Ide ini tercetus saat sedang membaca ulang komik Save My Earth, lalu membaca doujinshi reincarnation AU Shingeki no Kyojin di tumblr. Saat itu saya berpikir, kalau konsep 'reinkarnasi' dalam doujin itu agak sedikit membuat saya kurang sreg karena... ya, saya penggemar setia Save My Earth, dan konsep reinkarnasi di sana sangat berbeda. Tapi saya maklum karena mau bagaimana lagi, dalam doujin-doujin itu, kalau karakternya digambar dengan nama dan muka beda, pasti bakal susah dicerna dan susah buat dibikin doujinshi singkat. Terus saya mikir, ada nggak ya fanfic reincarnation AU yang sistem reinkarnasinya mirip di Save My Earth? Dan saya berakhir berpikir 'kenapa nggak saya aja yang bikin?' Maka, begitulah.

Fanfic ini, karena seperti yang saya tulis di A/N atas, adalah reinkarnasi, jadi karakter-karakter 'masa kini' yang ada akan bernama dan tampang beda dengan karakter di SnK. Buat yang sudah baca Save My Earth, ngerti lah gimana konsepnya... dan buat yang belum baca nggak masalah, karena saya cuma pakai sistem reinkarnasinya saja, dan sama sekali nggak pakai hal lain yang menharuskan pembaca mengerti Save My Earth juga.

Dan karena itu juga, warning, bagi yang merasa keberatan baca fanfic AU reinkarnasi di mana karakternya bereinkarnasi dengan nama dan wajah beda (jadi kayak mirip OC, ya... tapi saya bakal berusaha sebisanya untuk membuat sifatnya tidak terlalu jauh berbeda) boleh berhenti baca sampa sini. Kalau tidak keberatan, silahkan lanjut baca :D Dan btw, saya tidak memasukkan ini ke crossover karena karakter dan latarnya tetap pakai cerita SnK, dan cuma sistem reinkarnasinya saja yang pakai Save My Earth.

Enjoy.


Shingeki no Kyojin (c) Isayama Hajime

Save My Earth/Boku no Chikyuu wo Mamotte (c) Hiwatari Saki


Kali pertama dia bermimpi adalah saat usianya tujuh tahun. Siang itu ia terjatuh dari sepeda. Kondisinya tidak parah, tapi gara-gara lukanya memburuk, malam itu ia demam dan mimpi aneh. Di dalam mimpi, ia berada di sebuah kota yang asing, bangunan runtuh dan seorang pria tak dikenal membawanya di atas bahunya. 'Eren', begitu dirinya di dalam mimpi dipanggil. Dirinya sebagai 'Eren' meronta, sambil berteriak pada pria itu untuk menolong ibunya, tapi pria itu tak mau. Lalu seorang wanita, yang entah-bagaimana tertimpa oleh bangunan, diambil oleh sesosok raksasa yang menakutkan, lalu wanita itu… dimakan begitu saja.

Anak laki-laki itu segera menjerit histeris, terbangun dari mimpinya dan mendapati seluruh tubuhnya dipenuhi keringat dingin akibat demamnya malam itu. Ibunya yang ternyata sedari tadi tertidur di sebelahnya terkejut dan ikut terbangun, bertanya apa ia baik-baik saja, tapi anak itu tak menjawab, wajahnya dibanjiri oleh air mata. Kesadarannya tak segera kembali begitu saja, nama 'Hijiri' yang sedari tadi diucapkan oleh si ibu seolah tak berarti di telinganya. Ia 'Eren', begitu perasaannya berkata saat matanya terbuka, tapi begitu dirinya berhasil mengumpulkan kesadaran sepenuhnya, kalau dirinya bukan 'Eren' melainkan 'Hijiri', ia menangis, menangis tersedu-sedu dan memeluk ibunya begitu erat.

Hijiri demam berat selama tiga hari sejak hari itu. Sejak hari itu, entah bagaimana dan kenapa, ia sering bermimpi. Berkali-kali, dan dalam mimpi, ia dipanggil 'Eren', bukan 'Hijiri', dan dunia tempat 'Eren' hidup sangat menakutkan. Ada banyak raksasa, banyak orang mati dan banyak yang kelaparan. 'Eren' kehilangan ibu dan ayahnya entah di mana, dan dia hanya memiliki 'Armin' dan 'Mikasa'.

Hijiri tidak tahu dan tidak kenal semua itu, tapi dalam mimpi, ia bahkan tak lagi tahu siapa dan bagaimana 'Hijiri'. Ia hanya Eren Jaeger, seorang anak laki-laki menyedihkan yang bertekad untuk membalaskan dendamnya pada raksasa yang telah membunuh si ibu.

Setelah demamnya turun, Yoshio, adik laki-lakinya, bertanya kenapa Hijiri sering mengigau dalam demamnya, dan walau merasa Yoshio tak akan mengerti—karena sebenarnya Hijiri sendiri juga tak terlalu mengerti, ia bercerita soal mimpinya itu, soal Eren, raksasa, Mikasa dan Armin. Yoshio tidak lantas mengerti, tapi dia juga tak terlihat kebingungan. Dengan tenang didengarkannya cerita demi cerita, dan dengan bercerita kepada Yoshio, anehnya, ia bisa merasa lebih tenang.

Mimpi itu berlanjut sedikit demi sedikit. Kadang mimpi yang baik, kadang menakutkan, tapi semuanya sama, tentang ia sebagai seorang anak laki-laki bernama 'Eren'. Di satu sisi mimpi itu menakutkan, banyak kejadian yang mengerikan, tapi kadang ia juga merasa mimpi itu sangat menarik—seperti menonton film, membuat Hijiri sedikit penasaran dengan kelanjutannya. Sayang, mimpinya tidak seperti film yang urut—mereka acak, seperti saat sedang menonton serial drama dengan episode yang kacau balau. Di satu saat, Eren yang berusia delapan tahun sedang berkelahi dengan seorang anak laki-laki yang menindas Armin, di saat yang lain, Eren sembilan tahun sedang berpelukan sambil kedinginan dengan Mikasa, dan di saat yang lain lagi, Eren enam tahun sedang dimarahi ibunya karena bermain di luar terlalu lama. Semuanya acak, dan membuatnya agak pusing.

Ia pernah bercerita pada ibunya, tapi karena ibu tak menunjukkan ketertarikan yang berarti, Eren berakhir hanya cerita pada Yoshio. Terus seperti itu, hingga saat Eren delapan setengah tahun dan Yoshio nyaris tujuh tahun, Yoshio tiba-tiba mengatakan kalau ia juga bermimpi hal yang sama dengan Eren, bedanya, di dalam mimpi ia dipanggil 'Armin'. Awalnya Eren merasa Yoshio mungkin hanya terpengaruh olehnya, yang terlalu sering bercerita soal mimpi uniknya ini, tapi anehnya, mimpi-mimpi yang diceritakan oleh Yoshio sangat mirip dengan miliknya. Tempatnya, orang-orangnya, dan Yoshio, sebagai orang yang ingatannya bagus, bisa menjelaskan soal suatu tempat dan kejadian lebih detil darinya dan itu membuat mereka berdua heran, karena bila Yoshio bermimpi gara-gara pengaruh cerita Hijiri, kenapa dia bisa menggambarkan semuanya dengan begitu jelas, dan, sama persis?

Mereka tidak mengerti, tapi mereka tak peduli. Ini hanya membuat mereka lebih bersemangat soal cerita-cerita mereka, dan mereka seringkali terlalu asyik bercerita soal dunia dalam mimpi mereka sehingga saat sedang begitu, kedua orangtua mereka akan memanggil mereka 'anak-anak mimpi'. Ada banyak hal yang lebih menarik setelah dibicarakan, dan sepanjang mimpi ini mulai datang, Hijiri mulai merasa Yoshio makin mirip dengan 'Armin'. Ia pintar, ingatannya bagus dan tidak mengalami kesulitan dalam mengambil kesimpulan—ia berpikir, apa saat Yoshio dewasa nanti, ia akan benar-benar sepintar Armin? Karena jujur saja, sepanjang ia bermimpi sebagai 'Eren', ia mulai merasakan rasa sayang yang sama dengan yang 'Eren' rasakan kepada 'Armin'.

Saat Hijiri sepuluh tahun dan Yoshio delapan tahun, Eren dan Armin dalam mimpi mereka sudah tiga belas. Masih, mimpi itu masih acak, dan kadang Eren serta Armin menjadi tiga belas, sepuluh, delapan, lalu dua belas, tapi berkat Yoshio, mereka mulai bisa mengerti urutan kejadian dalam mimpi mereka ini. Bagaimana Eren dan Armin tinggal di dalam 'tembok' demi menghindari raksasa yang disebut titan, bagaimana Eren kedatangan keluarga baru bernama Mikasa, lalu kedatangan titan yang disebut 'Colossal Titan', dan setelah itu semuanya berubah. Eren, Armin dan Mikasa yang memutuskan jadi tentara, ikut pelatihan dan mengalami banyak hal yang menegangkan dan menakutkan, tapi mereka mampu bertahan.

Mereka merasa ini seperti menonton drama dengan episode yang acak, menarik dan menegangkan, walau sesekali menakutkan—tanpa pernah benar-benar memikirkan, kenapa dan bagaimana, serta apa yang ada di balik mimpi mereka sesungguhnya.


'Mikasa', begitulah ia dalam mimpinya dipanggil.

Ren pertama kali bermimpi sebagai 'Mikasa' saat usianya menginjak tujuh tahun. Entah bagaimana dan mengapa, tiba-tiba di dalam mimpi yang tampak luar biasa nyata itu, ia adalah 'Mikasa', seorang gadis kecil yang tangguh dan berusaha untuk menjadi lebih dan lebih kuat lagi demi melindungi teman sekaligus saudara yang disayanginya, Eren.

Mimpi itu terus datang setiap malam, dengan alur waktu yang berbeda-beda, tapi ia tetap dipanggil sebagai 'Mikasa'. Selalu ada Eren dan Armin di sisinya, dan ia, 'Mikasa', bertekad untuk melindungi kedua sahabat baiknya itu apapun yang terjadi.

Dan mimpi ini adalah rahasia kecilnya yang tak pernah Ren beritahukan pada siapapun, termasuk orangtuanya sendiri. Saat sedang terbangun dari 'mimpi buruk', ibunya pernah bertanya, dan sambil berusaha mengumpulkan kesadaran kembali sebagai 'Ren', ia akan menjawab kalau ia hanya bermimpi buruk. Tidak lebih. Ia tidak berminat menceritakan soal mimpinya ini kepada siapapun. Hanya mimpi, bunga tidur, begitulah yang ia yakini.

Ia, Ren, tak akan memberitahu kepada siapapun kalau setiap malam ia adalah Mikasa, seorang gadis tangguh yang berusaha sekuat tenaga melindungi Eren dan Armin yang penting baginya.

Ia, Ren, tak akan memberitahu kepada siapapun kalau dalam mimpi ia adalah seorang anak perempuan, karena ia, Ren, adalah laki-laki, laki-laki sepenuhnya, terima kasih.

Mana mau ia akui kalau setiap malam ia bermimpi menjadi seorang anak perempuan?


Bersambung


Ide untuk menjadikan Mikasa ini laki-laki adalah gara-gara karakter di Save My Earth yang bernama Enju, sangat ingin bisa hidup kembali sebagai laki-laki, dan saat saya mikir karakter SnK mana yang kira-kira cocok dibeginikan, Mikasa jadi nama pertama yang tercetus. Bukan karena saya mau ada BL, loh (semoga sih nggak ada, amin) tapi saya mikir, Mikasa, sebagai perempuan, bukan mustahil pernah merasa kemampuannya terbatas (seperti misalnya saat sedang haid) atau semacamnya. Mungkin dia pernah berharap untuk terlahir sebagai laki-laki saja supaya bisa melindungi Eren lebih lagi, dan karena itulah dia lantas terlahir sebagai laki-laki di kehidupan yang ini.

Saya nyaris bikin Armin yang ganti gender dan sudah sempat nulis namanya 'Yuuko', tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya jangan…

Btw, andai sudah ada fic lain yang mirip-mirip begini, mohon beritahu, ya. Dan jangan lupa beritahu juga apa yang kamu pikirkan setelah baca fic ini :)

Yuyukangkang, 281013