Tik... Tik... Tik... Time is up!
Vocaloid © Yamaha Corp dan pihak-pihak yang bersangkutan lainnya
.
.
.
Tik... Tik... Tik...
Suara jam berdetik terdengar begitu jelas. Memenuhi seluruh ruang kelas yang sepi ini. Semua murid – termasuk aku, begitu serius mengerjakan ulangan hari ini. Ulangan Geografi. Pelajaran yang menurutku paling banyak menghafal.
Aku hanya menghela nafas dalam hati. Kupandangi kertas soal tentang berbagai pertanyaan tentang sensus penduduk, penghitungan jumlah penduduk dengan rumus-rumus yang memusingkan, penghitungan sex ratio, pajak, angka kelahiran dan kematian kasar, dan masih banyak lagi.
Aku melirik lembar jawabku. Hhh, tinggal dua nomor yang belum kujawab. Kedua soal itu yang menurutku paling sulit. Kepalaku rasanya pening kalau memaksa otakku untuk mencari jawaban dari soal itu dengan rumus-rumus yang kutahu.
Tatapanku beralih ke seorang cowok yang menurutku sangat tampan dan dia duduk di sebelahku! Tanpaku sadari, aku tersenyum sendiri. Ah! Wajahnya manis dan lembut, mata berwana shapire-nya begitu teduh dan indah, senyumnya membuatku tenang seakan-akan aku berada di surga. Rasanya aku inigin menangis melihat dia yang duduk di sampingku. Karena aku sangaatt menyukai dia!
Ah! Lihat! Wajahnya nampak bingung dan kesulitan saat menjawab soal-soal Geografi itu! Sesekali dia mengacak rambutnya, saking bingung dan putus asanya. Ekh! Dia jadi lebih tampan dari sebelumnya dengan rambut berantakkan seperti itu.
Dia menoleh ke arahku kemudian tersenyum, "Susah gak?" tanya dia.
Argh! Senyumnya menular ke padaku! Aku tak kuasa menahan bibir ini untuk memberikan seulas senyum 'suka' kepada cowok ini. "Nggak juga, Len."
"Ya iyalah, Rin! Kau itu kan pintar! Sedangkan aku, baka" katanya memujiku.
Aku hanya tertawa canggung mendengar perkataannya. Aku memalingkan wajahku sesegara mungkin, sebelum ketahuan, kalau sekarang wajahku semerah tomat segar yang baru saja matang di pohon. Aku kembali memfokuskan kembali ke soal ulangan.
Jangan memujiku begitu, Len! Mulut manismu, suatu saat bisa menusuk siapapun. Kau tidak baka. Kau itu pintar, sayangnya kau terlalu malas dan tengil. Aku melirik ke arahnya. Tepat dugaanku! Dia sedang menanyakan jawaban ke Piko, orang yang duduk di depannya dan selalu menjadi partnernya dalam hal cotek-mencotek. Dasar curang!
Aku kembali mencuri-curi pandang darinya. Kulihat, senyumnya merekah dengan lebar saat mendapat contekan dari Piko. Yah, kuakui kau memang sedikit baka. Hanya karena dapat contekan, wajahmu terlihat bahagia sekali... Ckckckck!
Ah, tapi! Wajahmu taaammmppaaannn sekali ketika tersenyum tadi!
Degup! Ah! Tidak! Jantungku berdegup tak beraturan! Ti, tidak! Mu... Mukaku memerah! Rasanya udara di sekitarku tiba-tiba memanas! Rasa suka semakin menjadi-menjadi padanya, tidaaaakkk!
Aku mengipas-ngipaskan kertas soal ke arahku, berharap kondisiku seperti semula! Aaahh! Kenapa semakin panas? Ayolah! Kalau kondisiku tidak kembali seperti semula, aku tidak bisa mengerjakan 2 soal yang belum kujawaaabb!
Fokus! Fokus! Fokuuusss!
Aku membaca soal dan berusaha menjawab. Ah! Tapi, kenapa bayangan Len yang tersenyum tadi, kembali melintas? Husshhh! Pergi sana! Arrrggghhh! Kenapa gak bisa pergii?
Meiko-sensei tiba-tiba berdeham cukup keras. Deg! Alamak! Pasti waktunya tinggal sedikit! Ayo berpikiirrr! Aku memaksa otakku untuk mengusir Len sementara dulu dari pikiranku agar bisa fokus pada soal yang belum kujawab.
"Anak-anak, ayo kumpulkan! Waktu kalian sudah habis," ujar Meiko-sensei sambil berjalan menuju meja murid satu per satu untuk mengumpulkan kertas soal.
Aku gelagapan, dan malah tidak bisa berpikirr! Keringat dingin pun mengucur saking paniknya!
"Rin, ayo kumpulkan," kata Meiko-sensei yang ternyata sudah ada di depan mejaku. Tanpa seijinku, Meiko-sensei mengambil lembar jawabku.
"Tu-tunggu Meikoi-sensei!" ujarku tiba-tiba.
"Selesai tidak selesai harus dikumpulkan, Kagamine-san!" ucapan Meiko -sensei seakan tahu apa yang terjadi pada ulanganku. Sensei yang terkenal dengan ketidakpeduliannya itu berlalu dari mejaku dan kembali mengumpulkan semua lembar jawab lainnya.
Aku menghela nafas sepanjang mungkin. Aku gak rela! Aku gak rela! Aku gak reelllaaa! Ulangankuuu! Yahh, aku hanya bisa menangis meraung-raung sambil guling-guling dalam hati. Ku tatap penuh belas kasihan ke arah Meiko-sensei. Tapi, ku tahu, hati dingin Meiko-sensei tidak akan tergerak.
Aku merasa ada yang menepuk bahuku. Aku segera menoleh ke belakang.
"Ulangannya gak selesai yah?" tanya Len sambil tersenyum.
Deg! Aihh! Jantungkuuu! "Eh... Anu... Eng... Em... I... Iya!" aku tergagap-gagap menjawab pertanyaan dari cowok ini. Fuh! Hari ini, jantungku benar-benar capeeekk!
Dia menepuk-nepuk bahuku seakan-akan kami akrab, "Tenang, tenang! Aku juga gak selesai, kok! Hahaha..." katanya kemudian berlalu dariku.
Aku menatap punggung Len. Tiba-tiba terlintas begitu banyak pertanyaan tentang dirinya dalam benakku. Kenapa yah, aku bisa menyukai dia? Apa yang kusuka dari si bocah tengil dan sembrono, juga tukang nyontek? Apa yang membuatku terpikat, yah? Senyumnya? Ah! Pasti bukan! Karena, semua orang pasti akan tampan/cantik kalau sedang tersenyum, tuh!
Lantas, sejak kapan aku menyukainya? Kenapa bisa menyukainya? Kenapa bukan orang lain saja? Kenapa harus dia?
Aku tidak tahu. Tapi yang jelas, begitu tersadar, aku sudah sangat, sangat, sangat menyukai dirinya yang mempunyai banyak kekurangan itu. Aku menyukai dia titik.
Ah, tapi! Karena dia, aku membuang banyak waktu untuk sekadar menatapnya diam-diam tanpa pergerakkan apapun yang berarti! Dan begitu aku tersadar, aku sudah kehilangan waktuku.
.
.
.
To Be Countinued….
Author: Halo, minna-sama! Huah! Aku udah selesai UAS! (^0^)/ sekarang aku aktif lagi di ffn! Sayangnya, gue gak bisa ngelanjutin cerita gw yang lain. Yaahhh…. Maklum, aku ini penulis amatir sekaligus author tak bertanggung jawab (^_^v).
Baiklah, ini fic gue yang pertama tentang pengalaman pribadiku- tapi, gak murni pengalaman pribadi, sih…. Sebenarnya, sih, gue mau bikin one shoot, eh, tapi…. Kebanyakan! Bahkan sampai empat ribuan kata. Yah… jadi, gue bikin jadi beberapa bagian, biar reader bacanya gak tepar.
Ceritanya rada lebay, alay, banyak typo dll. Oh, yah! Alur cerita ini, sengaja gue cepetin. Soalnya, yang udah gue bilang tadi, tadinya ini one shoot, tapi panjang, takutnya reader enek baca kebanyakan. Jadi, jangan protes tentang alur kecepetan, soalnya ini sebenarnya pingin dibikin one shoot. Heheheh…. (6^_^") gomen ne (m-_-m)
Nah, untuk penulisan yang gue tebelin, itu artinya gue kasih penekanan atau kata-katanya lumayan 'jleb'. Hehehhehe…. Semoga aja, dengan format tulisan bold untuk kata-katanya punya makna dalem, bisa kerasa feelnya. Hehehe :D
Review? Kasih komentar, kritik dan saran. Kalau kritikan yang membangun, boleh. Tapi, kalau kritikan yang merendahkan, mending tulis aja di pantat!
Thx before!
