Disclaimer: Semua karakter disini bukanlah milik author. Author hanya memakai mereka sebagai bagian dari cerita.
Warning: Author newbie, beberapa GenderSwitch!Character, bahasa aneh, dan tata cara penulisan sangat mengenaskan.
Jangan dibaca kalau kalian tidak menyukainya.
You've been warned ^^;)/
.
.
.
.
.
.
.
.
"Apa kau pernah mendengar sebuah cerita di Kota ini? Cerita tentang seorang anak bangsawan yang hidup tanpa jantung. Anak bangsawan ini tidak mematuhi perkataan Ayahnya, yang membuat ayahnya marah besar, dan membunuhnya, kemudian mengambil jantungnya. Namun, keajaiban terjadi. Sang anak ternyata masih hidup dan sang Ayah yang ketakutan akhirnya mengurung anaknya tersebut. Konon, Sebelum sang anak dikurung, ia meminta sebuah kasih sayang yang tulus. Hingga kabarnya sampai saat ini tidak terdengar lagi.
Sebagian orang menganggap cerita ini hanyalah sebuah karangan belaka untuk menakut-nakuti khalayak ramai. Namun, sebagian percaya bahwa cerita itu benar-benar nyata. Toh, itu juga cerita lama. Tak ada yang tahu apakah cerita itu benar atau tidak.
Tapi tetap saja, cerita itu masih menyelimuti Kota tersebut."
"Ibu, aku.. pergi dulu.." Ucap seorang gadis yang memeluk Ibunya. "Tak usah khawatir.. aku bisa menjaga diriku."
"Iya, Ibu percaya padamu, Joonmyeon." Balas sang Ibu. "Sering-sering kirimi Ibu surat.."
"Kita kan sudah sering saling mengirimi surat."Sang gadis-Joonmyeon tersenyum dan mengangguk. "Iya Ibu... Jaga dirimu.."
"Tentu. Hei, Cepatlah.. nanti kau akan terlambat! Kau tidak ingin membuat Tuanmu marah, kan?"
"Ah, iya! Aku pergi dulu, Bu. Aku akan merindukanmu!" Joonmyeon kemudian memberikan Ibunya pelukan terakhir sebelum ia pergi membawa tas-nya menuju kereta kuda yang telah menunggunya di depan rumah.
Joonmyeon sebenarnya tidak ingin meninggalkan Ibunya seorang diri. Namun, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan Ibunya, ia terpaksa harus meninggalkan Ibunya bekerja di Kastil milik bangsawan ternama disana. Sebenarnya, Ibunya telah lebih dulu bekerja disana, namun karena faktor umur, Ibunya sudah tidak kuat lagi bekerja menjadi 'Maid' disana. Karena tidak ingin Ibunya kenapa-kenapa, Joonmyeon bersedia menggantikan pekerjaan Ibunya.
'Sebenarnya aku bisa saja mencari pekerjaan lain..' Gumam Joonmyeon. Dari kejauhan Kastil tempat ia akan bekerja nanti sudah kelihatan. Bangunan tinggi menjulang berwarna abu-abu dan dikelilingi kabut terlihat jelas.
"Wah... sudah kelihatan.." Gumam Joonmyeon.
"Sepertinya saja sudah kelihatan. Tapi kastil itu masih jauh." Sahut kusir kereta kuda yang berada di depan Joonmyeon.
"Eh?"
"Kita masih harus melewati pasar dan pertokoan. Kastil itu umurnya sudah sangat tua." Gumam kusir tersebut. "Nah, apa kau tahu cerita tentang Kastil tersebut?"
Joonmyeon menggeleng. "Tidak, aku tidak tahu. Memangnya ada apa?"
Kusir kuda tersebut terdiam sejenak, kemudian menolehkan kepalanya ke arah Joonmyeon. "Tidak, tidak ada. Kastil itu sangat besar."
"Oh. Tentu." Jawab Joonmyeon singkat. Merasa penasaran dengan kata-kata yang diucapkan kusir tersebut.
"Hei, Nona. Kita sudah sampai." Ucap sang Kusir. Joonmyeon mengangguk dan segera turun dari kereta kuda tersebut membawa tasnya dan sedikit menyibak rok-nya. "Nah, semoga beruntung!" Ucap Kusir kuda yang segera melesat pergi dari sana.
"Tapi aku belum membayarnya..." gumam Joonmyeon. "Ah, sudahlah."
Joonmyeon kemudian berjalan memasuki gerbang kastil yang sangat besar. Aneh. Bukankah kastil sebesar ini seharusnya ada yang menjaga? Namun Joonmyeon segera menangkis pikiran itu dan kembali berjalan masuk. Namun sebelumnya, ia melewati halaman kastil.
Halaman kastil itu sangat rapi. Rerumputan dan pepohonan tertata rapi. Juga, ada banyak sekali bunga mawar ditanam disana. Pikiran Joonmyeon tentang seramnya kastil tersebut segera hilang. 'Bagaimana bisa kastil ini dibilang menyeramkan kalau halamannya sangat indah seperti ini?' pikir Joonmyeon.
Joonmyeon terus berjalan sampai ia berdiri didepan pintu masuk kastil. Joonmyeon menghela nafas panjang dan kemudian mengetuk pintu berwarna cokelat-kemerahan tersebut. Ketukan pertama, tidak ada jawaban.
Ketukan kedua masih tidak ada jawaban.
Joonmyeon kemudian menguatkan ketukan tangannya. Hingga pintu tersebut terbuka dan memperlihatkan seorang laki-laki bertubuh besar dan tegap. Rawut wajah laki-laki tersebut seolah memancarkan kedinginan. Yang tentu saja membuat Joonmyeon ketakutan.
"Ah, kau pasti Joonmyeon. Yang akan menjadi maid disini. Menggantikan ibumu." Ucap laki-laki tersebut. Joonmyeon kemudian mengangguk.
"Ah, iya." Ucap Joonmyeon.
"Baiklah, mari masuk." Ucap laki-laki tersebut yang mempersilahkan Joonmyeon masuk.
-0-
Kesan pertama Joonmyeon saat memasuki kastil tersebut adalah..Mewah sekaligus Menyeramkan. Lorong kastil tersebut dipenuhi dengan lukisan-lukisan kuno, juga benda-benda antik. 'Yang benar saja aku akan membersihkan seluruh kastil ini.' Gumam Joonmyeon.
"Kau tidak akan membersihkan seluruhnya dalam satu hari, maid." Ucap laki-laki pemilik kastil tersebut seakan tahu pikiran Joonmyeon. "Kau hanya akan membersihkan satu lantai setiap harinya. Dan tiap hari juga, kau harus membersihkan kamarku dan kamar kedua anak perempuanku. Lalu, kau harus mengantarkan minuman, makanan, apa saja keperluanku dan kedua anakku nanti."
"Kau tidak bekerja sendiri. Kau akan bekerja bersama tiga orang lain." Ucap si pemilik kastil. "Apakah itu jelas?"
"I-iya... Sudah jelas." Ucap Joonmyeon. Tidak sulit,pikirnya. Joonmyeon melihat-lihat suasana sekitar hingga pandangannya tertuju pada satu pintu berwarna merah maroon disebelah kanan Joonmyeon. Pintu tersebut berbeda dari pintu-pintu yang lainnya. Pintu tersebut memiliki ukiran yang terbuat dari emas, serta kunci gembok menghiasi daun pintu yang dirantai yang terbuat dari emas juga. Entah kenapa, pintu itu seakan menghipnotis Joonmyeon untuk terus memandanginya. Pandangan Joonmyeon seakan tak mau menjauh dari pintu itu.
Sang pemilik kastil tersebut tiba-tiba menampar pipi Joonmyeon dengan sangat kuat, sehingga membuatnya jatuh terduduk.
"Tidak sopan sekali. Tuanmu ini sedang berbicara." Ucap pemilik kastil dengan nada dingin. "Apa?! Apa karena pintu itu?!" Tanyanya.
Joonmyeon menggelengkan kepalanya pelan. Sang pemilik kastil kemudian mencengkram kerah baju Joonmyeon dan mengangkatnya ke atas. "Satu hal lagi, maid. Jangan pernah sekali-sekali kau mendekat atau masuk ke dalam pintu tersebut. Paham?"
Joonmyeon mengangguk. "P-paham..." ucapnya pelan. 'Apa pemilik kastil ini juga memperlakukan Ibu sekasar ini?'
"Baiklah. BAEKHYUN! BYUN BAEKHYUN!" Si pemilik kastil kemudian memanggil nama seseorang dengan sangat keras dan cenderung kasar. Sungguh, Joonmyeon tak habis pikir. Dia pikir tuannya ini sangat baik, tapi ternyata tidak. Dibalik penampilannya yang terlihat sangat berwibawa, ternyata dia adalah orang yang sangat kasar.
Dan sesaat kemudian, seorang laki-laki yang menggunakan kemeja berwarna putih dan celana berwarna hitam datang menghampiri mereka. "A-ada apa anda memanggil saya, Tu-"
"Antarkan maid baru ini ke kamarnya. Tahu kamar kosong di kamar sebelahmu? Taruh dia disana." Ucap Pemilik kastil.
"Dan kau. Ingat apa yang aku katakan tadi." Ucap si pemilik sambil mengacungkan jari telunjuknya didepan wajah Joonmyeon dan kemudian meninggalkan Baekhyun dan Joonmyeon disana.
"Ah! Maid baru... Namamu siapa? Namaku Byun Baekhyun. Aku suda bekerja disini selama tiga tahun. Aku bertugas untuk merapikan dan membersihkan kebun diluar. Tapi aku juga membantu Kyungsoo menyiapkan makanan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Lalu-"
"Joonmyeon. Namaku Kim Joonmyeon. Salam kenal, Baekhyun." Ucap Joonmyeon sembari tersenyum dan mengangkat tasnya. Oh, ternyata yang mengurus kebun ternyata Baekhyun. Menurut Joonmyeon, Baekhyun adalah orang yang periang. Dan tipe teman seperti itu sangat dia butuhkan di kastil dan pemiliknya yang menyeramkan ini.
"Ah, biar aku yang bawa!" Baekhyun segera mengambil tas dari pegangan Joonmyeon. "Hei, Joonmyeon! Kau harus bertemu dengan Kyungsoo dan Sehun segera. Mereka teman yang asyik. Kyungsoo bertugas menjadi koki dan Sehun sama sepertimu. Tapi, ia hanya bertugas untuk membersihkan perabot, jendela, kereta, kuda, dan lainnya!" Jelas Baekhyun.
"Berarti.. Aku dan Sehun yang membersihkan kastil ini?" Tanya Joonmyeon. Baekhyun kemudian mengangguk.
"Tapi, Kau juga melayani kedua anak Tuan Hangeng. Itu bedanya." Ucap Baekhyun. "Aku senang kau ada disini. Dulu, yang bekerja sebelum dirimu adalah Bibi Minji Dia orangnya sangat baik. Dan semenjak dia berhenti, disini jadi sepi."
"Dia Ibuku..." Ucap Joonmyeon. Ia senang saat mendengar cerita tentang ibunya.
"Ah! Dia Ibumu, ya... eh? Tapi tidak mirip..." Ucap Baekhyun.
"Ahahaa.. mungkin aku mirip ayahku."
"Oh, begitu.. ah. Sudah sampai." Ucap Baekhyun begitu ia dan Joonmyeon berhenti di sebuah pintu berwarna hijau tua. Baekhyun kemudian meletakkan tas Joonmyeon dan memutar knop pintu. "Baiklah, selamat datang di kamar barumu."
"Ah. Terima kasih, Baekhyun." Ucap Joonmyeon.
"Yap. Ah, setelah membereskan pakainmu bisakah kau pergi ke dapur? Aku ingn mengenalkanmu pada Sehun dan Kyungsoo. Dari sini kau tinggal lurus saja, kemudian belok ke arah kiri." Ujar Baekhyun.
Joonmyeon mengangguk. "Tentu."
"Baiklah, aku duluan." Ucap Baekhyun yang segera beranjak pergi. "Dan, Aku akan menyiapkan kompres untuk pipimu itu."
-0-
Joonmyeon segera memasukkan pakaiannya kedalam lemari di kamar tersebut. Tak lupa, memajang foto ia dan Ibunya di nightstand sebelah ranjangnya. Joonmyeon menghela nafas panjang. "Oh Tuhan. Baru hari pertama disini saja.. aku sudah mendapat perlakuan yang tidak enak..."
Joonmyeon kemudian membuka laci yang ada di nightstand tersebut untuk menyimpan kertas, amplop, dan tinta hingga suatu benda menarik perhatiannya.
Sebuah kunci berwarna emas dengan permata berwarna maroon. Mengingatkan Joonmyeon pada pintu berwarna maroon yang membuatnya ditampar Tuannya saat itu juga. 'Apa isi ruangan itu...' Dengan cepat, Joonmyeon segera mengambil kunci tersebut dan menyimpannya didalam saku rok panjangnya.
'Aku akan melihatnya.'
-0-
"Yah, Kuharap kau betah berada disini." Ucap Sehun. Laki-laki berambut blonde, bertubuh tinggi dan dengan wajah yang seakan mengintimidasi. Tapi sebenarnya ia baik.
"Iya. Kalau ada apa-apa, kau bisa minta tolong pada kami." Ucap Kyungsoo. Yang rambutnya berwarna hitam, tubuhnya hampir sama dengan Joonmyeon, dan bermata bulat. "Baiklah. Aku akan lanjut memasak.."
"Ah. Iya. Kau mau membantu kami memasak makan malam, kan?" Tanya Baekhyun pada Joonmyeon.
"Ya, tentu." Joonmyeon segera menghampiri Kyungsoo dan bertanya apa saja yang harus ia lakukan. Setelah diberi kompres oleh Baekhyun, pipi Joonmyeon terasa agak mendingan. Namun, nyerinya masih terasa tuannya itu kuat sekali saat menamparnya tadi.
'Tidak buruk. Teman-teman disini sangat baik. Aku tidak perlu takut kalau terjadi apa-apa.' Gumam Joonmyeon.
Namun, ketenangan mereka didapur segera terusik begitu seseorang datang dan segera membanting piring diatas tray yang sudah disiapkan Sehun dan Baekhyun. Sontak, mereka berempat segera menghentikan aktivitas masing-masing dan melihat ke sumber suara.
"DIANTARA KALIAN! MENGAKULAH SIAPA YANG MENGAMBIL KUNCI RUANGAN ITU!" Seru seorang perempuan berambut hitam panjang. Sorot matanya yang tajam dan juga postur tubuhnya yang tinggi, membuat Joonmyeon takut. Karena dialah yang mengambil kunci ruangan itu. Yah, kalau yang dimaksud ruang berpintu maroon itu.
"Kami tidak tahu. Kenapa anda tidak bertanya pada Tuan Hangeng?" Sahut Baekhyun yang tidak berani menatap perempuan yang Joonmyeon asumsikan adalah salah satu puteri Tuan Hangeng, sang pemilik kastil.
"Ayah tidak memegangnya! Lagipula, hanya ruangan itu yang dikunci. Aku sudah mencari kemana-mana tapi tidak dapat menemukannya!" Bentak perempuan tersebut. Kemudian pandangan matanya tertuju pada Joonmyeon. "Kau!" Ia kemudian mendekati Joonmyeon. Joonmyeon tak dapat berkutik saat itu juga.
"Kau! Kau maid baru itu! Pasti kau yang mengambilnya! Kau yang mengambil kuncinya!" Seru perempuan tersebut. Baekhyun, Sehun dan Kyungsoo tak dapat menolong Joonmyeon saat itu juga.
"Tidak.. k-kunci yang mana.. aku tidak tahu.." Lirih Joonmyeon. Disatu sisi, Joonmyeon takut pada perempuan ini dan disisi lain, memang dia yang mengambil kunci tersebut.
"Jangan bohong, maid! Pasti kau yang meng-"
.
"Cukup, Zitao!" Ucap seseorang dari depan dapur. Ada seorang perempuan lagi berambut kecokelatan berdiri disana. Perempuan itu sangat catik, Joonmyeon mengakuinya. Perempuan itu memasang tampang marah namun tetap saja cantik. Perempuan berambut kecokelatan itu kemudian mendekati Zitao, perempuan berambut hitam yang sebelumnya menggertak Joonmyeon.
"Kakak..." Gumam Zitao, perempuan yang berambut hitam tadi. "Tapi, kakak..."
"Zitao, dia itu maid baru. Dia tidak mungkin mengambil kunci itu!" Seru kakak Zitao. Pandangannya tajam saat melihat Zitao. "Zitao, kembali ke kamarmu."
Zitao mendengus kesal, ia menatap Joonmyeon sejenak kemudian kemudian berjalan keluar dapur. Kakak Zitao kemudian mendekati Joonmyeon dan memegangi pundaknya.
"Ah.. maafkan adikku. Dia tidak bisa mengontrol emosinya. Sebenarnya dia baik. Kumohon.. maafkan adikku, err.."
"Joonmyeon. Namaku Joonmyeon." Ucap Joonmyeon. "Tidak, tidak apa-apa. Dia.. tidak salah. Mungkin.. kunci yang ia cari itu sangat penting.."
"Ah.. iya, Joonmyeon. Terima Kasih." Ucap kakak Zitao. "Ah, aku harus menyusul Zitao dulu."
"Ah, ngomong-ngomong namaku Luhan." Ucap Luhan sambil tersenyum pada Joonmyeon dan pergi dari dapur.
.
.
"Whew..." Joonmyeon mengusap wajahnya. Hari pertama bekerja saja, ia telah diberi banyak cobaan.
Kemudian ia merasakan seseorang mengelus pelan pundaknya. "Ah, Kyungsoo..."
"Zitao memang seperti itu. Orangnya kasar, mudah marah, dan tidak pernah sekalipun tersenyum. Sangat jauh berbeda dengan kakaknya." Jelas Kyungsoo.
"Ya, sangat berbeda.." Sahut Joonmyeon. "Apakah saat Ibuku bekerja disini, dia memperlakukannya dengan kasar juga?"
Kyungsoo, Sehun dan Baekhyun saling berpandangan. "Entahlah. Tapi kami selalu melihat Ibumu baik-baik saja. Kami tidak pernah melihatnya disiksa atau semacamnya. Yang kami lihat hanyalah wajahnya yang selalu tersenyum." Ucap Sehun yang kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Ah, begitu ya..."
-0-
Makan malam berjalan normal. Tak ada kejadian yang menegangkan. Namun, Joonmyeon masih takut saat melihat Hangeng dan Zitao karena masalah siang tadi. Dan Luhan, sepertinya Joonmyeon tahu siapa yang akan dia perlakukan sangat baik nantinya.
Yang membuat Joonmyeon kebingungan adalah, Di meja makan sepanjang dermaga danau depan rumahnya, hanya ada tiga orang yang menikmati makan malam. Dan sisanya, dibirkan kosong. Hanya ada empat kursi yang dipakai dan sisanya ditutupi dengan kain putih.
Dan saat itu juga, Joonmyeon dapat merasakan tatapan tajam Zitao. (Kyungsoo, Sehun, Baekhyun dan Joonmyeon tetap berdiri di ruang makan sampai 'keluarga bangsawan' tersebut selesai). Sesekali, Joonmyeon meraba kunci yang ada di kantungnya.
'Akan kulihat malam ini.' Gumam Joonmyeon. Ia penasaran sekali karena Zitao sangat menginginkan kunci tersebut. Kalaupun ruangan itu berisi hal atau barang pribadi milik keluarga ini, Joonmyeon akan segera mengembalikannya esok pagi.
-0-
22.17
"Hei, Joonmyeon. Bisa tolong bawakan teh hangat ke kamarku?" Tanya Luhan begitu Joonmyeon berpapasan dengannya di lorong.
"Ah, iya. Tentu, akan saya ambilkan No-"
"Luhan. Panggil saja aku Luhan. Baiklah, akan aku tunggu." Ucap Luhan sebelum masuk ke dalam kamarnya. Joonmyeon segera melangkahkan kakinya ke dapur. Namun langkahnya terhenti begitu melihat sosok Zitao berdiri di depan pintu berwarna maroon tersebut dan kelihatannya sedang mencoba membuka gemboknya.
Joonmyeon segera menggelengkan kepalanya. Heran, apakah benda yang berada di dalam sana sangatlah penting? Sampai-sampai Zitao ingin sekali masuk ke dalamnya.
-0-
"Ah, terima kasih, Joonmyeon." Ucap Luhan. "Oh iya... untuk masalah siang tadi. Aku benar-benar minta maaf."
"Ah, untuk apa? Anda tidak salah..." Sangkal Joonmyeon.
"Zitao. Aku benar-benar minta maaf, Joonmyeon." Luhan kemudian duduk di ranjangnya dan menyesap teh-nya. "Omong-omong, apa kau melihat Zitao? Aku tidak melihatnya di kamar."
"Ah.. Dia ada di depan pintu berwarna merah maroon. Dia seperti sedang... berusaha masuk ke dalam.." Jawab Joonmyeon.
"Oh, ya ampun. Joonmyeon, kau boleh kembali ke kamarmu." Ucap Luhan.
Joonmyeon mengangguk dan membungkukkan badannya. "Baiklah, saya permisi.." Ucapnya sebelum pergi.
-0-
Joonmyeon menunggu sebentar di kamarnya. Kemudian keluar. Namun, ia masih melihat Zitao disana. Masih berusaha mendobrak pintu tersebut. Joonmyeon segera bersembunyi di samping lemari terdekat menghela nafas dalam karena ia takut sekali ketahuan. Baru hari pertama saja Joonmyeon sudah sangat nekat begini, namun siapapun tidak bisa menghalangi Joonmyeon bila dia sudah sangat penasaran.
"Zitao! Sudahlah, ayo kembali ke kemarmu..." Sayup-sayup, Joonmyeon mendengar suara Luhan.
"Tidak, Kak! Dia membutuhkanku! Kakak membutuhkanku didalam!" Seru Zitao. Kakak? Itu berarti ada seseorang di dalam. Itu membuat Joonmyeon semakin penasaran.
"Zitao, Kakak akan membantumu mencari kuncinya besok. Malam ini kau tidur dulu, ya?" Ucap Luhan dengan nada lembut. Mendengar itu, Zitao akhirnya diam dan mengangguk pelan. Kemudian pergi dari sana dengan Luhan menggosok pelan pundaknya.
.
.
Sekaranglah kesempatan Joonmyeon. Ia melihat ke kanan dan kiri. Kemudian segera berjalan cepat ke depan pintu tersebut dan memasukkan anak kunci yang ia ambil kedalam lubang gembok.
'Clack'
Gembok itu ternyata terbuka. Tanpa berlama-lama, Joonmyeon segera masuk ke dalam ruangan tersebut dan menutup pintunya pelan.
Gelap. Hanya cahaya bulan yang menjadi sumber penerangan di dalam ruangan itu. Disana banyak sekali debu, Joonmyeon merasa agak sesak disana. Juga, ada banyak sekali pakaian yang digantung.
"Uuhh... Banyak sekali debu disini.." gumam Joonmyeon yang masih asyik melihat seisi ruangan tersebut, walaupun samar-samar. Ternyata ruangan itu sangat luas.
Sebenarnya, Sikap Joonmyeon sedikit lancang. Ia mencuri kunci milik keluarga kastil ini dan melanggar peraturan yang dibuat Hangeng. Padahal ini hari pertamanya bekerja.
Hingga Joonmyeon melihat sesuatu sedang duduk di armchair di sudut ruangan. Karena penasaran, Joonmyeon mendekatinya. Joonmyeon kira itu adalah patung. Namun, perkiraannya salah begitu mengetahui bahwa patung tersebut bernafas dan tersenyum begitu melihat dirinya datang menghampiri.
"Ah... kau.. kukira..." Lirih Joonmyeon.
"Malaikat?" Gumam orang yang duduk di armchair tersebut. "Apa seseorang telah mengirimiku... malaikat?"
Apakah ini Kakak yang Zitao maksud? Samar-samar, Joonmyeon dapat melihat wajah Kakak Zitao. Pandangannya menatap Joonmyeon tanpa ekspresi namun, mulutnya tersenyum. Jujur saja, Joonmyeon dibuat ketakutan olehnya.
"Kau.. apakah kau... Astaga!" Joonmyeon segera terkejut begitu cahaya bulan sepenuhnya menyinari tubuh Orang itu dan memperlihatkan seluruh tubuhnya yang tengah duduk di armchair tersebut. Badannya normal, bahunya tegap dan lengannya panjang. Namun, hal yang membuat Joonmyeon terkejut adalah...
Bagian jantung Orang itu berlubang. Tak ada jantung disana. Joonmyeon dapat melihat dengan jelas lubang yang terbentuk disana langsung memperlihatkannya dengan beberapa tulang rusuk yang mencuat dan daging yang di robek, juga darah yang terlihat mengering pada pakaiannya.
Laki-laki ini... Jujur saja, Joonmyeon mengakui bahwa laki-laki ini sangatlah tampan.
Namun apa yang terjadi hingga membuatnya seperti ini? Dan kenapa ia masih hidup? Padahal jelas-jelas jantungnya tidak ada ditempatnya.
"Apa seseorang mengirimu kesini untuk membebaskanku?" Tanya laki-laki itu. Masih tersenyum. Pandangannya sangat polos seperti anak kecil.
Joonmyeon menggeleng. "Tidak. Aku tidak bisa membebaskanmu.."
"Kenapa?" Tanya laki-laki itu dengan nada kecewa. Rawut wajah orang itu kemudian berubah menjadi kecewa juga.
"Tidak bisa... Tuan Hangeng tidak akan mengizinkanku..." Lirih Joonmyeon. Jujur saja, walaupun ia tidak tahu bila yang berhadapan dengannya ini hantu atau manusia, ia merasa kasihan padanya."Kalau bisa, aku akan membawamu keluar dari sini. Kau pasti ingin keluar, kan?"
"Benarkah? Kau akan membawaku keluar dari sini?" Tanya laki-laki itu.
Joonmyeon mengangguk. "Tapi aku tidak tahu pasti."
"Terima kasih. Seseorang pasti benar-benar menyuruhmu untuk menemuiku." Gumam Laki-laki itu. "Aku senang."
Joonmyeon mengangguk. "Aku harus pergi sekarang." Ucapnya kemudian.
"Pergi? Kau mau kemana? Jangan tinggalkan aku sendirian.." Lirih laki-laki itu dengan rawut wajah kecewa.
"Aku harus bekerja besok.." Joonmyeon mengelus pelan pundak laki-laki itu. "Besok malam, aku janji. Aku akan kembali lagi kesini."
"Benarkah?!" Rawut wajahnya kembali menampilkan ekspresi bahagia dan polos layaknya anak kecil.
"Benar. Aku janji." Joonmyeon kemudian pergi menuju pintu. Sesekali ia melihat kebelakang, wajah bahagia laki-laki itu masih belum menghilang dari wajahnya.
Joonmyeon segera membuka pintu, keluar dari ruangan itu kemudian menguncinya kembali. Untung saja tak ada yang melihatnya masuk kedalam sana.
Besok malam, Joonmyeon akan menemui laki-laki itu lagi. Karena ia sudah berjanji. Ternyata yang ada di dalam ruangan itu adalah seorang laki-laki - yang kemungkinan adalah kakak yang sering Zitao sebut.
Namun, kenapa Laki-laki tersebut ada disana dan... dapat hidup tanpa jantung? Ah, Joonmyeon akan mencari tahu sendiri nanti. Ia berjalan dengan perlahan disepanjang lorong kastil menuju kamarnya. Setelah sampai, ia segera menguncinya dan duduk diranjangnya. Ia kemudian mengeluarkan kunci ruangan tempat laki-laki tadi dan memandanginya sejenak. 'Sebenarnya kau itu apa..' gumamnya. Ia lalu menyimpan kunci itu dibawah bantalnya dan segera berbaring tanpa mengganti pakaiannya. Joonmyeon menarik selimutnya dan segera bersiap untuk tidur.
"Ah! Aku lupa menanyakan namanya!"
.
.
.
.
.
To be continued
A/N: Heya, readers! Ini adalah Fanfiction pertama author di ! mohon dimaafkan bila ada kesalahan dalam cerita (namanya juga author newbie T^T) dan cerita ini murni karangan author sendiri. Hahaha. Dan author harap kalian meninggalkan review disini karena review kalian akan sangat membantu author nantinya^^. Thank you^^ -HanakoKim
