Disclaimer: Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
You KNEW
Tangisan langit tak terbendung lagi, Akashi dapat merasakannya. Tetes demi tetes meluncur jatuh, merayap pada pipinya dengan lambat, kemudian menghantan permukaan dingin tanah. Rasanya dingin. Angin bulan Desember telah menghantam tubuhnya seolah isyarat untuk menghentikan langkahnya. Sesegera mungkin.
Malang. Bukan payung yang berada di tangannya. Tangannya hanya memeluk seberkas dokumen pemberian manajer klub-nya; Satsuki Momoi.
Seharusnya ini menjadi liburan musim dingin yang membahagiakan bagi masyarakat Teiko Junior High School, namun disayangkan bagi seorang Momoi yang harus mengingkari pertemuannya dengan teman-teman gadisnya demi memenuhi panggillannya sebagai seorang manajer dari klub basket. Akashi Seijuuro, kapten klub basket generation of miracle, baru saja merusak waktu menyenangkan Momoidengan mengajaknya bertemu di sekolah dan mendiskusikan informasi yang Momoi dapatkan mengenai tim basket yang akan melawan mereka.
Akashi menarik langkah kakinya mundur, mengikuti permainan angin. Sebuah pilihan yang bijak untuk mengurunkan tujuannya kembali kepada kediamannya dengan tetap menetapkan diri untuk bertahan pada tempatnya berdiri sekarang—pintu masuk sekolah—, kemudian membiarkan punggungnya bertemu dengan dinding gedung tempat mengadu ilmu tersebut.
Ia bukanlah peramal, atau orang yang mempercayai ramalan (seperti salah seorang anggota tim basketnya). Ia hanya menerka dengan tepat bahwa hujan lebat tengah menerpa Tokyo—saat ini.
Gelap terus merasuki gedung sekolah. Akashi dapat merasakan malam kian mendekatinya dan suhu disekitarnya semakin menurun derajatnya, sedangkan langit masih bersedih dan tak kunjung reda isak tangisnya. Langit seakan berduka. Namun dibalik duka mendalam langit, sebuah bayangan tertangkap oleh indra penglihatan Akashi.
Bayangan tersebut bergerak melewati pintu samping sekolah bersama sebuah sepeda yang kedua bannya bergulir pada permukaan basah halaman sekolah. Tanpa memberi ampun, angin mendorong kuat bayangan tersebut untuk diam dan jangan memberontak, tapi bayangan tersebut dengan berani menentang angin. Kakinya terus bergerak—bahkan dipercepat olehnya—menghadang angin. Kendaraan beroda dua yang bersamaanya ia erat dengan kuat, berusaha memberi keteguhan untuk terus bergerak.
Keduanya terus bergerak menuju suatu tempat tanpa menangkap bahwa keduanya telah tertangkap oleh penglihatan sepasang mata merah yang bersinar di hadapan kegelapan sekolah.
Angin masih terus menyerang segala yang ada di bumi tanpa memilih. Rintihan sedih hujan tak kunjung berkurang, melainkan semakin histeris. Di bawah langit yang gelap, sepasang mata merah mengawasi dengan awas ke arah bayangan. Suasananya begitu tenang, hingga tapak kaki yang terhentak pada tanah yang basah pun terendam teriakkan angin dan hujan.
Bayangan tersebut telah sampai pada tujuannya: Teiko Junior High School's gym. Tanpa pikir panjang, bayangan tersebut meneduhkan sepedanya pada lindungan atap gym di samping pintu masuknya.
…Ah! Seharusnya ia ingat, sekarang adalah liburan musim dingin. Gym telah dikunci rapat, menghalangi bayangan tersebut masuk ke dalam. Apa yang ia harus lakukan? Bicara soal ini, ada pepatah berkata 'banyak jalan menuju surga, apalagi menuju neraka'. Pepatah ini kurang lebih cocok dengan sang bayangan.
Bayangan tersebut beralih ke arah yang justru berlawanan dengan arah menuju gym (membiarkan sepedanya kesepian ditinggalnya). Bayangan dan mata merah tersebut masih bergerak dipayungi langit gelap. Keduanya tak menghiraukan lagi apa yang langit alami.
Akashi secara sadar menyadari dirinya telah membuntuti bayangan itu. Dan disinilah ia sekarang, menidurkan punggungnya pada dinding koridor dengan mata awasnya memperhatikan bayangan tersebut membuka pintu besi gedung sekolah. Pintu besi yang cukup lanjut usia tersebut memang tak terlalu sulit untuk diajak berkerja sama. Lakukan saja sedikit dorongan, dan foila! Terbukalah jalan menuju gudang Teiko Junior High School.
Dari jalan yang telah bayangan ini pilih, Akashi mulai mengerti kemana arah jalan selanjutnya.
Gudang sekolah ini secara tidak langsung telah menyambungkan diri dengan ruang peralatan olah raga. Kebanyakan siswa telah mengetahuinya, mengingat para siswa seusai menghabiskan urusan mereka di gym diperkenankan untuk mengembalikan setiap peralatan yang digunakan ke ruang peralatan. Dan inilah ruang peralatan: gudang sekolah.
Pintu telah terbuka dan sosok bayangan tersebut telah hilang di antara kegelapan. Akashi ikut terpanggil. Mata merah yang tenang berjalan di koridor menuju sisi yang lebih dalam dan menenggelamkan diri pada kegelapan.
Bunyi pintu yang tergerak untuk membukakan diri kembali berteriak. Kaki dari bayangan tersebut yang sebelumnya menapaki lantai gudang (atau katakanlah lantai peralatan olahraga) kemudian kini telah menapaki lantai gym. Cukup simpel.
Akashi kembali membiarkan dirinya melakukan hal apa yang dilakukan bayangan itu. Ia tak bermaksud untuk terus menyembunyikan dirinya dari bayangan tersebut. Yang ia butuhkan sekarang adalah wajah darisang bayangan dan meminta alasan logisnya atas aksinya—
"Are? Akashi-kun?"
Suara manis gadis itu terdengar di balik punggung Akashi. Dalam kegelapan malam itu, walau tak begitu jelas, dari nada suara yang memasuki indra pendengarannya, juga wajah samar yang terlihat, jelas Akashi dapat mengutarakan bahwa gadis itu adalah Satsuki Momoi—selain itu, siapa lagi gadis yang mengunjung sekolah ini dan kurang dari 24 jam bertemu dengannya selain Satsuki Momoi. "Ooh…, Momoi. Kau belum kembali?"
"Hum… Aku tidak membawa payungku. Akashi-kun sendiri?"
"Itu…—"
Suara langkah kaki lainnya kembali terdengar dari arah gym, dilanjutkan dengan sebuah suara, "Momoi-san? Akashi-kun?"
"Ooh?! Tetsu-kun?!" Kristal merah jambu gadis berambut gulali tersebut membesar sebesar rasa terkejutnya melihat sosok pemuda berwajah datar tersebut. Sedangkan Akashi hanya menatap pemuda yang adalah sosok bayangan tersebut dalam bisu. Tersirat di wajah tenangnya ia telah mengetahui sejak awal siapa sang bayangan yang terus ia ikuti pergerakannya.
Ketiganya hanya saling balas menatap tanpa ada yang memulai kembali dialog. Akashi berhenti menatap dan menghembuskan nafasnya sambil menyembunyikan bola mata, seolah sebuah beban besar baru saja terangkat dari punggungnya.
"Jadi, apa yang kau lakukakan disini Kuroko?" Akashi-lah yang kembali membuka drama perbincangan mereka.
"Berlatih."
"Berlatih?" Momoi kembali memasuki area perbincangan.
"Hm…, berlatih."
Kembali sunyi menghantui. Ketiga insan tersebut hanya bisa mendengar nafas mereka masing-masing serta suara hujan dan angin yang sedari awal terus bergema sebagai background music mereka.
"Tidak ada gunanya berdiam disini. Lebih baik kita masuk." Akashi memimpin jalan mereka untuk memasuki area gym (walau tetap sebelumnya Kuroko-lah yang pertama memasukinya). Momoi dan Kuroko hanya mengikuti apa yang dilakukan kapten tim generation of miracle tersebut.
Angin dan hujan masih bersenang-senang di luar sana, sedangkan ketiga anak remaja yang kini menetapkan diri mereka pada perlindungan atap gedung gym masih menunggu hingga permainan cuaca berakhir. Kuroko tetap bertahan pada rencana awalnya untuk berlatih, sedangkan Akashi terus memperhatikan pergerakannya sambil terkadang memberikan saran untuk memperbaiki gerakannya. Momoi sendiri terlihat membentuk simpul senyum manis di wajahnya setiap saat memperhatikan wajah Kuroko yang berusaha melakukan shoot (tanpa mencetak poin).
Hal ini tampak telah berlangsung lebih dari tiga perempat jam sampai suara-suara orang yang bicara mulai mengunjungi kediaman mereka. Suara tersebut terdengar khas.
"Tch… teme. Kau sudah tidak waras mengajakku bertanding di jam dan cuaca ini tau?!"
"Moou! Aominecchi! Kalimatmu sangat kejam!"
"Pikir dulu sebelum bicara! Memangnya kau pikir orang yang menggangu tidur seseorang hanya untuk tanding basket di waktu dan cuaca ini tidak lebih kejam?!"
"Aaa! Itaii! Nee…, lagipula aku janji nanti akan memberimu majalah 'itu', gratis…!"
"Yaa…, kalau bukan karena majalah itu aku juga malas harus datang ke sekolah sekarang."
"—eh? Ore…? Pintunya sudah terbuka?"
"Berarti ada orang lain disini 'kan? Hoamm…"
"Hmm… iya— …eh?"
Maka datanglah kedua pemuda yang telah menggangu suasana tenang sebelumnya dengan suara mereka tersebut. Seluruh mata yang berada pada gedung gym hanya menatap mereka tanpa ekspresi terkejut. Terasa dari suara mereka sebelumnya, semua anggota generation of miracle telah mengetahui jelas siapa pemilik suara tersebut walau harus menutup mata.
Sedangkan kedua remaja yang masih berada di ambang pintu tetap setia menjadi patung sambil membuka mata mereka agar dapat memprogram indra penglihatan mereka sejelas mungkin.
"He? Apa yang kalian lakukan disini?"
"Akashicchi, Momocchi, …Kurokocchi?"
"Menunggu hujan reda sekaligus menemani Kuroko berlatih. Kalian sendiri?" Akashi bertanya walau jawaban yang akan diterimanya sudah tergambar olehnya sendiri.
"Anak dungu ini mengajakku tanding basket—dia memang sudah tidak waras." Aomine mendorong punggung pemuda yang ia sebut dungu dan tidak waras tersebut untuk lebih menampakkan diri.
"Sampai kapan kau mau menyebutku dengan sebutan itu…" Kise semakin down. "Ahh~…, tapi karena kebetulan disini ada Kurokocchi dan Akashicchi, ayo sekarang kita tanding basket!"
"Aku tidak ikut."
"Nani?! Akashicchi? Kenapa?"
"Kalau begitu Tetsu akan berpasangan denganku."
"Na-naniii?!" Aomine tidak peduli apa pendapat Kise. Dengan santai ia berjalan ke arah Kuroko Tetsuya sambil meregangkan tubuhnya yang juga agak kedinginan dengan cuaca yang ada, sedangkan Kise hanya dapat berteriak:
"I-Itu… tidak adiiilllll!"
Teriakkan seorang Kise Ryouta bergema seantero Teiko Junior High School mengalahkan gelegar hujan.
Entah kapan hujan akan membaik perasaannya. Cuaca yang seperti ini hanya akan memperburuk suhu di bulan Desember. Namun, bukankah ini bulan yang sangat indah? Jalannan telah dipenuhi berbagai cahaya dan perhiasan menyambut kemegahan natal dan pergantian tahun. Toko-toko telah dipercantik dengan berbagai aksesoris sesuai tema bulan ini. Lampu kota saling dihubungkan dengan lampu-lampu indah dari berbagai warna. Merah, ungu, biru, hijau, kuning, pink. Semua orang harus merasakann kehangatan di hati mereka. Sama halnya seperti gelas hangat yang terisikan cairan coklat manis bagi anak-anak. Anak-anak tersebut akan merasa hangat dilingkupan selimut mereka yang hangat. Penghangat ruanganpun ikut memeluk anak-anak agar dapat merasa lebih nyaman. Tak lupa juga hal yang paling disukai anak-anak. Hadiah Natal! Sekecil atau apapun bentuk hadiah tersebut, itu adalah hadiah yang membahagiakan…, karena dapat menjadi kenangan bagi yang memberi maupun menerimanya.
…namun disinilah mereka. Beberapa anggota dari generation of miracle. Menunggu hujan reda di gym dengan bermain basket.
Kise hampir tidak dapat mencetak angka dengan perlawanan dari pasangan 'bayangan' dan 'cahaya' tersebut. Seperti yang Kise katakan sebelumnya. 2 melawan 1 memanglah tidak adil.
Mereka terus bermain walau Kise sendiri sering sekali mengalami steal, dan menyaksikkan Aomine menghasilkan angka berulang kali tanpa mempedulikan lawannya. Setidaknya mereka juga merasa bahagia.
Di luar sana. Pada terotoan. Sebuah jejak langkah oleh sepasang kaki yang amat jejang sedang tercipta. Pemilik langkah tersebut tampak menangkap suatu hal yang agaknya ganjil. Langkahnya yang semula bertujuan untuk terus meluncur hingga sampai pada kediamannya, sekarang beralih dan kaki-kaki jenjang tersebut kini menapaki halaman sekolah Teiko Junior High School.
"Panggantian Pemain!" Teriakan Kise kembali bergema. Namun pernyataannya kali ini agaknya membuat seluruh pemain dan penonton kebingungan.
"Ki-chan, maksudmu apa?" Momoi sama sekali tak menangkap maksud perkataan Kise.
"Hm? Tentu saja penggantian pemain, apa lagi."
"Dasar aneh. Maksudnya kau mau mengganti siapa?" Aomine mulai kesal sendiri tak mengerti ucapan Kise.
"Kurokocchi des~…"
"Kuroko?" Akashi memperhatikan ke arah Kuroko sedangakan Kuroko sendiri memperhatikan wajah Kise dengan tatapan tak mengerti.
"Sekarang giliran Kurokocchi menjadi partner-ku ssu!" Kise frustasi tak ada yang mengerti. Belum sempat Aomine membalas kalimat Kise sebuah suara dari arah pintu gym merambat ke pendengaran mereka.
"Nee…~? Ada orang di dalam? Halo~?" Seluruh anggota generation of miracle yang sedang berdiam diri pada gym bicara bisu dengan masing-masing mata mereka menatap pintu besi yang terkunci.
"Halo~?" Pintu yang dipukul kecil terdengar.
"Halo~?" Tidak ada yang bergerak dari posisi sebelumnya.
… Semuanya masih berdiam.
"Erh…, aku akan menjemput Muk-kun." Momoi akhirnya berdiri dan memutuskan untuk yang melakukan tugas tersebut dibanding tak ada yang melakukannya dan tetap membiarkan pemuda yang terlewat jangkung tersebut tetap berdiam di luar.
Akashi hanya mengangguk pada Momoi dan membiarkan gadis gulali tersebut melakukannya. Tidak ada lagi yang berkomentar sampai Kise melihat Momoi kembali bersama—
"Midorimacchi? Kenapa ada Midorimacchi juga?"
"Memangnya kenapa kalau aku disini, Kise?" Jari-jarinya yang setia dibaluti perban memiliki kebiasaan untuk memperbaiki kaca mata berbingkai hitamnya.
"…erh," 'apakah bertanya seperti itu butuh alasan?' Kise berucap dalam batin.
"Hmph, aku disini karena ingin mengambil benda ini," Midorima menunjukkan apa yang ada di tangannya.
"Kapur? Untuk apa?" Aomine ikut bertanya.
"Menurut ramalan oha asa, benda keberuntungan cancer saat ini adalah kapur."
Mendengar jawaban itu sebenarnya Momoi ingin bertanya, mengapa Midorima tidak membelinya sendiri. Tapi ia mengurunkan niattannya, dengan menggantinya dengan pertanyaan lain: "Ahh…, Muk-kun juga kenapa ada di sini?"
"Hm~? Di jalan tadi kulihat lampu gym menyala, jadi aku kesini untuk melihat siapa yang ada di dalam. Ketika ku tanya, tidak ada yang menjawab."
Seluruh anggota generation of miracle hanya bisa tertunduk sambil menghembuskan udara keluar dari mulut masing-masing.
"Nee…, karena semuanya sudah disini ayo kita lakukan pertandingan basket~! Dan Aominecchi!" Telunjuk Kise tepat mengarah kepada wajah pemuda berkulit tan tersebut, "penggantian pemain tadi tetap dilakukan!"
"Teme, enak saja!"
"Penggantian pemain apa ne~?" Murasakibara mengorek kantung belanja yang ada di tangannya kemudian mengeluarkan sekotak pocky. Nampaknya sebelumnya ia sendiri baru saja mampir ke convenience store.
"Kise-kun memintaku menjadi partner-nya." Kuroko menjelaskan.
"Hoo… nyam~" Murasakibara masih setia dengan cemilannya.
Perdebatan Kise dan Aomine nampak tak akan berakhir. Mereka terus beradu mulut sampai pada akhirnya mereka baru berhenti berteriak satu sama lain ketika Akashi telah berdiri dan berkata, "baiklah."
"Eh?" seluruh anggota memperhatikan Akashi.
"Kita lakukan pertandingan kecil disini. Aomine, Kuroko, Kise. Kalian membentuk satu tim. Sisanya membentuk satu tim denganku. Lalu Momoi, kau menjadi wasit."
"Ooh…, hai." Momoi membalas, begitu juga yang lainnya.
Semuanya bersiap di posisi masing-masing.
Langit seakan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk merubah dirinya. Tangisannya mulai mereda, meninggalkan tetesan kecil yang berjatuhan dari langit. Bersamaan dengan hal tersebut, pertandingan yang para remaja itu lakukan pun telah mereka selesaikan dengan tim Akashi mengalami kemenangan yang berbanding score 5 poin. Ini adalah bulan yang menyenangkan bukan? Lihatlah wajah mereka yang kelelahan namun di balik itu terlihat pula wajah puas mereka (terlepas dari hasil apa yang masing-masing mereka dapatkan).
Kapten mereka segera menyarankan seluruh anggotanya untuk kembali pulang seselesainya mereka beristirahat setelah pertandingan tersebut—mengingat pula hujan dan angin telah membukakan jalan lapang bagi mereka. Kedelapan remaja tersebut melangkahkan kaki mereka beriringan pada terotoan jalan. Saling berbincang, bercanda ria, tertawa. Mereka pada akhirnya tetaplah remaja biasa pada umumnya. Generation of miracle hanyalah julukan bagi mereka. Julukan yang membuat mereka dieluk-elukkan layaknya dewa. Tapi itu tidak berarti harus membuat mereka seutuhnya layaknya dewa. Julukan tersebut tidak seharusnya merubah apa yang telah mereka bentuk. Mereka tetaplah mereka. Segerombolan anak remaja biasa.
"Eh? Tetsu-kun? Tetsu-kun dimana?" Pada akhirnya ada salah seorang di antara mereka yang menyadari bahwa teman mereka yang keberadaannya sulit ditebak tersebut telah hilang dari antara mereka.
"Eh? Kurokocchi? Sejak kapan dia menghilang?"
"Hm? Tetsu? Entahlah, aku juga baru menyadari dia tidak bersama kita."
"Aku juga tidak melihatnya…, nyam~…"
"Hahhh…" Midorima hanya menghembuskan napasnya. Kini mereka harus disibukkan dengan mencari pemain keenam mereka. Mereka semua melihat ke sekeliling mereka, beruhasa dan berharap sosok pemuda dengan helaian rambut biru langit di kepalanya tersebut terjaring oleh penglihatan mereka.
"Aku akan coba kembali ke sekolah mencari Tetsu-kun," Momoi memberi saran namun tampaknya saran tersebut tak dibutuhkan. Tak perlu menunggu lama, ketika ia baru saja membalikan tubuhnya, wajah gadis tersebut telah bertemu dengan wajah pemuda yang ia incar tersebut.
Semuanya melebarkan mata mereka bagaimana melihat pemuda yang sebelumnya hilang di antara mereka, kali ini tepat berada di hadapan mereka kembali. Teriakkan anak-anak remaja dengan warna rambut yang beragam tersebut telah membuat orang-orang yang berada di sekeliling mereka saat itu harus menyorotkan pandangan mereka kepada anak-anak itu.
"T-Tetsu-kun! Kau dari mana saja?"
"Em…, tadi aku lupa mengambil kembali sepedaku, jadi aku kembali ke sekolah terlebih dahulu untuk mengambilnya." Kuroko menunjukkan apa yang sedang digenggamnya—sebuah sepeda yang senada dengan warna rambutnya.
Kise melepaskan udara pertanda kelegaan, "kau hampir membuat kami jantungan Kurokocchi…, haha…"
"Maaf."
"Ahahaha… Ie, ie… daijoubu Kurokocchi."
"Naa…, ayo kita jalan lagi— hn?"
"Ada apa Minechin?"
"Hoaahh! Semuanya! Lihat! Lihat! Lihat ke atas suu!"
Sinar menerangi tubuh mereka. Sinar yang telah mewakili diri mereka masing-masing.
Aka, murasaki, ao, midori, ki, dan momo. Tidak ada warna hitam diantara lampu-lampu indah yang menghiasi jalan tersebut. Namun warna gelap tersebut persis ada di atas mereka. Gelap tersebut adalah langit malam.
"Cantiknya…" Momoi melebarkan senyumnya terhadap seluruh warna tersebut.
"Tampaknya masyarakat telah mempersiapkan segalanya untuk festival natal nanti." Midorima berkomentar untuk menyembunyikan perasaannya pada lampu tersebut.
"Hm…" Mata biru langit yang cerah tersebut tak ragu untuk menunjukkan kebahagiannya.
Kini, seluruh penduduk kota tengah menyaksikan kebahagian malam Desember. Malam yang membahagiakan. Malam dimana bukan hanya anak kecil yang dapat membuat senyuman lebar, tetapi juga remaja, orang dewasa, dan yang telah lanjut usia. Malam yang juga akan menjatuhkan…
"Wahh! Lihat! Salju!" Salah seorang anak di jalan tersebut berteriak pada temannya. Membuat bukan hanya temannya yang menyadari hal tersebut, tetapi juga semua orang yang mendengar teriakan anak tersebut. Termasuk segerombolan anak remaja.
Semua perhatikanlah langit. Kini langit tak bertahan dengan warna gelapnya, tetapi telah ditemani dengan warna putih yang membawa cahaya kebahagiaan. Semua warna telah bergabung:
Aka, murasaki, ao, midori, ki, momo, kuro, dan Shiro.
Akashi memperhatikan segalanya. Bukan hanya langit dan lampu jalan, tetapi juga anggotanya.
Anggota yang ia akui. Bukan hanya kemampuan mereka, tetapi juga karena mereka adalah bagian dari generation of miracle. Bagian dari 'tim'-nya. Mereka adalah bagian dari orang-orang yang bersamanya dalam setiap pertandingan. Yaa…, walaupun mereka seorang remaja, mereka juga tak berbeda dengan anak kecil. Anak kecil akan merasa bahagia jika diberi hadiah bukan? Terutama di hari natal.
Warna merah itu juga seperti gunting.
Hahh… pada akhirnya tetap berakhir absurd. Selain itu tadinya saya cuma mau nulis kurang dari 1000 kata tapi malah kebabaslan jauh… -.- ya sudahlah.
Fic ini dibuat untuk merayakan ulang tahun sang raja merah~ Akashi Seijuuro-sama! X)
Saya sadar juga bahwa ini banyak banget kekurangannya. Terutama unsur Akashi-nya kurang banget, maap. Well, ini belum end~! Ini multichap dan inti ceritanya sesuai dengan cover fic ini~ untuk update-nya akan dilakukan berkala sesuai tanggalnya~
Minna…, terima kasih sudah membaca fic ini! Saya sebagai author minta maap atas kekurangan yang ada. Jangan sungkan juga untuk menuliskan kritik pesan atau apapun di kotak review.
Terakhir,
Happy Birthday Akashi-sama! Juga Merry Christmas bagi yang merayakan (walau masih lima hari lagi sih.., hehe)! Dan Happy New Year to you all (masih 11 hari lagi.., wkwk)!
