Sasuke berjalan, diperjalanan dirinya terjebak hujan yang tiba-tiba saja turun. Kesal, sangat kesal! Suasana hatinya sungguh sangat tak menyenangkan hari ini. Semoga saja tak ada yang membuatnya ke—

"Ada yang bisa saya bantu? Sepertinya anda kehujanan? Ingin mampir dulu, tuan?" Tanya suara dari belakang. Tidak tau keadaan Sasuke yang sedang bad mood ini. Mendengus kesal itu lah hal pertama yang di lakukan Sasuke.

'Baru saja aku menyebutkan tidak ingin di buat kesal!' Gerutu Sasuke dalam hatinya. Dengan kesal Sasuke melihat ke belakang. Melihat seorang pemuda tampan—ekhm mungkin lebih pantas untuk dibilang manis—sedang melihat dirinya dengan mata biru indah. Sejenak Sasuke terpana dengan keindahan mata shappire yang bergitu cerah itu. Tetapi kembali ke dunianya karena suara pemuda itu.

"Ada yang bisa saya bantu? Lebih baik anda meneduh di dalam sambil merasakan coffee kami." Kata pemuda itu sambil tersenyum ramah—mungkin sambil promosi juga.

Karena suasana hatinya yang kesal, lebih baik dia tak mencari gara-gara dan memperpanjang semuanya. Lebih baik dia ikuti saja. 'Mungkin minum coffee bisa sedikit menghilangkan rasa kesalku.' Pikir Sasuke lalu melangkahkan kakinya dengan pemuda itu di depannya. Melihat keseluruh ruangan ternyata coffee shop itu cukup ramai. Baunya pun khas dengan bermacam-macam coffee, tapi tidak membuat orang mual, tapi nyaman. 'Lumayan.' Pikir Sasuke sambil terus berjalan mengikuti pemuda itu, sampai akhirnya sampai pada salah satu meja yang kosong.

"Silahkan." Ucap pemuda itu ramah. Dengan gayanya Sasuke berjalan dan duduk pada kursi yang sudah di sediakan itu. "Anda ingin pesan apa? Kami punya semua menu dengan bahan dasar coffee yang nikmat." Jelas pemuda itu basa-basi.

"Hn. Semua orang juga tau, Dobe." Ucap Sasuke sambil melihat daftar menu yang tersedia, dia bahkan tidak melihat sebuah persimpangan di dahi pemuda itu. Untungnya –mungkin- pemuda itu pun bisa menahan persimpangannya supaya tidak membesar lalu meledak.

"Lalu anda pesan apa, tuan?" Tanya pemuda itu sekali lagi dengan ramah—dipaksakan.

"Kau cerewet sekali." Ucap Sasuke kesal. Dengan suasana hati yang kesal dan pemuda ini terus bertanya tentang pesanannya. Membuatnya semakin kesal dan mengingat 'mantan kekasihnya' yang sama menyebalkannya—cerewet.

"Maaf tuan, tapi saya hanya bertanya 'Anda ingin pesan apa'?" ucap pemuda itu sambil menekan setiap kata.

"Hn."

Ctak

Ok, sekarang persimpangan itu semakin besar di dahi pemuda berambut pirang itu.

"Maaf tuan 'Teme' yang terhormat, bisakah anda mengunakan kata-kata manusia?" tanya pemuda dengan nada yang dinaikan.

"Hn."

"Grrr... dasar Teme!" Ucap pemuda itu dengan kesal. Lalu pergi meninggalkan Sasuke, tapi sebelum pergi tangannya di genggam oleh Sasuke. Pemuda itu melihat Sasuke dengan raut muka yang tanda tanya dan kesal.

"Apa?" ketus pemuda itu.

"Aku pesan, cake coffee original dan mocca tanpa gula." Ucap Sasuke.

"Cih... baiklah. Harap tunggu 10 menit." Ucap pemuda itu dengan ketus. Tidak ada lagi kata sopan santun pada pelanggan. Semua tata krama dalam pelayanan pelanggan hilang sudah karena kata-katanya.

"Bodoh." Ucap Sasuke sambil mendengus.

Ctak..

"Grr... Teme." Gumam pemuda itu sambil melangkah dengan kesal.

.

Brak

"Hei!" teriak Kiba yang kaget karena nampan yang di taruh oleh pemuda berambut pirang itu dengan 'sangat' keras. "Hati-hati, Naru." Ucap Kiba pada temannya yang disebut Naru itu.

Namanya sebenarnya adalah Uzumaki Naruto. Pemuda yang di usianya yang sekarang bisa mengelola sebuat coffee Shop yang lumayan terkenal. Tapi karena masih baru, Naruto juga ikut menjadi pelayan di tempatnya ini. Beberapa orang yang bekerja di sini adalah teman-teman dekatanya yang ikut menyumbangkan investasinya, dengan keuntungan yang dibagi rata tentunya. Teman-temannya itu adalah Inuzuka Kiba, sebagai pembuat patrisier. Shikamaru, sebagai orang menghitung keuntungan yang di dapat setiap bulannya. Ino, Karin dan Hinata, sebagai pelayan perempuan. Dan Sai, sebagai pelayan laki-laki sama seperti dirinya.

"Aku kesal." Ucap Naruto sambil mengacak-ngacak rambut pirangnya yang memang sudah acak-acakan.

"Ada apa?" Tanya Kiba sambil melihat para tamu yang melihatnya dan Naruto. Kiba tersenyum sambil bicara 'tidak ada apa-apa'.

"Ada seorang pelanggan yang sangat menyebalkan. Tadinya aku mau menolongnya sekalian mempromosikan coffee shop ini. Tapi tertanya orang itu menyebalkan sekali. Coba kau bayangkan, dia menyebutku Dobe dua kali, mengataiku bodoh dan menggunakan alien yang bahkan artinya sama sekali tidak ku mengerti. Laki-laki yang sangat menyebalkan bukan?" cerocos Naruto pada Kiba yang hanya sweatdrop mendengarnya itu.

"I-iya." Ucap Kiba sambil tergagap. Tidak tau lagi apa yang mau di jawabnya pada teman pirangnya itu.

"Akhh... kau juga sama menyebalkannya. Aku sudah menjelaskannya panjang lebar dan kau hanya bilang iya?" ucap Naruto dengan kesal melihat Kiba.

"Memangnya aku harus bilang apa? Bilang jika aku juga ikut kesal? Aku tidak tau sikapnya kenapa seperti itu Naruto." ucap Kiba ikut kesal lalu membuatkan pesanan yang ada di kertas yang bawa Naruto. belum 5 menit, makanan itu sudah jadi.

"Sebaiknya kau bawa ini dan berikan pada pengunjung itu." ucap Kiba.

"Tidak. Karin!" panggil Naruto.

"Iya, ada apa?" Tanya Karin. Perempuan berambut merah panjang dengan kaca mata bertengger di hidungnya.

"Tolong kau bawakan ini pada meja nomor 9." Ucap Naruto sambil memberika nampan yang di atasnya ada sebuah cake dan mocca.

"Eh, kenapa harus aku? Kau kan yang melayani pelanggan itu?" tanya Karin.

"Sudah kau bawa saja. Aku yakin kau tidak akan menolak jika melihatnya." Ucap Naruto. dengan berat hati Karin membawa nampan itu. tidak sampai 3 menit, Karin datang dengan muka yang berseri-seri.

"Kau benar, Naru. Pelanggan itu sangat tampan. Tidak menyesal aku menyerahkan pesanannya." Ucap Karin senang. "Tapi tadi dia bertanya 'Dimana pelayan yang tadi?'. Dia menanyakanmu Naru." Ucap Karin.

"Eh? Kenapa? Padahal tadi dia mengataiku bodoh dan menggunakan bahasa elien yang sangat menyebalkan." Ucap Naruto heran.

"Entahlah." Ucap Karin sambil mengangkat bahunya.

.

"Dimana si Dobe itu?" tanya Sasuke sambil melihat ke sekeliling ruangan itu. Yang dilihatnya hanya pelayan laki-laki berambut hitam, dan 3 pelayan wanita yang salah satunya adalah Karin. Sambil menyesap mocca tanpa gulanya, Sasuke melihat keluar lawat jendela yang ada di sebelahnya. Melihat hujan yang turun dengan lebat. Tiba-tiba wajah Naruto yang sedang kesal terbayang di wajahnya, dan suara yang memanggilnya Teme di dengarnya. Sedikit senyum yang 'sangat' tipis tersungging di bibirnya mengingat semua itu. Tapi sedetik kemudian, menyadari dirinya yang sedang tersenyum karena mengingat Naruto membuatnya kikuk dan berpikir. 'Kenapa aku mengingat si Dobe itu?' Tanya Sasuke dalam hatinya.

Menggelengkan kepalanya dengen pelan, Sasuke melihat ke sekeliling ruangan itu lagi. Dilihatnya Naruto—yang namanya belum diketahui Sasuke—sedang berbicara dengan tertawa dengan pelayang wanit berambut hitam panjang dan bermata lavender. Terlihat Naruto tertawa dengan senang dan perempuan itu tersenyum dengan pipinya yang bersemu. Entah kenapa sedikit rasa panas menyeluruh ke hatinya.

Sasuke melihat Karin yang sedang berada di dekat meja miliknya. Segera Sasuke memanggil Karin.

"Ya?" Tanya Karin bersemu.

"Kau tau siapa pelayan berambut pirang itu?" tanya Sasuke sambil menujuk Naruto. karin menengok ke arah jari Sasuke.

"Oh... itu Naruto. Dia pelayan sekaligus pemilik coffee shop ini. Kalau boleh saya tau kenapa anda menanyakannya?" tanya Karin.

"Hn, tidak." Ucap Sasuke sambil meletakkan uangnya di meja dan meninggalkan Karin yang melihat ke arahnya—bingung.

Beruntung, di luar hujan sudah reda jadi Sasuke bisa langsung pergi dari pertanyaan Karin tadi. Sepertinya Sasuke tertarik dengan Naruto—tepat pada pandangan pertemuan pertamanya. Dan lingkaran perjalanan romantika mereka dimulai dari sekarang.

.

.

.

.

Mulai dari hari itu, Sasuke selalu menyimpang ke coffee shop itu. Alasannya sih hanya untuk menikmati coffee dan cake yang dipujinya enak. Tapi tujuan sebenarnya hanya untuk mengetahui semua yang dilakukan dan informasi tentang Naruto. Mungkin dia bisa saja menyuruh suruhannya untuk memata-matai Naruto, tapi tentu saja lebih baik dia sendiri yang melakukannya. Hitung-hitung bisa melihat Naruto juga.

Karin yang tadinya senang karena Sasuke selalu datang akhirnya tau tujuan Sasuke. Tadinya dia sempat berfikir dengan narsisnya bahwa Sasuke tertarik padanya karena selalu mengajaknya bicara. Tapi semua pikiran itu hilang, karena Karin menyadari bahwa 'setiap yang ditanyakan Sasuke dan bahan pembicaraannya itu adalah semua hal tentang Naruto'. Sasuke selalu menanyakan informasi yang diketahui Karin tentang Naruto. Tapi untung, Karin yang ternyata seorang fujoshi juga mendukung hubungan Sasuke dan Naruto. Dan sekarang adalah rencanannya dan Sasuke.

'Mendekatkan Uchiha Sasuke dengan Uzumaki Naruto.'

.

Sasuke sedang meminum mocca tanpa gulanya dengan hikmat saat sepasang mata onix miliknya melihat Naruto dengan Hinata—lagi. Setiap Sasuke sedang mengawasi Naruto, pasti Hinata selalu ada sambil berbincang dengan wajah merona, membuat Sasuke jengah melihatnya. Ingin rasanya Sasuke menarik perempuan itu hilang dari hadapan Naruto, dan menggantikannya untuk berbincang dengan Naruto. Kesal! Itulah yang di rasakan Sasuke sekarang.

"Si dobe itu." Gumam Sasuke kesal. Mata onix miliknya tetap menatap Naruto yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang membuat pipi tan itu merona. Ok, baca kembali. Pipi tan Naruto meronta. What the... !? sebuah pembulu vena menyilang di dahinya.

.

Sementara di tempat Naruto.

"Hinata, apa kau merasa ada yang mengawasi kita dari tadi?" tanya Naruto pada Hinata.

"I-iya, a-aku mera-sa ka-kalau U-uchiha-san me-melihat ki-kita dari ta-di." Ucap Hinata sambil menundukan kepalanya dengan rona di pipinya yang entah kenapa itu.

"Si Teme itu?" tanya Naruto gelagapan dengan pipi yang merona.

"I-iya." Jawab Hinata singkat.

Naruto sebenarnya menyukai Sasuke. Dan itu juga sudah di akuinya pada perempuan di hadapannya ini. Naruto memang cukup akrab dengan Hinata karena dia anak yang baik. Tidak seperti teman-temannya yang pasti akan menggodanya jika Naruto curhat pada yang lainnya. Jadi, lebih baik dengan perempuan gagap yang baik dan pendiam, daripada harus menjadi bahan godaan temannya yang lain. Perlu kalian tahu, bahwa Hinata adalah seorang fujoshi sama dengan Karin.

Naruto beberapa hari ini kesal melihat Sasuke yang selalu berbincang dengan Karin. Kesal sih, tapi bagaimana lagi. Jika dia dekat dengan Sasuke pasti Sasuke akan mengejeknya dengan kata-kata, bodoh, Dobe, cerewet, dan lainnya –membuatnya menjadi kesal dan berteriak. Membuatnya dan Sasuke akhirnya malah menjadi bertengkar. Semua itu Naruto ceritakan pada Hinata.

Akhirnya Hinata membuat kesepakatan dalam dirinya untuk membuat 'Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke bersatu.'

.

Hinata dan Karin saling berbicara di belakang dapur. Mereka saling mengetahui bahwa mereka adalah seorang fujoshi satu sama lain. Tentu saja karena mereka juga selalu bertukar foto koleksi yaoi mereka.

Karin bilang pada Hinata tentang perasaan Sasuke sebenarnya pada Naruto, dan tentang tujuan sebenarnya Sasuke selalu datang ke coffee shop ini. Hinata juga memberi tahu apa yang diketahuinya tentang perasaan Naruto dan seluruh curhatan Naruto tentang Sasuke.

"Kalau begitu mereka memang pasangan yang cocok. Mereka saling mencintai tanpa tau perasaan pasangan mereka masing-masing." Ucap Karin dengan menggebu-gebu.

"I-iya. Ki-kita harus me-membuat me-mere-ka bersama." Ucap Hinata sama menggebu-gebunya tapi tentu saja dengan gagapnya yang tak hilang-hilang juga.

"Aku punya rencana." Ucap Karin sambil tersenyum penuh arti pada Hinata yang menatapnya dengan bingung.

Karin membisikkan sebuah rencana yang telah dipikirkan otak yaoinya itu. tentu saja Hinata senang dengan senyum di wajahnya. 'Akhirnya mereka bisa membuat pasangan SasuNaru itu bersama.' Pikir mereka bersama.

.

.

.

Tbc

A/N: Horeee akhirnya selesai juga. Gomen bunny-chan, aku baru bisa nyelesaiin chap1, lemonnya sesuai janji akan ada di chap2(ending). Gomen juga yang ternyata aku lama banget lanjutin fic ini...

Fic ini kupersembahkan untuk Bunny-chan di bbm karena udah request fic so sweet begini. Padahal aku biasanya bikin fic hurt dan sekeluarganya(?) hehe.. so, udah dulu cuap-cuap gak penting dari Loshi..^^

Ditunggu kritik dan sarannya^^

Buat senpai-senpai diluar sana, mohon bantuan kongkritnya tentang penulisannya ya hehe^^

review