"I fell in love the way you fall asleep: slowly, and then all at once."
chapter 1
Awalnya ini hanya suatu keisengan. Aku mencari-cari username di messengerku dan yang kutemukan adalah dia. Seseorang yang usernamenya menggunakan nama minuman kesukaanku. Aku mulai chatting dengannya, berbagi pengalaman dan hal sebagainya sampai aku mulai menyukainya.
Ia seorang gadis, katanya. Aku cukup bersyukur karena aku tidak sedang berhadapan dengan seorang pria melalui chat ini (walau aku masih ketakutan). Namun setelah lama berbincang, kita berdua saling menyadari bahwa ternyata kami berdua belajar di sekolah yang sama.
Kebetulan yang mengerikan, tapi menyenangkan. Aku senang karena pada akhirnya aku dapat bertemu dengannya akhir pekan ini. Ia sudah berjanji padaku. Ia pun sama senangnya denganku karena ia juga ingin bertemu denganku. Inikah rasanya terbang ke langit ketujuh?
"Yo, kalau kau terus tersenyum seperti orang gila kau akan dianggap gila, Roxy~"
"Shut up, Sora."
Sepupuku, Sora mendekatiku yang tengah menatap layar laptop sambil menaruh segelas susu coklat hangat yang kuminta sepuluh menit yang lalu.
"Nih, susu coklatnya," kata Sora kemudian. Ia lalu melihatku tengah sign in ke yahoo messenger dan bertanya, "kau menunggu dia lagi?"
"Tentu, dia akan tiba lima menit lagi."
"Serius, Rox. Apa kau pernah dengar orang yang suka iseng dalam kasusmu ini?"
Aku menghela nafas sambil mendecakkan lidahku berkali-kali. Harus berapa kali aku berkata padanya bahwa dia adalah orang yang berbeda? Ia mempercayaiku dan juga sebaliknya. Itulah yang kusukai darinya.
"She's different, Sora. I know it..."
"How far?"
Aku mengangkat kedua bahuku sambil menunjuk ke arah laptopku. "I don't know. As long as she trusts me, I guess?"
"You don't know that," Sora membalasku. Kemudian ia menepuk pundakku sambil menunjuk ke layar laptopku. "Sepertinya Axel sedang on malam ini. Lihat? Ia mencoba mengirimmu sesuatu."
Aku menggerutu karena aku tahu apa yang akan Axel lakukan. Dia akan melakukan hal yang sama dengan Sora, berusaha meyakinkanku untuk berhenti berharap pada seseorang yang kusukai dari yahoo messenger ini. Memang banyak orang yang kena tipu seperti kasusku ini. Tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda bersamanya. Ia begitu mempercayaiku, sangat. Buruknya, aku juga.
"Akan aku buka pesan darinya," kataku pada Sora. "Baiklah, Sora. Tugasmu di sini sudah selesai. Kau sudah mengantar susu coklatku, which is good, dan kau dipersilahkan pergi."
"But..."
"Aku tahu bahwa Axel yang menyuruhmu Sora," kataku. "Walaupun aku juga tahu bahwa kau memiliki niat yang sama dengannya."
"...," Sora menatapku sementara sebelum berbalik dan berjalan menuju pintu. "I just don't want you or that girl end up hurting each other." Setidaknya itulah yang kudengar karena ia hanya bergumam dan pikiranku terkonsentrasi untuk membaca pesan dari Axel di layar chattingku. Namun, perkataan Sora masih terus terngiang di kepalaku. Apa kemungkinan hal yang dikatakannya suatu saat pasti terjadi? Entahlah, I'm not so sure.
Pada akhirnya, aku mencoba mengalihkan perhatianku dan membaca pesan Axel. Yep, just as I thought...
AxelTheAwesome: yo, rox
AxelTheAwesome: ON again 2nite?
AxelTheAwesome: menunggu cewek itu datang ya?
Which I replied...
Thirteen13: yeah
Thirteen13: kuharap kau tidak mengganggu
AxelTheAwesome: y would I?
Thirteen13: karena kau biasa begitu
AxelTheAwesome: like wut?
Thirteen13: idk, cari sendiri
AxelTheAwesome: c'mon rox! kau menyakitiku
Thirteen13: dasar dramaqueen
AxelTheAwesome: hey! for the record. I. am. not
Thirteen13: yeayea terserah
Lalu aku menyadari bahwa sebuah pesan lain masuk selain milik Axel. Dia sudah on.
Thirteen13: sorry, she's here
AxelTheAwesome: what? ur leavin?
Thirteen13: yea
Thirteen13: bye!
AxelTheAwesome: apa sih yang spesial tentang gadis ini? sampai kau sangat menyukainya?
Thirteen13: idk, terjadi begitu saja.
AxelTheAwesome: apa dia punya body yang bagus?
AxelTheAwesome: atau dia berutang sex denganmu?
AxelTheAwesome: aah, it must be both huh?
Thirteen13: ...t(-_- )
Belum sempat aku menutup layar chatku dengan Axel, Axel membalasku tak lama kemudian.
AxelTheAwesome: f*ck
Thirteen13: stfu.
Yeah, begitulah persahabatan kami. Tak heran kan?
Aku menutup layar chat Axel dan membuka layar chatnya. Gadis yang kutunggu-tunggu sejak tadi, akhirnya muncul juga. Kalian mungkin bisa panggil aku yang terlihat seperti lovestruck idiot yang terus menerus mengharapkannya. Aku ingin bertemu dengannya.
Blueocean73: hi there! ^^
Thirteen13: hi ^o^
Blueocean73: tumben lama sekali jawabnya. ada masalah?
Thirteen13: nope, hanya teman. mereka agak menganggu
Blueocean73: apa aku mengganggumu?
Blueocean73: kar'na kalau iya, aku bisa menghubungimu nanti
Thirteen13: No!
Thirteen13: i mean, umm... kau tidak menganggu
Thirteen13: trust me, dibanding kau, mereka lebih berisik
Blueocean73: ouch, must be hard to take that ^^
Thirteen13: setidaknya bukan kamu :D
Blueocean73: :D
Blueocean73: omg, it's almost ten! aku harus tidur
Thirteen13: already?!
Blueocean73: well, bukan salahku kau telat membalas ym ku
Thirteen13:..ur right
Blueocean73: don't be sad:D
Blueocean73: 2morrow, at 2pm?
Blueocean73: jangan lupa untuk mentraktirku
Thirteen13: haha tentu! dream festival, here we comes!
Blueocean73: now, that's the spirit! XD
Aku berpikir cukup lama sebelum aku menutup layar chatku. Apa dia siap untuk menemuiku besok? Maksudku, dengan posisi yang sama denganku, pastinya ia juga menganggapku sebagai orang asing. Aku harus memastikannya.
Thirteen13: r u ready to meet me? for sure?
Lima menit kutunggu, akhirnya ia menjawab.
Blueocean73: yeah :)
Blueocean73: can't wait
Begitulah ceritanya ketika aku hendak menemui dan melihat wajahnya untuk pertama kali. Aku tidak percaya awalnya, karena aku adalah orang asing baginya, begitu juga sebaliknya. Aku sempat tidak yakin apakah hal ini akan berjalan dengan lancar.
Ternyata aku salah. Pertemuan kami berjalan dengan lancar. Namun hanya satu hal yang membuatku kecewa.
She's in the real life, not the same as in the online world.
Mau tahu kenapa? Ketika aku menemuinya pertama kali, ia hanya gadis biasa. Gadis biasa berambut pirang pucat, kulitnya pun tak kalah pucat dengan rambutnya serta matanya yang berwarna biru dan kesepian itu menyapaku. Ia tidak berbicara sebanyak yang ia lakukan di yahoo messenger, walau setelah aku membawa beberapa topik lama yang pernah kami bicarakan ternyata Blueocean73 adalah benar-benar dia. Tapi...
Setelah kami berdua terdiam lama sambil memakan es krim kami masing-masing, akhirnya ia berkata lagi dengan suara yang lebih pelan dari sebelumnya. Ia tersenyum lemah menatapku sambil tertawa pelan.
"...Maaf," katanya.
"Huh?"
"Maaf kalau aku tidak sesuai dengan yang kau bayangkan selama ini," ia berkata sambil memainkan sendoknya di atas es krimnya yang terlantar dan tak mau menatap mataku.
"Uh.."
"I should've know," gumamnya pelan. "This is stupid. Seharusnya kita tidak bertemu."
"...Kenapa kau pikir begitu?" tanyaku sedikit canggung.
"C'mon, Thirteen," katanya sambil menatap mataku. Ah, aku baru ingat kalau kami belum memberi tahu nama asli kami masing-masing. "Sudah jelas kan? Kulit pucat, rambut yang buruk, mata yang aneh. Di sekolah, aku mengenalmu tapi kau tidak mengenalku. I'm invisible."
"Itu nggak benar," kataku berusaha untuk membuktikan bahwa yang ia katakan adalah salah, walaupun sebagiannya benar.
"I know you," ia tersenyum lemah sambil mengangguk ke arahku. "Kau Roxas kan? Kau cukup terkenal di sekolah."
Oh tidak... Jangan bilang kalau pembicaraan ini mengarah ke―
"Aku tidak percaya bahwa Thirteen13 adalah kau, Roxas. Kau masuk kalangan orang hebat dan populer di sekolah. Berbincang denganku? Hanya menurunkan reputasimu. Lagipula, dengan kulit dan rambut yang aneh seperti ini, siapa yang mau? Mungkin akan terjebak selamanya di lemari lost and found."
Aku mendecakkan lidahku sambil mengacak rambutku ketika aku mendengar setiap kata yang ia katakan dari bibirnya. "Look, ini nggak seperti yang kau pikirkan."
"Oh, ini persis seperti yang aku pikirkan," katanya sambil menaruh sendoknya ke atas piring dan berdiri sambil mengambil tas selempang imutnya, bersiap-siap untuk pergi. "Everyone judges the book by its cover. Semua selalu begitu. Mungkin diriku dengan sampul seperti ini, jujur saja, bagiku sendiri adalah penampilan yang buruk. Tidak ada yang mau menerimaku karena aku sedikit aneh. Semua menilaiku begitu. Well, even you."
What?! Aku berteriak dalam hati. Serius? Ia akan pergi begitu saja? Setelah apa yang kita tunggu-tunggu selama ini? Pertemuan yang kami idam-idamkan? Maaf saja, tak akan kulepas begitu saja.
"Bye," katanya sambil pergi sebelum aku sempat berkata apa-apa. What the hell?!
"Wait!" teriakku sambil mengejarnya. Aku berhasil meraih lengannya lalu berkata padanya walau wajahnya masih tidak mau menatapku. "Sayangnya, ini nggak seperti yang kau pikirkan. Jujur, ketika aku pertama kali melihatmu, aku sedikit canggung. Tapi, for Pete's sake, aku tidak memikirkan hal-hal yang kau pikirkan secara pesimis seperti itu! Kita baru saja bertemu dan kau tahu itu. Aku harus terbiasa dengan keberadaanmu begitu juga kau. Aku akan belajar menjadi nyaman di dekatmu begitu juga kau. Mengerti?"
Ia mulai menatapku perlahan, tapi tidak sepenuhnya karena aku masih belum bisa menatap matanya. Aku menarik lengannya cukup kuat agar ia dekat denganku dan menatapku agar ia berbicara padaku. Aku sedikit tersentuh melihat wajahnya yang agak basah akibat air matanya. Ketika ia mulai berbicara, ponselku berbunyi.
A good way to ruin the moment, Axel, kataku dalam hati setelah melihat bahwa caller ID di ponselku adalah temanku, Axel. Aku mematikannya dan menaruhnya ke dalam kantong celanaku, mempersilahkan gadis di depanku untuk berbicara.
"Itu siapa?"
"Hm? Oh, tadi? Itu temanku."
"Apa aku menganggumu?" tanyanya sedikit khawatir. Tunggu... Sepertinya aku pernah mendengar perkataan ini sebelumnya. Ia melanjutkan, "Karena kalau iya, kita bisa bertemu lain hari."
"Tidak," kataku sambil tersenyum pelan. Pertanyaan tadi... mengingatkanku akan semalam.
Blueocean73: apa aku mengganggumu?
Blueocean73: kar'na kalau iya, aku bisa menghubungimu nanti
Yap, it's really HER.
"Dengar, mungkin yang kita butuhkan sekarang adalah a fresh start," kataku. "Bagaimana?"
Ia tersenyum sambil menghapus air matanya, tapi kugantikan dengan tanganku. Akulah yang akan menghapus air mata itu ketika kau menangis lagi.
"Baiklah," katanya.
Aku menyodorkan tanganku sambil berkata, "Roxas Nabradia. Umurku 17 tahun dan usernameku adalah Thirteen13. Mulai sekarang panggil aku Roxas saja."
Ia menjawab sambil menjawab genggaman tanganku, "Namine Fleuret. Aku baru berumur 17 tahun dan usernameku adalah Blueocean73. Panggil aku Namine."
"Well, Namine. I guess this will be a long journey for us against the world."
Author's note: aaah... long time no see, eh?
Darkest moment blom kelar dengan yang lain, dan ini dah kluar? author memang gila
don't worry karena author mulai semi-aktif jika sempat
and be careful to read this story, aku naruhnya rated T padahal sebenernya young adult. bagaimanakah?
sementara kuberi rated T, trgntung alurnya bgaimana saia tak tau (ha!) mungkin (just mungkin) jadi kusarankan kalian untuk hati-hati (especially for the language)
See ya!
