TUMBUH
Sabaku no Gaara, Yondaime Kazekage, Karura, adalah milik Masashi Kishimoto
Sebagai respon atas chapter 548
Rating K+
Spesial untuk [at]aicchan sebagai royalti atas fanart-nya XDD Untuk [at]iputcchi dengan Untitled-nya, untuk [at]NiccoMacchi dengan Sasori-nya, untuk [at]greennsubmarine dengan Kabuto-nya XDD
-o0o-
Malam sudah turun.
Seluruh wilayah peperangan terdiam. Seluruh peserta peperangan tertidur—terkecuali shinobi-shinobi yang mendapat giliran piket.
Dalam tradisi lama, seluruh peperangan dilaksanakan hanya pada saat siang. Saat matahari kembali ke peraduan, peperangan dihentikan sementara. Tentu saja, hal ini tidak selalu diikuti dengan patuh, karena pasukan telik sandi tetap melaksanakan tugasnya. Belum lagi kalau pasukan musuh menyerang tiba-tiba, sebagai bagian dari taktiknya.
Tapi di sini, di bagian ini, semua tenang.
Sehingga tatkala suatu sosok berjalan nyaris tanpa suara, nyaris juga tak dikenali awalnya.
"Ka-Kazekage-sama—"
"Hn—" dan sosok Kazekage itu mengangguk sebagai balasan atas hormat dari shinobi itu. Keheranan atas apa yang akan dilakukan Kazekage-nya—komandan dari semua shinobi dalam peperangan ini—tapi shinobi itu menelan pertanyaannya, dan membiarkannya berlalu.
Berjalan keluar dari tenda-tenda, menyusuri padang berpasir, dan menanjak sehingga tiba di suatu tempat serupa plato. Dataran tinggi.
Dari sini terlihat ke mana-mana.
Dan juga terlihat dari mana-mana.
Resiko memang, kalau saja ada ninja yang berniat menyerang diam-diam. Tapi, sudah barang tentu sang Kazekage itu sudah memperhitungkannya dengan baik. Sudah siap mengambil resiko.
Ia menarik napas panjang setibanya di atas. Pemandangannya memang indah untuk yang bisa menikmatinya. Malam tanpa awan, bintang-bintang menemani bulan separuh. Sinar cukup untuk memandu pandangan mata sejauh yang bisa ditelusuri.
Sang Kazekage itu menghela napas.
Pemandangan yang terlihat memang tidak sama persis dengan pemandangan di Suna, tapi setidaknya, bisa mewakili. Mewakili rasa hati.
Ia, Pemimpin dari seluruh Pemimpin Divisi dalam peperangan ini. Bertanggungjawab atas semua anakbuahnya.
Tapi tak bisa dipungkiri di sisi lain ia juga hanya seorang anak muda.
—yang baru saja mengetahui bahwa ia dicintai, dilindungi oleh ibunya. Yang selama ini dianggap tak menyayanginya—
Karena itulah dahulu ia membuat tatto di keningnya. Hanya untuk mengingatkan. Bahwa ia adalah orang yang tak akan pernah dicintai oleh siapapun.
Tetapi, ia bisa melihat dengan jelas, bahwa seluruh rakyatnya mencintainya. Menyayanginya. Masih jelas terbayang di pelupuk matanya saat ia dibangkitkan kembali oleh Nenek Chiyo, dengan taruhan nyawanya sendiri. Seluruh penduduk desa menantinya.
—yang baru saja mengetahui bahwa ayahnya terus menerus mengambil resiko dibenci oleh semua orang, hanya untuk melindungi seluruh desanya—
Karena itulah ia pun membenci semua orang, terutama sang ayah. Karena mengambil alih semua yang bisa ia punyai: kesempatan untuk merasakan mempunyai ibu, kesempatan untuk merasakan mempunyai kakak, kesempatan untuk merasakan mempunyai teman, kesempatan untuk merasakan mempunyai kehidupan yang normal.
Tetapi, ia bisa merasakan dengan jelas, teman-teman yang kemudian ia dapatkan setelah besar. Semua teman-teman yang memandangnya dari hati. Tulus. Terutama satu yang menjadi pemicunya, Naruto. Yang menjadi pemicu agar ia selalu berbagi semua rasa yang ia punya, baik senang maupun sedih, dan sebagai imbalannya teman-temannya juga akan berbagi rasa baik senang maupun susah.
Dan alangkah beda rasanya mempunyai kakak-kakak yang tulus melindunginya. Bergerak tanpa berpikir panjang hanya untuk menyelamatkan dirinya, walau untuk itu ia harus berhadapan dengan penguasa Kugutsu, walau ia harus berhadapan dengan penguasa racun—
—yang baru saja menerima kepercayaan penuh dari sang ayah untuk melindungi seluruh desa, sebagaimana dulu diupayakan oleh sang ayah—
Bahkan, bukan saja menerima kepercayaan dari seluruh penduduk desa, melainkan menerima kepercayaan dari seluruh shinobi—bahkan samurai—dari berbagai desa, untuk memimpin pasukan gabungan ini—
—yang baru saja mendengar bahwa sang ayah bangga padanya—
—aneh rasanya. Tapi ia tak akan pernah melupakan raut wajah ayahnya saat mengatakan itu.
Dan matanya basah lagi.
Kazekage muda itu melayangkan pandang ke arah Suna. Walau tak terlihat, ia tahu Suna ada di sana. Ia tahu jiwanya berada di sana. Dan ia juga tahu, jiwa ayah dan ibunya, juga berada di sana. Melindunginya. Melindungi seluruh desanya. Melindungi seluruh umat manusia dari kekejian nafsu.
Walau caranya tidak selalu bisa dipahami oleh semua orang.
Kazekage itu menghapus sudut matanya yang basah.
Setelah bertahun-tahun lamanya ia tak pernah menangis, kali ini, dalam waktu setengah hari saja ia sudah menumpahkan semua perasaannya. Tapi ia lega. Ia tahu kini. Ia tahu akan perasaan Okaasan padanya, ia tahu akan perasaan Otousan padanya.
Matanya basah bukan karena sedih. Matanya basah untuk kelegaan. Yang akan membantunya berdiri tegak. Berdiri membela semua yang sudah meletakkan kepercayaan padanya.
Otousan, Okaasan, aku sangat meyayangimu—
Angin malam bertambah dingin menyayat sampai ke tulang.
Tapi hatinya hangat.
FIN
