Entah sudah berapa lama aku menghadap pada sebuah kertas yang ada depanku. Sudah terlalu banyak kertas yang berserak karena ulahku.
Aku.. ingin menulis sesuatu untuknya. Untuk dia yang sudah menemaniku hingga saat ini.
Mika..
Dia itu selalu mengatakan bahwa aku akan keluar dari jeruji pengap itu. Tanpa infus, tanpa masker udara dan hidup dengan bebas bersama dirinya. Dia.. selalu saja begitu. Yang ku tau pasti.. di suatu saat dalam waktu yang tak terduga. aku, mungkin akan menghilang.
Aku pernah melihatnya menangis sendirian, di saat fakta tak seindah ekspetasi yang ada.
Waktu itu,
Dia pernah membawaku ke suatu tempat di mana aku bisa menikmati dinginnya udara di pagi hari sembari melihat sang mentari muncul dari peraduannya.
Waktu yang paling istimewa itu saat dia melamarku. Dengan wajahnya yang memerah menyematkan sebuah cincin di jariku. Lalu, dia berkata hal yang sama bahwa dia akan tetap bersamaku dan memastikan aku sembuh dari hal yang kuidap. Ia tau hal itu mustahil, tapi ia terus mengatakannya. Aku sedih namun aku juga bahagia.
Sebelum semua hal itu tak dapat ku ucapkan.. aku ingin menuliskan apa yang ingin aku sampaikan padamu..
"Apakah kamu baik-baik saja?
Apakah senyummu telah memudar?
Apakah ada seseorang yang sangat kau sayangi selain aku.. ? "
Tiba-tiba saja, air mataku melompat keluar. Apakah yang aku lakukan ini benar? Karenaaku selalu berharap dia selalu bahagia saat ini dan nanti di saat aku telah menghilang dari hidupnya. Harapan kecilku adalah kebahagiaannya dimasa depan.
